Anda di halaman 1dari 19

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

PERSIAPAN PERHITUNGAN LUAS EVAPORATOR BEREFEK N DENGAN ALGORITMA PEMILIHAN UBAHAN PERANCANGAN
Baju Bawono, Lianna Dae Friska ABSTRACT

Evaporator is an equipment to thicken solution by vaporizing a part of solvent. Manual calculation requires a lot of time and high accuracy because it involves several equations and variables. The writer aims at making a computer program to find out the area evaporator N-effect. The procedures to make this program are : first, an Algorithm Choosing Design Variable (ALGPUPSG.EXE.) be used to make sequence of equation and design variable. Second, this output be used to arrange an information system. Third, this system information is utilized to make an EVABWF.BAS program. Design variable is chosen to control the equation, so that is become convergent. The advantage of this program is that user can obtain the area an evaporator more easily and quickly. The user only need to insert 7 inputs, namely: sum of evaporator effect (N), weight fraction feed (XF), weight fraction product (X1), feed temperature (TF), steam pressure (PS), the last effect pressure (PN), solute weight (SU) or solvent weight (LF). 1. PENDAHULUAN Evaporator adalah suatu alat untuk memekatkan larutan dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Evaporator berefek banyak (N) dengan pengumpanan arah belakang merupakan evaporator yang umpannya dimasukkan pada arah yang berlawanan dengan steam masuk. Perhitungan manual untuk mencari luas area evaporator berefek N dengan pengumpanan arah belakang membutuhkan waktu dan ketelitian yang cukup tinggi, karena melibatkan sejumlah persamaan dan ubahan. Misalnya untuk evaporator yang terdiri dari 3 efek (N=3), pada efek ke-3 dan ke-2 masing-masing terdiri 22 persamaan dan 29 ubahan, sedangkan untuk efek ke-1 terdiri 21 persamaan dan 27 ubahan. Dengan adanya sebuah program (yang nantinya disebut EVABWF.BAS), maka perhitungan untuk mencari luas area evaporator menjadi mudah dan cepat. Pemakai cukup memasukkan 7 masukan, yaitu jumlah efek evaporator (N), fraksi berat umpan (XF), fraksi berat produk (X1), suhu umpan (TF), tekanan steam (PS), tekanan pada efek terakhir (Pn), jumlah bahan terlarut (SU), atau pelarut (LF). Selanjutnya program ini akan memberikan hasil perhitungan berupa luas area evaporator yang dicari, beserta data-data hasil program lainnya. Lingkup pembahasan akan dibatasi, antara lain meliputi : a. Tipe evaporator yang akan dibahas adalah evaporator standar tegak. b. Luas area setiap efek dari evaporator berefek N diusahakan sama besar. c. Jenis pelarut yang akan dibahas dalam evaporasi ini adalah air, dan larutan yang akan dipekatkan adalah larutan NaOH. d. Steam yang masuk ke sistem evaporator dianggap steam jenuh. 2. TAHAP-TAHAP YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MEMBUAT PROGRAM
43

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

a. b. c. d. e.

Penyusunan neraca massa Penyusunan derajat kebebebasan dari tiap efek evaporator. Pengenaan algoritma pemilihan ubahan perancangan (ALGPUPSG.EXE). Penyusunan sistem informasi. Pembuatan program komputer.

3. PENYUSUNAN NERACA MASSA a. Persamaan-persamaan pada evaporator efek terakhir. Gambar 1 merupakan diagram alir dari evaporator efek terakhir (efek ke-n), dengan efek kem = efek ke-(n-1).

Vn EVn Tn Pn TJn
n

LF TF XF ELSF ELF

Vm Pm Tm TJm EVm
CWn ECWn TJm

Ln Tn Xn ELSn ELn

Gambar 1. Diagram alir evaporator efek ke-n

Gambar ini akan membantu pemahaman tentang persamaan-persamaan pada evaporator efek terakhir. Persamaan-persamaan pada evaporator efek ke-n memuat : 1. LF (kg/jam) * XF (fraksi berat) = Ln (kg/jam) * Xn (fraksi berat) 2. LF (kg/jam) Ln (kg/jam) = Vn (kg/jam) 3. CWn (kg/jam) = Vm (kg/jam) 4. ELF (kkal/jam) + EVm (kkal/jam) = ELn (kkal/jam) + EVn (kkal/jam) + ECWn (kkal/jam) 5. ELF (kkal/jam) = LF (kg/jam) * ELSF (kkal/kg) 6. EVm (kkal/jam) = Vm (kg/jam) * ((1)(kkal/kg.C) * TJm (C) + EPm (kkal/kg) + SHm (kkal/kg) ) 7. ELn (kkal/jam) = Ln (kg/jam) * ELSn (kkal/kg) 8. EVn (kkal/jam) = Vn (kg/jam) * ((1)(kkal/kg.C) * TJn (C) + EPn (kkal/kg) + SHn (kkal/kg) )

44

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

ECWn(kkal/jam) = CWn(kg/jam) * (1)(kkal/kgC) * TJm(C) Qn (kkal/jam) = Un (kkal/jam.m2.C) * An(m2) * DTn(C) DTn (C) = TJm (C) Tn (C) Un (kkal/jam.m2.C) = F (Tn (C),DTn (C)) Qn (kkal/jam) = EVm (kkal/jam) ECWn (kkal/jam) SHn(kkal/kg) = a*(Tn(C) - TJn(C)) + (b/2)*(Tn^2(C2) - TJn^2(C2)) + (c/3)*(Tn^3(C3) - TJn^3(C3)) Tn (C) = F (Xn (fraksi berat),TJn (C)) EPm (kkal/kg) = F (TJm (C)) EPn (kkal/kg) = F (TJn (C)) Pm (kg/cm2) = F (TJm (C)) Pn (Kg/cm2) = F (TJn (C)) SHm(kkal/kg) = a*(Tm(C) - TJm(C)) + (b/2)*(Tm^2(C2) - TJm^2(C2)) + (c/3)*(Tm^3(C3) - TJm^3(C3)) ELSF (kkal/kg) = F (XF(fraksi berat),TF(C)) ELSn (kkal/Kg) = F (Xn(fraksi berat),Tn(C))

Keterangan : Umpan yang masuk ke evaporator efek ke-n : LF = Massa larutan umpan tiap satuan waktu TF = Titik didih umpan XF = Fraksi berat NaOH pada umpan ELSF = Entalpi umpan tiap satuan massa ELF = Entalpi umpan tiap satuan waktu Steam yang masuk evaporator efek ke-n (Vapor yang dihasilkan dari evaporator efek ke-m) : Vm = Massa steam tiap satuan waktu Tm = Titik didih larutan NaOH TJm = Suhu uap air jenuh Pm = Tekanan uap air jenuh EPm = Entalpi uap air jenuh tiap satuan massa EVm = Entalpi steam tiap satuan waktu SHm = Panas sensibel tiap satuan massa Larutan NaOH yang keluar dari evaporator efek ke-n : Ln = Massa larutan NaOH tiap satuan waktu Tn = Titik didih larutan NaOH Xn = Fraksi berat NaOH ELSn = Entalpi larutan NaOH tiap satuan massa ELn = Entalpi larutan NaOH tiap satuan waktu DTn = Beda suhu Un = Koefisien perpindahan panas An = Luas area evaporator efek ke-n Vapor yang dihasilkan evaporator efek ke-n : TJn = Suhu uap air jenuh Pn = Tekanan uap air jenuh

45

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

EPn Vn EVn SHn

= Entalpi uap air jenuh tiap satuan massa = Massa vapor tiap satuan waktu = Entalpi vapor tiap satuan waktu = Panas sensibel tiap satuan massa

Kondensat yang dihasilkan evaporator efek ke-n : CWn = Kondensat yang dihasilkan tiap satuan waktu. ECWn = Entalpi kondensat tiap satuan waktu. b. Persamaan-persamaan pada evaporator efek tengah Gambar 2. merupakan diagram alir evaporator efek tengah (efek ke-m), yaitu efek ke-2 sampai efek ke-(n-1). Persamaan-persamaan pada evaporator efek ke-m memuat :

Vm EVm Tm Pm TJm m
V1 P1 T1 TJ1 EV1 CWm ECWm TJ1

Ln Tn Xn ELSn ELn

Lm Tm Xm ELSm ELm

Gambar 2. Diagram alir evaporator efek ke-m

1. 2. 3. 4.
5. 6.

Ln (kg/jam) * Xn (fraksi berat) = Lm (kg/jam) * Xm (fraksi berat) Ln (kg/jam) Lm (kg/jam) = Vm (kg/jam) CWm (kg/jam) = V1 (kg/jam) ELn (kkal/jam) + EV1( kkal/jam) = ELm (kkal/jam) + EVm (kkal/jam) + ECWm (kkal/jam)
ELn (kkal/jam) = Ln (kg/jam) * ELSn (kkal/kg) EV1 (kkal/jam) = V1 (kg/jam) * ((1)(kkal/kg.C) * TJ1 (C) + EP1 (kkal/kg) + SH1 (kkal/kg))

46

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

7. ELm (kkal/jam) = Lm (kg/jam) * ELSm (kkal/kg) 8. EVm (kkal/jam) = Vm (kg/jam) * ((1)(kkal/kg.C) * TJm (C) + EPm (kkal/kg) + SHm (kkal/kg) ) 9. ECWm(kkal/jam) = CWm (kg/jam) * (1)(kkal/kg.C) * TJ1(C) 10. Qm (kkal/jam) = Um(kkal/jam.m2.C) * Am(m2)* DTm(C) 11. DTm (C) = TJ1 (C) Tm (C) 12. Um (kkal/jam.m2.C) = F (Tm(C),DTm (C)) 13. Qm (kkal/jam) = EV1 (kkal/jam) ECWm (kkal/jam) 14. SHm (kkal/kg) = a*(Tm(C)-TJm(C)) + (b/2)*(Tm^2(C2) - TJm^2 (C2)) + (c/3)*(Tm^3(C3) - TJm^3(C3)) 15. Tm (C) = F (Xm (fraksi berat),TJm (C)) 16. EP1 (kkal/kg) = F (TJ1(C)) 17. EPm (kkal/kg) = F (TJm(C)) 18. P1 (kg/cm2) = F (TJ1(C)) 19. Pm (kg/cm2) = F (TJm(C)) 20. SH1(kkal/kg) = a*(T1(C)TJ1(C)) + (b/2)*(T1^2(C2)-TJ1^2(C2)) + (c/3)*(T1^3(C3) TJ1^3(C3)) 21. ELSn (kkal/kg) = F(Xn (fraksi berat),Tn (C)) 22. ELSm (kkal/kg) = F(Xm (fraksi berat),Tm (C)) Keterangan :
Larutan Ln Tn Xn ELSn ELn NaOH yang masuk ke evaporator efek ke-m (dari evaporator efek ke-n) : = Massa larutan NaOH tiap satuan waktu = Titik didih larutan NaOH = fraksi berat NaOH = Entalpi larutan NaOH tiap satuan massa = Entalpi larutan NaOH tiap satuan waktu

Steam yang masuk evaporator efek ke-m Larutan NaOH yang keluar dari evaporator efek ke-m : Lm = Massa larutan NaOH tiap satuan waktu Tm = Titik didih larutan NaOH Xm = Fraksi berat NaOH ELSm = Entalpi larutan NaOH tiap satuan massa ELm = Entalpi larutan NaOH tiap satuan waktu DTm = Beda suhu Um = Koefisien perpindahan panas Am = Luas area evaporator efek ke-m Vapor yang dihasilkan evaporator efek ke-m : TJm = Suhu uap air jenuh Pm = Tekanan uap air jenuh EPm = Entalpi uap air jenuh tiap satuan massa Vm = Massa vapor tiap satuan waktu EVm = Entalpi vapor tiap satuan waktu SHm = Panas sensibel tiap satuan massa

47

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

Kondensat yang dihasilkan evaporator efek ke-m :

CWm ECWm

= Kondensat yang dihasilkan tiap satuan waktu. = Entalpi kondensat tiap satuan waktu.

c. Persamaan-persamaan pada evaporator efek pertama

Gambar 3. merupakan diagram alir pada evaporator efek pertama (efek ke-1).

V1 EV1 T1 P1 TJ1 Lm Tm Xm ELSm ELm

VS PS TS EVS CW1 ECW1 TS

L1 T1 X1 ELS1 EL1

Gambar 3. Diagram alir evaporator efek ke-1

Persamaan-persamaan evaporator efek pertama memuat : 1. Lm (kg/jam) * Xm (fraksi berat) = L1 (kg/jam) * X1 (fraksi berat)
2. Lm (kg/jam) L1 (kg/jam) = V1 (kg/jam)

3. CW1 (kg/jam) = VS (kg/jam) 4. ELm (kkal/jam) + EVS( kkal/jam) = EL1 (kkal/jam) + EV1 (kkal/jam) + ECW1 (kkal/jam) 5. ELm (kkal/jam) = Lm (kg/jam) * ELSm (kkal/kg) 6. EVS (kkal/jam) = VS (kg/jam) * ((1)(kkal/kg.C) * TS (C) + EPS (kkal/kg) ) 7. EL1 (kkal/jam) = L1 (kg/jam) * ELS1 (kkal/kg) 8. EV1 (kkal/jam) = V1 (kg/jam) * ((1)(kkal/kg.C) * TJ1 (C) + EP1 (kkal/kg) + SH1 (kkal/kg) ) 9. ECW1(kkal/jam) = CW1 (kg/jam) * (1)(kkal/kgC) * TS(C) 10. Q1 (kkal/jam) = U1 (kkal/jam.m2.C) * A1(m2) * DT1(C) 11. DT1 (C) = TS (C) T1 (C) 12. U1 (kkal/jam.m2.C) = F (T1(C),DT1(C)) 13. Q1 (kkal/jam) = EVS (kkal/jam) ECW1 (kkal/jam) 14. SH1(kkal/kg) = a*(T1(C)TJ1(C)) + (b/2)*(T1^2(C2) - TJ1^2(C2)) + (c/3)*(T1^3(C3) TJ1^3(C3)) 15. T1 (C) = F (X1(fraksi berat),TJ1 (C))
48

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

16. EPS (kkal/kg) = F (TS (C)) 17. EP1 (kkal/kg) = F (TJ1 (C)) 18. PS (kg/cm2) = F (TS (C)) 19. P1 (kg/cm2) = F (TJ1 (C)) 20. ELSm (kkal/kg) = F(Xm (fraksi berat),Tm (C)) 21. ELS1 (kkal/kg) = F(X1(fraksi berat),T1 (C)) Keterangan :
Larutan NaOH yang masuk ke evaporator efek pertama (dari evaporator efek ke-m) : Lm = Massa larutan NaOH tiap satuan waktu Tm = Titik didih larutan NaOH Xm = Fraksi berat NaOH ELSm = Entalpi larutan NaOH tiap satuan massa ELm = Entalpi larutan NaOH tiap satuan waktu Steam yang masuk evaporator efek pertama : VS = Massa steam tiap satuan waktu TS = Suhu uap air jenuh PS = Tekanan uap air jenuh EPS = Entalpi uap air jenuh tiap satuan massa EVS = Entalpi steam tiap satuan waktu Larutan NaOH yang keluar dari evaporator efek pertama : L1 = Massa larutan NaOH tiap satuan waktu T1 = Titik didih larutan NaOH TJ1 = Suhu uap air jenuh X1 = Fraksi berat NaOH ELS1 = Entalpi larutan NaOH tiap satuan massa EL1 = Entalpi larutan NaOH tiap satuan waktu DT1 = Beda suhu U1 = Koefisien perpindahan panas A1 = Luas area evaporator efek pertama Vapor yang dihasilkan evaporator efek pertama : TJ1 = Suhu uap air jenuh P1 = Tekanan uap air jenuh EP1 = Entalpi uap air jenuh tiap satuan massa V1 = Massa vapor tiap satuan waktu EV1 = Entalpi vapor tiap satuan waktu SH1 = Panas sensibel tiap satuan massa Kondensat yang dihasilkan evaporator efek pertama :

CW1 = Kondensat yang dihasilkan tiap satuan waktu. ECW1 = Entalpi kondensat tiap satuan waktu.
4. PENYUSUNAN DERAJAT KEBEBASAN Penyusunan derajat kebebasan dimulai dari evaporator efek terakhir (ke-n). Setiap ubahan yang terdapat dalam tanda ( ) merupakan ubahan yang telah dihitung sebelumnya. a. Menghitung derajat kebebasan efek terakhir

No. Persamaan memuat 1. LF, XF, Ln, Xn 2. (LF),(Ln), Vn

Jumlah ubahan baru 4 1


49

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

CWn, Vm ELF, EVm, ELn, EVn, ECWn (ELF),(LF), ELSF (EVm),(Vm), TJm, EPm, SHm (ELn),(Ln), ELSn (EVn),(Vn), TJn, EPn, SHn (ECWn),(CWn),(TJm) Qn, Un, An, DTn (DTn),(TJm), Tn (Un),(Tn),(DTn) (Qn),(EVm),(ECWn) (SHn),(Tn),(TJn) (Tn),(Xn),(TJn) (EPm),(TJm) (EPn),(TJn) Pm, (TJm) Pn, (TJn) (SHm), Tm, (TJm) (ELSF), (XF), TF (ELSn), (Xn), (Tn)

2 5 1 3 1 3 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 29

Jumlah derajat kebebasan = F = V - R = 29 22 = 7 Jumlah ubahan yang nilainya telah diketahui 4, yaitu : LF, TF, XF, Pn. Sehingga jumlah ubahan perancangan yang perlu dicari berjumlah adalah (7-4) = 3. Jumlah derajat kebebasan = F = V - R = 29 22 = 7. Sehingga ubahan perancangan berjumlah 7. b. Derajat kebebasan dari evaporator efek pertama (ke-1) Dengan cara yang sama didapatkan : Jumlah derajat kebebasan = F = V - R = 27 21 = 6 .Jumlah ubahan yang nilainya telah diketahui 2, yaitu : X1, dan PS. Jadi jumlah ubahan perancangan yang perlu dicari adalah (6-2)= 4. c. Derajat kebebasan dari evaporator efek tengah (ke-m) Dengan cara yang sama didapatkan : Jumlah derajat kebebasan = F = V - R = 29 22 = 7 .Tidak ada ubahan yang diketahui, sehingga ubahan perancangan ada 7.

5.

PENGENAAN ALGORITMA PEMILIHAN UBAHAN PERANCANGAN PADA EVAPORATOR EFEK TERAKHIR (KE-N)

Ubahan yang telah diketahui adalah LF, XF, TF, Pn. Terdapat 3 ubahan perancangan yang perlu ditentukan, maka 2 ubahan perancangan yang dipilih secara a priori yaitu Vn dan DTn. Sehingga tinggal 1 ubahan perancangan yang perlu dicari. Berikut ini ubahan-ubahan yang telah diketahui digarisbawahi, dicetak tebal dan miring. 1. LF, XF, Ln, Xn 2 2. LF, Ln, Vn 0 3. CWn, Vm 2 4. ELF, EVm, ELn, EVn, ECWn 5 5. ELF, LF, ELSF 1 6. EVm, Vm, TJm, EPm, SHm 3 7. ELn, Ln, ELSn 1
50

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

EVn, Vn, TJn, EPn, SHn ECWn, CWn, TJm Qn, Un, An, DTn DTn, TJm, Tn Un, Tn, DTn Qn, EVm, ECWn SHn, Tn, TJn Tn, Xn, TJn EPm, TJm EPn, TJn Pm, TJm Pn, TJn SHm, Tm, TJm ELSF, XF, TF ELSn, Xn, Tn

3 0 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0

Ubahan perancangan = F = V - R = 23 - 22 = 1. Berarti terdapat 1 ubahan perancangan yang akan dicari dengan ALGPUPSG.EXE. Berikut ini merupakan print out dari hasil program ALGPUPSG.EXE untuk evaporator efek terakhir. NAMA FILE=AL1 ----PERS KE- 2 MENGHASILKAN Ln<--- CORET PERS 2 PERS KE- 19 MENGHASILKAN TJn<--- CORET PERS 19 PERS KE- 21 MENGHASILKAN ELSF<--- CORET PERS 21 ===== ----PERS KE- 1 MENGHASILKAN Xn<--- CORET PERS 1 PERS KE- 5 MENGHASILKAN ELF<--- CORET PERS 5 PERS KE- 17 MENGHASILKAN EPn<--- CORET PERS 17 ===== ----PERS KE- 15 MENGHASILKAN Tn<--- CORET PERS 15 ===== ----PERS KE- 11 MENGHASILKAN TJm<--- CORET PERS 11 PERS KE- 12 MENGHASILKAN Un<--- CORET PERS 12 PERS KE- 14 MENGHASILKAN SHn<--- CORET PERS 14 PERS KE- 22 MENGHASILKAN ELSn<--- CORET PERS 22 ===== ----PERS KE- 7 MENGHASILKAN ELn<--- CORET PERS 7 PERS KE- 8 MENGHASILKAN EVn<--- CORET PERS 8 PERS KE- 16 MENGHASILKAN EPm<--- CORET PERS 16 PERS KE- 18 MENGHASILKAN Pm<--- CORET PERS 18 ===== ----===== URUTAN BERHITUNG = URUTAN PENCORETAN ********** SEKARANG AKAN MEMULAI DENGAN ALGPUP UNTUK SISA PERS MENGERJAKAN DG URUTAN FILE MENGERJAKAN DENGAN URUTAN ASLI UBAHAN TERCORET: 1 PERS 10 MENGHASILKAN An <--SIMULTAN 51

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

TERCORET: 2 PERS 20 MENGHASILKAN Tm <--SIMULTAN -TERCORET: 3 PERS 6 MENGHASILKAN SHm <--SIMULTAN TERCORET: 4 PERS 13 MENGHASILKAN Qn <--SIMULTAN -TERCORET: 5 PERS 3 MENGHASILKAN Vm <--SIMULTAN TERCORET: 6 PERS 4 MENGHASILKAN EVm <--SIMULTAN -TERCORET: 7 PERS 9 MENGHASILKAN CWn -RV & DV bukan a priori ECWn JUMLAH RECVAR= 0 JUMLAH TERCORET=D= 7 ->HARUS SAMA DENGAN (M-CORET)= 7 BILA TIDAK SAMA, BOLEH JADI ADA KESALAHAN MEMASUKKAN NAMA UBAHAN *** URUTAN BERHITUNG = KEBALIKAN URUTAN PENCORETAN ***

ECWn adalah ubahan perancangan hasil ALGPUPSG.EXE. 6. PENGENAAN ALGORITMA PEMILIHAN UBAHAN PERANCANGAN PADA EVAPORATOR EFEK TENGAH (EFEK KE-M) Ubahan-ubahan yang telah diketahui dari hasil perhitungan evaporator efek terakhir adalah ubahan-ubahan yang digarisbawahi, dicetak tebal dan miring. 1. Ln, Xn, Lm, Xm 2. Ln, Lm, Vm 3. CWm, V1 4. ELn, EV1, ELm, EVm, ECWm 5. * ELn, Ln, ELSn 6. EV1, V1, TJ1, EP1, SH1 7. ELm, Lm, ELSm 8. * EVm, Vm, TJm, EPm, SHm 9. ECWm, CWm, TJ1 10. Qm, Um, Am, DTm 11. DTm, TJ1, Tm 12. Um, Tm, DTm 13. Qm, EV1, ECWm 14. * SHm, Tm, TJm 15. Tm, Xm, TJm 16. EP1, TJ1 17. * EPm, TJm 18. P1, TJ1 19. * Pm, TJm 20. SH1, T1, TJ1 21. * ELSn, Xn, Tn 22. ELSm, Xm, Tm Terdapat dua pilihan yaitu menghilangkan persamaan 2, atau menghilangkan persamaan 12. Penulis memilih persamaan 12 yang dihilangkan, sehingga susunan persamaan menjadi seperti berikut : No. Persamaan memuat Jumlah ubahan baru
52

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

, , Lm, Xm , (Lm), CWm, V1 , EV1, ELm, , ECWm (EV1),(V1), TJ1, EP1, SH1 (ELm), (Lm), ELSm (ECWm), (CWm), (TJ1) Qm, Um, Am, DTm (DTm), (TJ1), (Um), , (DTm) (Qm), (EV1), (ECWm) (EP1), (TJ1) P1, (TJ1) (SH1), T1, (TJ1) (ELSm), (Xm),

2 0 2 3 3 1 0 4 0 0 0 0 1 1 0 17

Ubahan perancangan = F = V R = 17 15 = 2 Ubahan perancangan yang dipilih secara a priori adalah DTm. Sehingga tinggal 1 ubahan perancangan yang dipilih dengan ALGPUPSG.EXE. Berikut ini merupakan susunan persamaan hasil olahan dengan program ALGPUPSG.EXE. NAMA FILE=AL2 ----PERS KE- 2 MENGHASILKAN Lm<--- CORET PERS 2 PERS KE- 9 MENGHASILKAN TJ1<--- CORET PERS 9 PERS KE- 10 MENGHASILKAN Um<--- CORET PERS 10 ===== ----PERS KE- 1 MENGHASILKAN Xm<--- CORET PERS 1 PERS KE- 12 MENGHASILKAN EP1<--- CORET PERS 12 PERS KE- 13 MENGHASILKAN P1<--- CORET PERS 13 ===== ----PERS KE- 15 MENGHASILKAN ELSm<--- CORET PERS 15 ===== ----PERS KE- 6 MENGHASILKAN ELm<--- CORET PERS 6 ===== ----===== URUTAN BERHITUNG = URUTAN PENCORETAN ********** SEKARANG AKAN MEMULAI DENGAN ALGPUP UNTUK SISA PERS MENGERJAKAN DGN URUTAN FILE MENGERJAKAN DENGAN URUTAN ASLI UBAHAN TERCORET: 1 PERS 8 MENGHASILKAN Am <--SIMULTAN TERCORET: 2 PERS 14 MENGHASILKAN T1 <--SIMULTAN --

53

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

TERCORET: TERCORET: -TERCORET: TERCORET: -TERCORET: --

3 4 5 6 7

PERS 5 PERS 11 PERS 3 PERS 4 PERS 7

MENGHASILKAN SH1 MENGHASILKAN Qm

<--SIMULTAN <--SIMULTAN

MENGHASILKAN V1 <--SIMULTAN MENGHASILKAN EV1 <--SIMULTAN MENGHASILKAN CWm

RV & DV bukan a priori ECWm JUMLAH RECVAR= 0 JUMLAH TERCORET=D= 7 ->HARUS SAMA DENGAN (M-CORET)= 7 BILA TIDAK SAMA, BOLEH JADI ADA KESALAHAN MEMASUKKAN NAMA UBAHAN *** URUTAN BERHITUNG = KEBALIKAN URUTAN PENCORETAN *** Ubahan perancangan hasil ALGPUPSG.EXE adalah ECWm. NAMA FILE=AL4 ----PERS KE- 2 MENGHASILKAN L1<--- CORET PERS 2 PERS KE- 9 MENGHASILKAN TS<--- CORET PERS 9 PERS KE- 10 MENGHASILKAN U1<--- CORET PERS 10 ===== ----PERS KE- 1 MENGHASILKAN X1<--- CORET PERS 1 PERS KE- 12 MENGHASILKAN EPS<--- CORET PERS 12 PERS KE- 13 MENGHASILKAN PS<--- CORET PERS 13 ===== ----PERS KE- 14 MENGHASILKAN ELS1<--- CORET PERS 14 ===== ----PERS KE- 6 MENGHASILKAN EL1<--- CORET PERS 6 ===== ----===== URUTAN BERHITUNG = URUTAN PENCORETAN ********** SEKARANG AKAN MEMULAI DENGAN ALGPUP UNTUK SISA PERS MENGERJAKAN DGN URUTAN FILE MENGERJAKAN DENGAN URUTAN ASLI UBAHAN TERCORET: 1 PERS 8 MENGHASILKAN A1 -TERCORET: 2 PERS 11 MENGHASILKAN Q1 --KEMUNGKINAN ADA 2 PILIHAN PILIHAN MASUKAN: 3 ; 7 PILIHAN MASUKAN 3 BB= 2 TERCORET: 3 PERS 3 MENGHASILKAN RECVAR TERCORET: 4 PERS 7 MENGHASILKAN CW1 <--SIMULTAN
54

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

TERCORET: 5 PERS 5 MENGHASILKAN VS <--SIMULTAN -TERCORET: 6 PERS 4 MENGHASILKAN EVS -RV & DV bukan a priori ECW1 JUMLAH RECVAR= 1 JUMLAH TERCORET=D= 6 ->HARUS SAMA DENGAN (M-CORET)= 6 BILA TIDAK SAMA, BOLEH JADI ADA KESALAHAN MEMASUKKAN NAMA UBAHAN *** URUTAN BERHITUNG = KEBALIKAN URUTAN PENCORETAN * ECW1 adalah ubahan daur ulang yang dipilih ALGPUPSG.EXE. 7. PEMBAHASAN Pada awalnya program dibuat berdasarkan sistem informasi yang terdapat pada gambar 5, 6, dan 7. DTn, DTm, DT1, Vn dipilih sebagai ubahan perancangan a priori karena ubahanubahan tersebut lebih mudah diperkirakan nilai awalnya. Nilai DT dari setiap efek (DT1, ,DTn) untuk evaporator berefek banyak (N) kira-kira sebesar (TS-TJn)/2*N. Perlu diketahui bahwa sebenarnya lambang untuk jumlah efek evaporator = N = n, tetapi penulis memilih N untuk menunjukkan jumlah seluruh efek evaporator dan n menunjukkan urutan evaporator efek ke-n (efek terakhir). Asumsi DT tersebut di atas bukan merupakan suatu ketetapan yang harus diikuti tetapi dapat disesuaikan dengan keperluan perhitungan. Nilai V (jumlah vapor total) dapat diperkirakan sebesar LF-Ln, sehingga nilai awal untuk Vn=(LF-Ln)/N dengan asumsi bahwa nilai VS,V1,Vm sebesar Vn. Sedangkan untuk memberi nilai awal (coba-coba) pada ECWn, dimulai dengan mengetahui rumus dasarnya yaitu ECWn=CWn*TJm, dan CWn=Vm. CWn maupun Vm dihasilkan dari persamaan 9 dan persamaan 3 (lihat gambar 1) setelah mendapatkan masukan ECWn. Untuk itu perlu asumsi nilai awal bahwa Vm=Vn=V1=VS, dan nilai TJm telah dihasilkan persamaan 11 (lihat gambar 1), maka ECWn = Vm*TJm. Hal yang sama juga untuk pemberian nilai awal dari ubahan perancangan ECWm pada efek tengah. ECWm=CWm*TJ1, CWm=V1, V1 telah diketahui dari asumsi sebelumnya. TJ1 dihasilkan persamaan 9 (lihat gambar 2), sehingga ECWm=V1*TJ1. Demikian juga dengan nilai awal yang diberikan pada ubahan daur ulang pada efek pertama, yaitu ECW1. ECW1=CW1*TS, CW1=VS, VS=Vn=Vm=V1, TS dihasilkan persamaan 9 (gambar 3), maka ECW1=VS*TS. Untuk efek pertama (gambar 3), ubahan daur ulang ECW1 menghasilkan trial tidak siklik. Tentu saja sulit mencoba-coba nilai ECW1, agar nilai CW1 yang dihasilkan pers.3 mendekati nilai CW1 yang dihasilkan pers.7. Untuk itu sistem informasi tersebut perlu diubah menjadi trial siklik dengan menjalankan flow reversal dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 6. Untuk mencari nilai ECW1 perlu dilakukan iterasi internal. Nilai awal ECW1 perlu dicoba-coba, dan akan masuk dalam persamaan 4. ECW1 yang dihasilkan persamaan 7 (misalnya diberi nama EECW1) akan dibandingkan nilainya dengan ECW1 (yang masuk ke pers. 4). Pembuatan program berdasarkan sistem informasi terdapat kendala pada efek terakhir, yaitu kesulitan untuk mencari nilai Tm dari SHm pada persamaan 20 (lihat gambar 7). Nilai SHm menghasilkan nilai Tm yang sangat besar hingga di luar batas toleransi. Kesulitan yang sama juga terdapat pada efek tengah, yaitu mencari nilai T1 dari SH1 pada persamaan 14 (lihat gambar 2). Karena hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan sistem informasi adalah divergen, yaitu hasil trial memberi nilai yang semakin menjauh dari nilai yang ingin dicapai, maka penulis mencoba mengatasinya dengan mengubah urutan persamaan dengan melakukan flow reversal. Hasil flow reversal dapat dilihat pada gambar 7. Flow reversal membantu agar
55

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

didapatkan cara berhitung yang lebih mudah. Dengan flow reversal ubahan perancangan berubah dari ECWn menjadi Tm pada efek terakhir, dan dari ECWm menjadi T1 pada efek tengah, dan ubahan daur ulang dari ECW1 menjadi CW1 pada efek pertama. Pada efek terakhir (lihat gambar 3) ubahan perancangan Tm perlu diberi nilai awal. Nilai awal Tm dapat dicoba-coba dengan memperhatikan persamaan-persamaan yang berhubungan dengannya. Tm dapat dicari dari Duhring lines, yaitu Tm = F (Xm,TJm), TJm telah dihasilkan sebelumnya pada persamaan 11 sedangkan Xm baru dihasilkan pada efek tengah (lihat gambar 2.) pada persamaan 1. Untuk itu perlu mengira-ngira nilai Xm dari ubahan-ubahan yang tersedia dengan cara Xm=Ln*Xn/Lm. Ln dihasilkan persamaan 2, Xn dihasilkan persamaan 1 (gambar 4.9.), sedangkan Lm baru dihasilkan pada perhitungan efek tengah oleh persamaan 2 (gambar 2).

56

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

57

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

58

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

59

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 1 Januari 2000 : 43 - 62

Untuk memperkirakan besar Lm, diambil Lm = Ln-Vm, Vm dapat diasumsikan sama dengan Vn. Cara lain untuk memperkirakan Lm seperti pada pembuatan program ini yaitu Lm=0,95*Ln, karena nilai Lm pasti lebih kecil dari Ln. Untuk iterasi selanjutnya jika persyaratan-persyaratan pada tahap pengujian tidak terpenuhi, dan kembali melakukan perhitungan dari awal, maka Tm dapat dicari dengan hasil iterasi sebelumnya. Yaitu Tm tetap dicari dari Duhring lines Tm=F(Xm,TJm), tetapi Xm diambil dari hasil perhitungan yaitu pada efek tengah (lihat gambar 2) dihasilkan persamaan 1. Kasus yang sama juga terdapat pada efek tengah. Seperti halnya Tm, ubahan perancangan T1 perlu diberi nilai awal coba-coba. Untuk mencari nilai awal T1 pada efek tengah juga dengan cara yang sama seperti pada efek terakhir, yaitu dimulai dengan L1=0,95*Lm, X1=Lm*Xm/L1, T1=F(X1,TJ1). Pada iterasi selanjutnya X1 diambil dari hasil perhitungan sebelumnya (lihat gambar 3) persamaan 1 efek pertama. Pada efek pertama (lihat gambar 3) persamaan 7 memerlukan masukan CW1. Ubahan daur ulang CW1 dapat diberi nilai awal yang dicoba-coba, yaitu CW1=1,2*V1. Karena steam yang masuk untuk memanaskan larutan pada efek ke-1, pasti lebih besar daripada vapor yang dihasilkan efek ke-1. Pembuatan program berdasarkan flow reversal telah mengatasi masalah yang timbul pada pembuatan program berdasarkan sistem informasi. Hasil perhitungan yang divergen (menjauh dari tujuan yang ingin dicapai sehingga tidak mendekati kebenaran) dapat diubah menjadi konvergen (hasil perhitungan yang mendekati nilai yang ingin dicapai) dengan mengubah urutan-urutan persamaannya, yaitu melakukan flow reversal. Program ini digunakan sebagai program bantu untuk memudahkan perhitungan dalam mencari luas area evaporator berefek N dengan pengumpanan arah belakang. Data-data keluaran hasil program ini relatif cukup lengkap sehingga bisa digunakan sebagai informasi bagi pemakainya. Dengan tersedianya program EVABWF.BAS ini, pemakai cukup memasukkan besarnya nilai dari masukan-masukannya, kemudian dapat langsung melihat hasil keluarannya, tanpa harus melakukan serangkaian perhitungan yang rumit dan panjang. Cara menggunakan program ini sangat sederhana, karena hanya membutuhkan 7 masukan, yaitu : 1. Jumlah efek evaporator (N). 2. Fraksi berat umpan (XF). 3. Fraksi berat produk (X1). 4. Suhu umpan (TF). 5. Tekanan steam (PS). 6. Tekanan pada efek akhir (Pn). 7. Jumlah jumlah bahan terlarut (SU), atau pelarut (LF) 8. KESIMPULAN a. Hasil ubahan perancangan yang digunakan dalam persamaan selalu diuji dengan jalannya program. Jika ubahan perancangan tersebut menyimpang (ditandai dengan berhentinya iterasi, atau didapatkan keluaran yang tidak masuk akal/tidak mungkin), maka perlu dimasukkan nilai baru (nilai coba-coba yang lain) untuk ubahan perancangan yang merupakan kelipatan tertentu dari nilai lama ubahan perancangan tersebut, atau mengganti dengan suatu ubahan baru. Proses ini dilakukan berulang kali sampai didapatkan ubahan perancangan dan nilai yang cocok (ditandai dengan program bisa berjalan baik). Setelah perhitungan berjalan baik, masih dilakukan pengujian terhadap masukan-masukan baru
60

Persiapan Perhitungan Luas Evaporator Berefek n dengan Algoritma Pemilihan Ubahan Perancangan (Baju Bawono, Lianna Dae Friska)

b. c.

d. e.

dan dilihat apakah perhitungan tetap berjalan. Jika tidak, maka perlu ditambahkan satu perintah baru yang membuat konvergensi perhitungannya lebih cepat Sistem informasi merupakan gambaran urutan penggunaan persamaan secara benar. Dalam sistem informasi ditampilkan juga diagram alir, dan hubungan antar persamaan, serta masukan dan keluaran untuk setiap persamaan . Flow reversal yang dilakukan harus terlebih dahulu melihat sistem informasi. Flow reversal dikatakan berhasil baik jika ubahan perancangan baru berhasil mengubah sifat divergen menjadi konvergen dari iterasi, dan ubahan perancangan baru tersebut mudah diperkirakan nilai awalnya Dengan bantuan program EVABWF.BAS, pemakai dapat menghemat waktu dan tenaga, karena jumlah iterasi menjadi lebih sedikit sehingga perhitungan lebih cepat Program EVABWF.BAS hanya membutuhkan 7 masukan yaitu jumlah efek evaporator (N), fraksi berat umpan (XF), fraksi berat produk (X1), suhu umpan (TF), tekanan steam (PS), tekanan pada efek terakhir (Pn), jumlah bahan terlarut (SU), atau pelarut (LF)

DAFTAR PUSTAKA Badger, W.L., dan Banchero, J.T., 1955, Introduction to Chemical Engineering, edi. 1, pp. 171243, McGraw-Hill International Book Company, Tokyo. Brown,G.G., 1978, Unit Operations, Fourteenth Printing, pp.481-487, John Wiley & Sons. Inc., New York Soegiarto, Pengantar Simulasi Komputer, Program Studi Teknik Industri FTI UAJY, Yogyakarta Soegiarto, Sebuah Persiapan Dalam Menyusun Program Komputer Untuk Simulasi Evaporator Berefek Banyak dengan Pengumpanan ke Depan, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta Soegiarto, 1997, Sebuah Cara Penyelesaian Problema dengan Persamaan Banyak, VASTHU, no. 01/Th. V, pp. 107-116, P.S. Teknik Industri FTI, Yogyakarta

61

Anda mungkin juga menyukai