Anda di halaman 1dari 42

1

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional menurut Standar Nasional Pendidikan Tahun 2006 pada tingkat SMP dan MTs sederajat adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, serta untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu hambatannya adalah rendahnya mutu pendidikan di negara ini, sehingga dengan adanya hambatan tersebut akan menjadikan sebuah tantangan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia. Tantangan yang ada merupakan suatu alat yang dapat memunculkan suatu pemikiran, inovasi baru dalam metode pembelajaran (BSNP, 2006). Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan bertujuan menumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, beradab, dan normal. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu, kolompok, dan masyarakat. Melalui pendidikan diharapkan mampu membentuk individuindividu yang berkompetensi di bidangnya sehingga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Rubiyanto, dkk., 2004:1).

Metode mengajar merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru harus bisa menentukan metode mengajar yang lebih baik dan efektif karena dengan metode mengajar yang efektif siswa akan lebih tertarik dan termotivasi dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selain metode, model pembelajaran juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Model pembelajaran yang menarik dapat memicu siswa untuk ikut secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini bisa dilakukan melalui model pembelajaran aktif. Pada dasarnya, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Peserta didik dituntut sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Model pembelajaran reciprocal teaching ini belum pernah digunakan di MTs. Aunul Ibad NW Beroro, sementara model pembelajaran ini efektif digunakan dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya. Penerapan pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching, berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar Biologi siswa (Sumariyadi, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan Endahing (2011) menyatakan bahwa penerapan model reciprocal teaching mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa. Model pembelajaran reciprocal teaching juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Supartim, 2005). Hasil belajar siswa berdasarkan nilai ujian sekolah di MTs. Aunul Ibad NW Beroro masih rendah dilihat dari 20 jumlah siswa hanya 3 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yang telah ditentukan (KKM 65) atau dengan

kata lain ketuntasan klasikal di kelas VII sebesar 15 %. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan adalah reciprocal teaching (RE). Reciprocal teaching atau disebut juga pembelajaran berbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar mandiri dan peserta didik mampu untuk menjelaskan temuannya kepada pihak lain (Slavin, 2008:89). Kemampuan siswa dalam belajar mandiri juga dapat ditingkatkan. Menurut Ibrahim (2007:5) menyatakan bahwa pembelajaran berbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui penerapan pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching untuk meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar biologi siswa kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model reciprocal teaching dalam meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar biologi siswa kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan kooperatif dan hasil belajar biologi siswa kelas VII

MTs. Aunul Ibad NW Beroro melalui pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan melalui penerapan pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching untuk meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar biologi siswa. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan keterampilan kooperatif siswa dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. b. Bagi guru Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah. c. Bagi peneliti Dapat meningkatkan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan, serta menambah pengalaman peneliti sebagai seorang calon guru.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013

. 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar pada pelajaran biologi kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013. F. Definisi Operasional Definisi operasional berguna untuk menghindari adanya kekeliruan mengenai istilah judul yang terdapat dalam penelitian ini, maka berikut akan dijelaskan tentang istilah yang terdapat dalam judul ini. 1. Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Reciprocal teaching adalah strategi pembelajaran kooperatif melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh,

fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai). Pada scaffolding kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan yang mampu dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang lebih tinggi dan lebih baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya. Dengan demikian scaffolding mampu membantu siswa mengembangkan kemampuan aktualnya menjadi kemampuan potensialnya. 2. Keterampilan Kooperatif Keterampilan kooperatif memiliki tiga tingkat, yaitu tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat mahir. Dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif secara baik. 3. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar diberikan pada setiap akhir siklus.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Model pembelajaran reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikan di depan kelas. Yang diharapkan tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. Paulina ( 2001) Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (1997) bahwa strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang

berkemampuan rendah. reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik. Dalam penggunaan pendekatan reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat

keterampilan tersebut di atas . Ibrahim (2007:5) menyatakan bahwa pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pengaruh pembelajaran berbalik terhadap hasil belajar sangat beragam antara lain mempengaruhi keterampilan komunikasi, motivasi, prestasi belajar, dan hasil belajar kognitif. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: Pengaruh reciprocal teaching terhadap keterampilan komunikasi. Berdasarkan pada keterampilan yang dilatihkan dan bentukbentuk aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan belajar maka reciprocal teaching berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi siswa, karena selama pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan, mengomentari jawaban teman yang lain. Pengaruh reciprocal teaching terhadap motivasi siswa. Menurut teori ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction), siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari membuat mereka puas dan menambah percaya dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini meningkatkan motivasi siswa (Wilujeng, 1999) Pengaruh reciprocal teaching terhadap hasil belajar kognitif. Selama KBM siswa membuat rangkuman jadi dilatih untuk menemukan ide pokok di dalam bahan bacaan dan ini merupakan keterampilan yang penting untuk belajar. Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh

Waluyono (2003) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan reciprocal teaching, kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Iiswati (2004) menyimpulkan bahwa

penggunaan reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa di samping peran serta guru dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh. Guru sangat berperan serta dalam memberikan pengarahan, pemahaman siswa tentang materi, motivasi sangat diperlukan siswa dalam reciprocal Teaching Ibrahim (2007: 5) a. Pengenalan Reciprocal Teaching Sebelum guru akan menggunakan reciprocal teaching perlu memperkenalkannya terlebih dahulu kepada siswa agar tidak ada kekeliruan yang terjadi nanti pada saat melaksanakan reciprocal teaching. Untuk memperkenal reciprocal teaching kepada siswa guru dapat memulai dengan memberikan informasi-informasi. Menurut Palincsar (1987) dalam Slavin (1997),

memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa. Contoh Skenario Pengenalan reciprocal teaching Kepada Siswa: Untuk minggu-minggu mendatang guru dan siswa akan bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kemampuan guru dan siswa dalam memahami bahan bacaan yang guru dan siswa baca. Kadang-kadang guru dan siswa sulit memahami arti kata-kata, sulit memusatkan perhatian kepada arti katakata atau kepada apa yang guru dan siswa baca. Guru dan siswa akan mempelajari suatu cara agar guru dan siswa dapat lebih memberikan

10

perhatian terhadap apa yang sedang guru dan siswa baca. Guru akan mengajarkan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan berikut pada saat siswa membaca. 1) Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari apa yang telah siswa baca dan meyakinkan bahwa siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. 2) Membuat rangkuman tentang informasi-informasi terpenting dari apa yang telah siswa baca. 3) Memprediksi apa yang mungkin dibahas oleh penulis pada bagian tulisan selanjutnya. 4) Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari bacaan yang dibaca. Kegiatan ini akan membantu siswa tetap memusatkan perhatian kepada apa yang sedang siswa baca dan meyakinkan diri sendiri bahwa siswa memahami apa yang telah siswa baca. Cara bagaimana siswa akan mempelajari empat kegiatan di atas adalah dengan mengambil giliran berperan sebagai guru selama kegiatan membaca di dalam kegiatan kelompok siswa. Apabila siswa menjadi guru, pertama-tama sambil membaca, siswa akan mengajukan pertanyaan yang siswa buat kepada kelompoknya sendiri. Siswa akan

memberitahukan kepada kelompoknya apabila jawaban kelompoknya benar. Sambil terus membaca, siswa akan mengikhtisarkan informasi penting yang siswa peroleh. siswa juga akan memberitahukan kepada kelompoknya apabila siswa menemukan segala sesuatu yang

11

membingungkan di dalam bacaan itu. Beberapa kali selama siswa membaca teks itu, siswa juga membuat prediksi, memikirkan apa yang barangkali akan dibahas pada bacaan berikutnya. Apabila siswa sedang berperan sebagai guru, anggota kelompoknya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kelompok lain dan memberi komentar terhadap rangkuman yang telah di buat. b. Langkah-langkah reciprocal teaching. Menurut Pujiastuti (2004), langkah-langkah reciprocal

teaching sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan materi atau pokok

bahasan pelajaran biologi yang mandiri. 2) berikut: a.

harus dipelajari siswa secara

Memberi tugas siswa dirumah sebagai

Mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri selanjutnya merangkum atau meringkas materi tersebut.

b.

Membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan materi yang bersangkutan.

3) Selanjutnya

Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa. mencatat sejumlah siswa yang benar dalam

merangkum materi yang ditugaskan guru.

12

4)

Guru menugaskan satu siswa pada tiap kelompok untuk menjelaskan hasil rangkumannya kepada anggota kelompok. Pada saat ini, guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan pengarah.

5)

mengungkapkan

kembali

materi

sajian

secara singkat untuk melihat tingkat pemahaman siswa yang lain. 6) individual. c. Kelebihan dan kelemahan reciprocal teaching. Setiap pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan masing-masing. Adapun kelebihan-kelebihan dari pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching sebagai berikut: 1. Melatih kemampuan siswa belajar mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat paulina, (2001) yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran reciprocal teaching ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. reciprocal teaching juga melatih siswa untuk menjelaskan kembali kepada pihak lain. Dengan demikian, penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka. 2. Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat rangkuman. Jadi siswa terlatih untuk menemukan hal-hal penting dari apa yang Guru memberi tugas soal latihan secara

13

siswa pelajari dan ini merupakan keterampilan penting dalam belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar yang rendah. 3. Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat pertanyaan dan menyelesaikan pertanyaan tersebut, sehingga dikatakan bahwa reciprocal teaching dapat mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Adapun kelemahan dari reciprocal teaching ini yaitu terletak pada siswa dengan kesulitan dekoding atau merangkai kata-kata dan mereka merasa tidak nyaman atau malu ketika bekerjasama dalam proses pembelajaran dan dalam pelaksanaaannya membutuhkan waktu yang banyak (Hayati, 2009). 2. Keterampilan Kooperatif Keterampilan kooperatif adalah keterampilan kerjasama dan kolaborasi antarsiswa dalam satu kelompok atau antar kelompok, yang berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas, di mana peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan (Isjoni, 2010).

keterampilan kooperatif adalah keterampilan kerjasama dan kolaborasi antar siswa dalam satu kelompok atau antar kelompok, yang berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Dimana peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota

14

kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan (Antin, 2008). Tujuan penting dari ketiga pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan bekerjasama. Pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan untuk kerjasama. Yang termasuk dalam keterampilan kooperatif menurut Isjoni (2010), antara lain: a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal Dalam cooperative learning tindakan yang mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilanketerampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.

Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: menggunakan kesepakatan,

menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas dalam waktunya dan menghormati perbedaan individu. b. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: Menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan

15

cara yang diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima dan bertanggung jawab dan mampu mengurangi ketegangan. c. KeterampilanKooperatif Tingkat Mahir Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: mampu memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan mampu menciptakan sifat kompromi-kompromi dalam arti

bekerjasama antara anggota kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Indikator keterampilan kooperatif meliputi: a) Siswa mampu menyamakan pendapat yang berguna untuk

meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok. b) Siswa mau memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau di kerjakan anggota lain. c) Siswa bersedia menggantikan dan bersedia mengemban

tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok. d) Setiap anggota siswa tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung. e) Siswa mampu meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan. f) Siswa mampu mendorong semua anggota kelompok untuk

memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

16

g) Siswa mampu meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas. h) i) Siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktunya. Siswa mampu menghormati perbedaan individu, bersikap

menghormati terhadap budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil

belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian dan sikap dari cita-cita, yang masing-masing golongan dapat di isi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah (Sudjana, 2004). Menurut Burton (2009), hasil belajar merupakan pola perilaku, nilai-nilai, pengertian, sikap apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Atas dasar pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan hasil belajar tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, namun juga mencakup aspekef ektif dan psikomotorik seseorang (Hamalik, 2001). Hasil belajar yang diproleh seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

17

factor indogis merupakan factor yang berasal dari dalam siswa sendiri, dan factor eksogis merupakan faktor yang berasal dari luar siswa sendiri (Aqib, 2010). Belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian

pengukuran dengan menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran

merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil dan (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat di lakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan prilaku pada individu yang belajar. Perubahan prilaku itu merupakan perolehan yang menjadi. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Purwanto, 2009). Berdasarkan teori taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi di capai melalui 3 kategori ranah antara lain, ranah kognitif, ranah afektif dan ranah fesikomotorik. Rinciannya adalah sebagai berikut. a). Ranah Kognitif Ranah kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu pengetahuan (mengingat, menghafal), pemahaman (menginterprestasikan), aplikasi

18

(menggunakan

konsep

untuk

memecahkan

masalah),

sintesis

(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi konsep utuh), dan evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dsb). b). Ranah Afektif Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu pengenalan (ingin menerima, sadarkan adanya sesuatu), merespon (aktif berfartisivasi), penghargaan (menerima nilai-nilai), pengorganisasian

(menghubungkan nilai-nilai yang dipercayai), dan pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai pola hidup). c). Ranah Psikomotorik Menurut Aunurahman (2009), ranah ini meliputi lima tingkatanya itu peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) dan naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar 1) Faktor Internal Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan

19

akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah. Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut di antaranya: Adanya keinginan untuk tahu Agar mendapatkan simpati dari orang lain. Untuk memperbaiki kegagalan Untuk mendapatkan rasa aman.

2) Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. a). Faktor yang berasal dari orang tua Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya. Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang

20

tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam. b). Faktor yang berasal dari sekolah Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar. c). Faktor yang berasal dari masyarakat Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi. Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Minat

21

Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagaimana seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.

2) Kecerdasan Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11). 3) Bakat Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992:17). Bakat memerlukan latihan dan

pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan

22

faktor yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi, 1989:12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan

seseorang untuk berhasil. 4) Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, sindiran, tingkatan, hadiah, dan

persaingan,

pertentangan,

cemoohan

hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. B. Hasil penelitian yang relevan 1. Sumariyadi .2011. Penerapan pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching untuk meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar biologi siswa kelas VII SMPN 5 Gerung tahun pelajaran 2011/2012. Hasil

penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan kelasikal

23

siswa pada siklus I adalah 60%. Dan pada siklus II sebesar 88%.Didukung oleh peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 66,66% dengan kategori aktif menjadi 94,44% pada siklus II dengan kategori sangat aktif. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching berpengaruh dalam peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar biologi siswa. 2. Ericha Ayu Endahing .2011. Penerapan model reciprocal teaching untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Pisang Candi 2 Kota Malang.hasil penelitian menunjukan pada siklus I pertemuan ke-1 dapat di analisis keaktifan siswa sebesar 68%, pada siklus I pertemuan ke-2 keaktifan siswa sebesar 77,5%. Pada siklus II pertemuan ke-1 keaktifan siswa sebesar 79% dan pada pertemuan ke -2 keaktifan siswa menjadi 78,3% .Hasil belajar pada siklus I ketuntasan kelasikal pada siklus I yaitu 74% dan pada siklus II sebesar 88%. kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah penerapan model reciprocal teaching mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SDN Pisang Candi 2 Kota Malang. 3. Supartini .2005. Upaya meningkatkan hasil belajar melalui impelementasi model pembelajaran berbalik(reciprocal teaching) pokok bahasan luas dan keliling.hasil penelitian menunjukan siklus I ketuntasan individu 65%, dan ketuntasan kelas 60%, nilai rata-rata 6,8. Pada siklus II ketuntasan individu 70%, dan ketuntasan kelas 72%, nilai rata-rata 7,2. Siklus III ketuntasan individu 79%, dan ketuntasan kelas 72%, nilai rata-rata 8,4. Rata-rata keaktifan siswa siklus I 2,25, siklus II 3,0, siklus III 3,2 dan rata-rata skor

24

kegiatan guru siklus I 2,8, siklus II 3,0, siklus III 3,2.kesimpulan yang dapat diperoleh setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah impelementasi model pembelajaran terbalik dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan luas dan keliling pada siswa kelas V SDN Pogalan III Pakis Magelang. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang efektif sangat diperlukan dalam mencapai hasil dan prestasi belajar yang baik. Banyaknya keluhan siswa yang kurang mandiri, kurang menghargai pendapat orang lain, siswa yang tidak mau bekerja sama merupakan bukti pembelajaran selama ini tidak memberikan kontribusi positif bagi siswa dan guru. Pemberdayaan model pembelajaran yang telah ada diuji coba dan diteliti guna menjadi salah satu pilihan dalam pembelajaran sehingga nantinya menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan melibatkan semua pihak. Suatu proses belajar dikatakan selesai apabila siswa telah menguasai bahan pembelajaran secara individu maupun secara kelompok. Salah satu pilihan model pembelajaran yang baik adalah pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching dimana dalam pembelajaran ini siswa akan lebih memperhatikan kelancaran hubungan kerja dan tugas diantara siswa. Selain itu, model pembelajaran ini sangat baik dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Disamping itu pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching mengajarkan kepada siswa keterampilam bekerja sama dan berkolaborasi dalam belajar. Adanya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif model reciprocal teaching diharapkan menjadi pilihan utama bagi guru dalam menyajikan materi belajar

25

sehingga tercipta suasana belajar yang efektif dalam mencapai hasil belajar yang baik. D. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching dapat meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar biologi siswa kelas VII MTs.Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di kelas bukan pada input kelas (Silabus materi hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas (Kunandar, 2008). B. Pendekatan Penelitian

26

Pendekatan adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam suatu penelitian tentang urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis pendekatan yaitu : 1. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat atau gambar (Nazir, 1999). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai keterampilan kooperatif siswa. 2. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan atau skorsing (Nazir 1999). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa menggunakan tes soal. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs. Aunul Ibad NW Beroro, Kecamatan Lembar Provinsi NTB pada semester genap TP 2012/2013. D. Rancangan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan berdasarkan rencana setiap siklus sebagai berikut : 1.Siklus Pertama 1) Perencanaan Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan: a. Menyusun rencana pembelajaran. b. Membuat lembaran observasi untuk keterlaksanaan RPP dan keterampilan kooperatif siswa. c. Mendesain alat evaluasi dan merencanakan analisis hasil tes.

27

2) Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun 3) Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan guru dalam keterlaksanaan RPP dan keterampilaan kooperatif siswa. 4) Refleksi Hasil yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil evaluasi belajar siswa dikumpulkan serta dianalisis dari hasil tersebut guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi, yaitu identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan akan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus Kedua Siklus kedua dilakukan apabila pembelajaran pada siklus pertama dinilai belum berhasil mencapai ketuntasan belajar dan proses belajar mengajar belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus dua pada dasarnya sama dengan langkah-langakah pada siklus pertama. Hanya saja siklus dua dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus pertama. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

28

Observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan keterampilan kooperatif siswa 2. Tes Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. F. Instrumen Penelitian Arikunto ( 2006 ) menerangkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini berfungsi dalam memudahkan pekerjaan dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Lembar Observasi Observasi adalah suatu alat penelitian yang digunakan untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar dan tingkah laku guru pada waktu mengajar (Sudjana, 1989).Observasi dilakukan dengan lembar observasi keterlaksanaan RPP dan lembar keterampilaan kooperatif siswa. 2) Tes Hasil Belajar Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka dibuat tes Biologi sebagai tes akhir dalam bentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir dengan total keseluruhan skor 100. Dan soal yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di MTs. Aunul Ibad NW Beroro. G. Analisis Data

29

1. Data Hasil Observasi Data hasil observasi dalam penelitian ini ada 2 yaitu data keterlaksanaan RPP dan data keterampilan kooperatif siswa melalui penerapan

pembelajaran reciprocal teaching. a. Data Keterlaksanaan RPP Data keterlaksanaan RPP dihitung dengan menggunakan rumus: % keterlaksanaan PBM = A x 100%
B

Keterangan: A = Langkah pembelajaran yang terlaksana B = Langkah pembelajaran yang harus terlaksanakan ( Arikunto, 2006 ).

Tabel 3.1 Konversi Keterlaksanaan RPP No 1 2 3 4 Persentase 55 56 70 71 85 85 Kategori Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

b. Data Keterampilan Kooperatif Siswa

30

Data keterampilan kooperatif siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: P = Persentase aktivitas siswa x = jumlah jawaban ya hasil observasi n = jumlah indikator penelitian (Arikunto, 2002) Tabel 3.2 Konversi Kategori Untuk Keterampilan Kooperatif. Konversi 61 80 41 60 20 40 Kategori Keterampilan kooperatif tinggi Keterampilan kooperatif sedang Keterampilan kooperatif rendah

Sumber Nurhasan, (2001) 2. Data Hasil Belajar a. Ketuntasan individu Setiap individu dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai 65, sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan di sekolah. Nilai siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Ki = x 100 (Sudjana, 2003) (3-3)

Keterangan : Ki = Perolehan nilai T = Jumlah Skor Yang Diperoleh Tt = Total Skor Maksimal b. Ketuntasan klasikal

31

Data tes hasil belajar proses pembelajaran dianalisis ketuntasan secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 dengan rumus ketuntasan klasikal adalah : KK = x 100% ...................................................(Sudjana, 2003)(3-4)

Keterangan : KK = Ketuntasan Klasikal XY = Jumlah Siswa Yang Memperoleh Nilai 65 Z = Jumlah Seluruh Siswa

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

32

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai 04 April 2013 pada kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro dengan jumlah siswa 20 orang. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum seluruh proses penelitian dilaksanakan adalah mempersiapkan perangkat umum

pembelajaran silabus, dan kelengkapan penelitian lain meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi guru, dan tes hasil belajar siswa. Adapun hasil penelitian sebagai berikut: a. Keterlaksaan RPP Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil observasi observer terhadap peneliti dengan menggunakan lembar observasi observer pada siklus I dan siklus II

diperoleh hasil penelitian terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Data Keterlaksanaan RPP Siklus I dan siklus II
Siklus I No Parameter Pertemuan I 19 10 9 52,63% Tidak Baik Pertemuan II 19 15 4 78,94% Baik Siklus II Pertemuan I 19 13 6 68,42% Cukup Baik Pertemuan II 19 17 2 89,47% Sangat Baik

1 2 3 4 5

Jumlah indicator Indikator terlaksana Indikator yang tidak terlaksana Persentase keterlaksanaan indikator (%) Kriteria Ketuntasan

Sumber: Data Primer Diolah. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus I pertemuan I dari 19 indikator yang dinilai, 10 indikator yang terlaksana dan 9 indikator yang tidak terlaksana. Jika dipersentasekan maka 52,63% indikator terlaksana dengan kategori tidak baik. Pada siklus I pertemuan II dari 19 indikator yang ada, 15 indikator yang terlaksana dan 4 indikator

33

yang tidak terlaksana. Jika dipersentasekan maka 78,94% indikator terlaksana dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan I dari 19 indikator yang dinilai, 13 indikator yang terlaksana dan 6 indikator yang tidak terlaksana. Jika dipersentasekan, maka 68,42% indikator terlaksana dengan kategori cukup baik. Pada siklus II pertemuan II dari 19 indikator yang dinilai, 17 indikator yang terlaksana dan 2 indikator yang tidak terlaksana. Jika dipersentasekan maka 89,47% indicator terlaksana dengan kategori sangat baik. b. Hasil Belajar Siswa Siklus I dan siklus II Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II terlihat pada tabel berikut Tabel 4.2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas VII Siklus I dan siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Parameter Jumlah siswa Jumlah siswa yang ikut tes Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase ketuntasan klasikal (%) Kriteria ketuntasan Siklus I 20 20 85 50 14 6 70% Tidak Tuntas Siklus II 20 20 85 60 17 3 85% Tuntas

Sumber: Data Primer Diolah. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I yang diikuti oleh 20 siswa terdapat 14 siswa yang tuntas dan 6 siswa yang tidak tuntas. Jika dipersentasekan ketuntasan secara klasikal sebesar 70%, sehingga kriteria ketuntasan yaitu tidak tuntas secara klasikal karena masih di bawah 85%.

34

Pada siklus II menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa yang diikuti oleh 20 siswa terdapat 17 siswa yang tuntas dan 3 siswa yang tidak tuntas. Jika dipresentasekan ketuntasan secara klasikal sebesar 85%, sehingga kriteria ketuntasan belajar dapat dikatakan tuntas karena jumlahh siswa yang tuntas 85%. c. Hasil Observasi Keterampilan Kooperatif Keterampilan kooperatif siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi keterampilan kooperatif. Adapun hasil analisis data keterampilan kooperatif siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3. Data Keterampilan Kooperatif siswa di MTs Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013.
Siklus I No Parameter Pertemuan I 28 16 12 57,14% Sedang Pertemuan II 28 19 9 67,85% Tinggi Siklus II Pertemuan I 28 21 7 75,00% Tinggi Pertemuan II 28 22 6 78,57% Tinggi

1 2 3 4 5

Jumlah indicator Indikator terlaksana Indikator yang tidak terlaksana Persentase keterlaksanaan indikator (%) Kriteria Ketuntasan

Sumber : Data Primer Diolah. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat keterampilan kooperatif siswa tergolong meningkat. Hal ini dilihat dari persentase keterampilan kooperatif pada siklus I pertemuan I keterampilan kooperatif sebesar 57,14% dengan kategori sedang, sedangkan pertemuan II persentasenya sebesar 67,85% dengan kategori tinggi. Pada siklus II pertemuan I persentase keterampilan kooperatif sebesar 75,00% dengan kategori tinggi

35

sedangkan untuk siklus II pertemuan II persentase yang diperoleh sebesar 78,57% dengan kategori tinggi. B. Pembahasan 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan data yang diperoleh persentase keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan I 52.63% dengan jumlah indikator yang terlaksana sebanyak 10 termasuk kategori tidak baik. Hasil tersebut meningkat pada siklus I petemuan II yakni sebesar 78.94% dengan jumlah indikator yang terlaksana 15 dan termasuk kategori baik. Pada siklus II pertemuan I keterlaksanaan pembelajaran sebesar 68.42% dengan jumlah indikator yang terlaksana 13 termasuk kategori cukup baik, sedangkan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan yaitu dengan 17 indikator terlaksana dengan kategori sangat baik sehingga jika dipersentasekan sebesar 89.47%. Peningkatan tersebut terjadi setelah dilakukannya perbaikan-perbaikan diantaranya: cara mengajar peneliti dan juga pada saat membimbing siswa pada saat diskusi kelompok berlangsung sehingga yang tadinya siswa kurang aktif dalam bertanya terhadap materi yang belum jelas, siswa masih ragu dalam berpendapat menjadi bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Peningkatan tersebut juga tidak lepas dari penerapan model reciprocal teaching yang diterapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dipahami. 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

36

3.Melakukan tanya jawab untuk menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari. 4.Meminta siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat salah atau kurang. Sementara pada siklus II pertemuan I keterlaksanaan pembelajaran mengalami penurunan dengan persentase 68.42% dan masuk dalam kategori tidak baik dan pada siklus II pertemuan II keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan menjadi 89.47%. Hal ini dan disebabkan karena guru telah maksimal benar-benar

membimbing

memfasilitasi

siswa

yang

membutuhkan bimbingan secara merata (tidak selalu yang pintar) serta memotivasi siswa dalam mengeluarkan pendapat dan menyimpulkan materi, aktivitas siswa selama menikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teaching sudah efektif. Dalam proses belajar mengajar siswa lebih aktif dan berpartisifasi lebih banyak. Guru sudah berupaya mremperbaiki kekurangan-

kekurangan yang tampak pada siklus sebelumnya, yaitu dengan lebih menekankan pada kegiatan siswa sehingga ada kerjasama dan komunikasi antar siswa baik dengan teman satu kelompok maupun dengan siswa dari kelompok lain. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tiap siklus ini disebabkan karena pengalaman mengajar guru yang masih kurang sehingga menyebabkan guru kurang bisa memberi motivasi dan

37

mengarahkan siswa serta kekurangan dalam mengembangkan materi pelajaran dengan tema yang lebih luas. 2. Keterampilan kooperatif siswa Dilihat dari tabel 4.2. hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran dengan

menggunakan model reciprocal teaching pada siklus I pertemuan I, diperoleh bahwa persentase keterampilan kooperatif siswa yaitu 57,14% dan masuk kategori sedang, pada siklus I pertemuan II diperoleh persentase keterampilan kooperatif sebesar 67.85% dengan kategori tinggi. Keterampilan kooperatif pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II masih memerlukan perbaikan karena dapat dilihat bahwa masih ada kekurangan dalam proses pembelajaran yang harus diperbaiki di antaranya kemampuan siswa untuk berbicara dengan anggota

kelompoknya, saling menerima saran dan masukan dari anggota kelompoknya, tidak membuat gaduh pada saat berjalannya diskusi, selain itu siswa kurang siap menerima materi pelajaran karena masih banyak siswa yang kurang mengerti dan tidak bertanya tentang kesulitan yang dihadapi. Adapun tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan pada siklus I antara lain guru harus lebih mengaktifkan siswa terutama dalam bertanya dan diskusi serta guru juga harus benar-benar membimbing siswa yang mengalami kesulitan baik dalam belajar maupun berdiskusi dengan temanya. Dalam hal ini ditekankan peran guru sebagai pembimbing dan sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu melaksanakan tugasnya dengan

38

baik, harus memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya dengan bahasa sendiri, agar siswa benar-benar mereka sendiri yang menemukannya. Di samping itu juga guru harus memantau dan lebih memberi perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran supaya siwa menjadi lebih aktif bertanya dan lebih berani mengutarakan pendapatnya. Dengan mengacu pada pengalaman-pengalaman dan perlakuan siklus I, maka dilaksanakan tindakan pada siklus II. Hasil keterampilan kooperatif siswa pada siklus II terlaksana dengan baik dari sebelumnya. Pada siklus II pertemuan I diperoleh persentase keterampilan kooperatif siswa sebesar 75% dengan kategori tinggi dan pada pertemuan ke II diperoleh persentase sebesar 78.57%. Hal ini dikarenakan setelah dilakukannya refleksi (perbaikan) terhadap beberapa indikator yang tidak terlaksana seperti: meminta siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan apabila kesimpulan yang dibuat salah atau kurang. 3. Hasil belajar Hasil evaluasi dari tiap-tiap siklus diketahui bahwa persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70% yang artinya belum memenuhi ketuntasan secara klasikal. Belum tercapainya hasil belajar secara klasikal disebabkan oleh kurang optimalnya pembelajaran yang diberikan guru. Pada siklus II diketahui persentase hasil belajar siswa sebesar 85% yang artinya telah memenuhi ketuntasan secara klasikal sebesar 85%, disebabkan karena guru sudah secara maksimal melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

39

Penelitian yang telah dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka proses perenungan kembali (refleksi) pada setiap pembelajaran berdasarkan evaluasi merupakan hal yang sangat penting, sehingga kekurangan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya dapat diberikan tindakan perbaikan pada kegiatan belajar sebelumnya. Peningkatan rata-rata skor pada tiap siklus dan tercapai ketuntasan hasil belajar dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Maka penelitian ini dihentikan dengan hasil yang diperoleh cukup memberikan informasi untuk mengambil suatu kesimpulan. Pencapaian hasil belajar pada siklus II, menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching siswa menjadi lebih aktif, menarik dan saling bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah dalam kegiatan belajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, selain itu juga pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching juga dalam pembelajaran menekankan pada pemahaman mandiri siswa, sehingga bisa meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif model reciprocal teaching efektif untuk meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar biologi siswa kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013.

40

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Kesimpulan yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah:

41

1. Penerapan model reciprocal teaching dapat meningkatkan keterampilan kooperatif pada siswa kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dilihat dari keterampilan kooperatif siswa dengan persentase pada siklus I pertemuan I 57,14% (kategori sedang) dan pada pertemuan-II sebesar 67,85% (kategori tinggi). Pada siklus II pertemuan I sebesar 75% (kategori tinggi) dan pada pertemuan II sebesar 78,57% (kategori tinggi). 2. Penerapan model reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs. Aunul Ibad NW Beroro. Hal ini dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I 70% dan pada siklus II 85% sehingga dikatakan tuntas secara klasikal. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka dalam hal ini peneliti menyampaikan saran kepada: a. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran IPA diharapkan terus menerapkan model pembelajaran reciprocal teaching ini dan

mengoptimalkan penggunaannya. b. Kepala Sekolah, diharapkan untuk memberi dorongan kepada dewan guru untuk selalu melakukan berbagai macam variasi dalam proses pembelajaran guna menghindari kejenuhan siswa mengikuti proses pembelajaran. Salah satunya yaitu Pembelajaran dengan penerapan model reciprocal teaching. c. Bagi peneliti, untuk mengembangkan hasil penelitian ini dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran lain.

42

d. Lembaga IKIP Mataram, sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik untuk dapat memberikan konstribusi penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai