Anda di halaman 1dari 3

Jump 1 1. RL hangat : cairan rehidrasi Ringer Laktat bersuhu 30-32oC 2.

Crossmatch : reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donor, tujuan dilakukannya crossmatch adalah mencegah kemungkinan hemolisis 3. Distended : abdomen terlihat tegang dan kaku 4. Test undulasi : tes untuk memeriksa adanya cairan dalam rongga abdomen 5. Pekak alih : jenis tes lain untuk memeriksa adanya cairan dalam rongga abdomen 6. Sacro iliaca disruption: retak pada persendian sacroiliaca Jump 2 1. Interpretasi hasil pemeriksaan dokter di IGD 2. Komplikasi 3. Prognosis 4. Penatalaksanaan 5. Indikasi pemeriksaan Jump 3 1. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut kanan atas 2. Merasa ditusuk benda tajam dua kali di perut kanan dan punggung kiri 3. Pasien sadar tapi lemas 4. Nadi 130x per menit, takikardi tanda syok 5. RR : Takipneu 6. Tekanan darah: hipotensi 7. Suhu pasien : normal 8. Airway Bebas tidak terdapat sumbatan Diberikan terapi O2 karena terdapat tanda syok Pemberian O2 dengan menggunakan re-breathing mask agar suplai O2 ke dalam tubuh pasien maksimal Pasien diberikan collar brace karena hal tersebut merupakan penanganan bagi segala jenis trauma, semua pasien trauma merupakan suspek cedera vertebrae cervicalis hingga idbuktikan tidak terdapat cedera. 9. Breathing RR pasien tergolong takipneu Pada inspeksi thorax ditemukan pengembangan hemithorax sinistra tertinggal, kemungkinan ada hemothorax, pneumothorax atau hidrothorax Pada perkusi thorax ditemukan redup, kecurigaan mengarah pada adanya darah atau cairan pada cavum pleura pasien Pada auskultasi thorax ditemukan suara vesikuler menurun, kemungkinan terjadi hemothorax atau pneumothorax Pada auskultasi abdomen ditemukan timpani yang berarti normal dan bising usus normal

Pada pemasangan WSD didapatkan darah sebanyak 75 cc namun RR tetap 32x per menit, tetap takipneu, menghilangkan kemungkinan syok karena tension pneumothorax 10. Circulation Nadi 130x per menit dengan tekanan yang kecil Tensi 80/40 dan suhu normal Akral dingin lembab tanda syok 11. Abdomen yang distended Kecurigaan mengarah pada perdarahan dalam perut Dikuatkan dengan adanya tes undulasi dan pekak alih yang positif 12. Bising usus yang menurun Ada darah didalam rongga abdomen yang menghalangi hantaran suara bising usus Adanya obstruksi usus yang menyebabkan bunyi bising usus berkurang frekuensinya Bising usus tidak spesifik menandakan adanya trauma abdomen Bising usus yang menurun dapat disebabkan oleh : adanya darah dalam peritoneum, adanya kebocoran abdomen, dan adanya trauma pada tulang iga, tulang belakang atau tulang panggul 13. Tidak ditemukannya defans muskuler menandakan belum ada iritasi pada peritoneum, pada kasus perdarahan pada abdomen, iritasi paeritoneum dapat terjadi 2 jam post-trauma 14. Pemeriksaan rectal toucher negatif, pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa: Tonus sphincter ani yang melemah Integritas dinding rektum Darah dalam rektum Posisi prostat : posisi prostat tinggi curiga ruptur urethra Tulang panggul yang patah Konfirmasi perforasi usus 15. Trauma abdomen Dapat disebabkan oleh trauma tembus maupun trauma tumpul Trauma tembus : didapatkan penetrasi dalam abdomen akibat luka tusuk dan luka tembak Trauma tumpul : tidak didapatkan penetrasi namun terdapat kontusi / laserasi jaringan Cedera pada organ dalam abdomen dapat dibagi menjadi dua yaitu pada organ yang berongga didapatkan perforasi atau pada organ yang padat didapatkan perdarahan Cedera pada organ yang padat dapat ditemukan perdarahan Cedera pada organ yang berongga misalnya usus dan empedu sering berujung pada peritonitis Cedera abdomen menurut daerahnya dibagi menjadi cedera organ intraperitoneal misalnya ruptur hepar, ruptur lien maupun usus halus; dan cedera organ retroperitoneal misalnya ruptur ginjal

Ruptur hepar biasanya karena fraktur costae VII-IX Ruptur lien basanya akibat fraktur costae IX-X, dan biasanya mengakibatkan takikardi dan hipotensi Ruptur ginjal biasanya disebabkan oleh fraktur IX-XII 16. Pemberian infus dua jalur adalah karena adanya indikasi pasien jatuh dalam keadaan syok sehingga pemberian cairan dengan digrojok dan dua jalur. 17. Kateter digunakan untuk monitoring hemodinamika pasien, untuk pasien diharapkan hemodinamikanya stabil yaitu : tensi > 90 mmHg, MAP > 70 mmHg, dan produksi urin > 50 mm/jam 18. Trauma urogenital dibagi menjadi trauma ginjal, trauma skrotum, trauma ureter dan trauma urethra. Trauma ginjal merupakan 10% dari kejadian trauma abdomen. 19. Luka lecet dan perdarahan pada dinding perut menandakan adanya kerusakan organ abdomen di bawahnya. 20. Ekimosis pada pinggang tanda perdarahan retroperitoneal, sedangkan ekimosis umbilicus menandakan perdarahan intraperitoneal. 21. Distensi dinding perut dapat menjadi tanda adanya Pneumoperitoneum Dilatasi gastrik Dilatasi ileum akibat iritasi peritoneal 22. Pernafasan perut yang tertinggal juga dapat menjadi tanda adanya peritonitis. 23. Disruption pada simphisis oseum pubis dapat mengakibatkan robekan ligamentum sacroiliaca, ligamentum sacrospinosum, ligamentum sacrotuberosum dan fibromuskular pelvic floor. 24. Simphisis oseum pubis yang retak dapat diikuti oleh dislokasi sakroiliaka sehingga pelvic ring terbuka yang akan mengakibatkan ruptur pada kompleks vena pelvis posterior, arteri iliaca interna hingga merobek aorta thoracalis sehingga terjadi hipotensi. 25. Patahnya tulang pelvis dapat berakibat pada perdarahan yang masif dan gangguan urologis 26. Cedera pada pelvis penting dilakukan rectal toucher sebab dapat beakibat pada laserasi rektum dan peritoneum. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan rontgen pelvis. 27. Penatalaksanaan trauma abdomen adalah sesuai dengan penatalaksanaan trauma yaitu [astikan airway bebas, breathing dan circulation adekuat, serta periksa disability serta environment pasien. Setelah itu dapat diberikan transfusi serta analgesic jika perlu.

Anda mungkin juga menyukai