Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. ( UU, No 23 tahun 1992 ). Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh dan berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkat kan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya. Lingkungan memerlukan pemeliharaan yang baik karena mempunyai kaitan yang erat dengan derajat kesehatan masyarakat. Keputusan Menteri Kesehatan No/261/Menkes/SK/II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk lainnya Penyehatan kesehatan lingkungan termasuk air, udara, limbah dan sampah (Depkes. RI, 1999). Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui kegiatan yang salah satunya yaitu kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujutkan kualitas lingkungan yang sehat sehingga terbebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup yang penyelengaraan dapat dilakukan, antara lain melalui peningkatan sanitasi perumahan. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga untuk itu haruslah memenuhi persyaratan sebuah rumah. Begitu besarnya pengaruh lingkungan ini sehingga untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat perlu dilakukan upaya penyehatan lingkungan, yang merupakan usaha pencegahan terhadap penyakit yang berhubungan dengan lingkungan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah sanitasi lingkungan yaitu dengan cara melakukan pengawasan terhadap faktor fisik, biologis, sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia. Dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak atau yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 1992). Salah satu faktor yang berhubungan dengan lingkungan adalah masalah penanganan sampah, air bersih, SPAL dan jamban juga kontruksi rumah dimana di Indonesia masalah kesehatan masyarakat yang menyangkut dengan lingkungan belum sepenuhnya mendapat perhatian yang serius terutama di daerah pedesaan yang penduduknya relatif masih jarang, disamping masih kurangnya pengertian masyarakat terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh aktifitas masyarakat dan latar belakang hidup masyarakat yang masih berbeda akibat perbedaan pendidikan dan sosial ekonomi. (Soegagio,1985). Di pihak lain kondisi disekitar rumah yang dapat juga menimbulkan gangguan pada manusia serta terganggunya keseimbangan ekologi dan sumber alam, sehingga perlu upaya yang memadai guna mendapatkan sistem pembuangan sampah, air bersih, dan pembuangan limbah rumah tangga serta jamban. Masalah yang akan timbul terutama pada sistem pengelolaan dan pembuangan yang tidak

baik akan dapat mengotori dan mencemari lingkungan, disamping merupakan media yang paling baik untuk perkembangan berbagai serangga dan tikus, pemandangan yang tidak menyenangkan atau estetika dan menimbulkan bau yang kurang enak, bisa menyebabkan kebakaran dan tumbuhnya bakteri dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai rumah atau tempat tinggal.luas lantai rumah tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lingkungan keluarga atau perumahan. luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga. Penyediaan air bersih dari 18 propinsi yang mengirimkan laporan hasil pemeriksaan bakteriologis terhadap sample air bersih (perpipaan dan non perpipaan) tahun 2000, menggambarkan kualitas air bersih yang di gunakan penduduk adalah 30.831 sampel air bersih perpipaan yang di periksa,20.892 sampel atau 67,76 % diantaranya di nyatakan memenuhi syarat bakteriologis. Propinsi dengan persentase sample yang memenuhi syarat bakteriologis tertinggi adalah Kalimantan Tengah (91,90 %), menyusul Sumatera Barat (89,18 %), dan DKI Jakarta (88,75 %). Sedangkan untuk persentase terendah adalah Sulawesi Tengah (29,00 %), DI Yogyakarta (36,49 %), dan Sumatera Selatan (44,70 %). Dari 28.860 sampel air bersih non perpipaan yang diperiksa, 13.229 sampel atau 45,84 % di antaranya dinyatakan memenuhi syarat bakteriologis. Propinsi dengan persentase sampel yang memenuhi syarat bakteriologis tertinggi adalah

Kalimantan Tengah (79 ,40 %), menyusul Jambi (75,80 %), dan Bengkulu (72,75 %). Sedangkan untuk persentase terendah adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (13,47 %), Sulawesi Selatan (20,42 %) dan DI Yogyakarta (25,62 %). Pembuangan kotoran manusia hubungan yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan yang digunakan. Jenis penampungan yang tidak memadai akan mencemari lingkungan sekitar dan sekaligus meningkatkan resiko penularan penyakit. Secara nasional, lebih dari separuh (55,34 %) rumah tangga sudah mempunyai sarana pembuangan kotoran sendiri (di perkotaan sebesar 69,12 % dan di pedesaan sebesar 45,31 %), dengan persentase terbesar di propinsi Riau (77,12 %), Lampung (74,73 %) dan DKI Jakarta (73,84%). Rumah tangga yang tidak mempunyai sarana pembuangan kotoran terbanyak terdapat di propinsi NTB (51,34 %), Irian jaya (48,90 %), dan Sulawesi Tengah (46,52 %). Tahun 2000 secara nasional rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai kurang dari 50 meter persegi masih 41,38 % (termasuk 4,72 % dengan luas lantai kurang dari 20 meter persegi) dan yang menempati rumah dengan luas lantai 100 meter persegi atau lebih hanya 14,90%.sebesar 43,73% rumah tangga menempati rumah dengan luas lantai 50 99 meter persegi. Jika dilihat jenis lantai yang di tempati, persentase rumah tangga yang menempati rumah yang berlantai semen atau batu merah sebesar 35,96 %,sebesar 17,71 % berlantai ubin atau tegel,14,18 % berlantai kayu, dan14,51 % berlantai keramik atau marmer. Namun masih sebesar 15,49 % rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah berlantai tanah (dengan persentase tertinggi di NTT

yaitu sebesar 46,12 %, Lampung sebesar 28,76 %, dan Jawa timur sebesar 25,66 %). Secara nasional, sebagian besar rumah tangga (68,01 %) bertempat tinggal di rumah yang beratap genteng. Provinsi yang sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di rumah yang beratap genteng adalah seluruh Propinsi di pulau Jawa, Lampung, Bali, dan NTB. Sedangkan di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera utara termasuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam lebih banyak rumah yang beratap seng (masing masing sebesar 92,5 %, 86,67 % dan 82,30 %) Jenis dinding rumah yang di tempati rumah tangga sebagian besar (58,35 %) berupa dinding tembok 26,67 % dinding kayu, dan 14,03 % berdinding bambo. Sumber penerangan di rumah sebagian rumah tangga (83,68 %) bersumber dari listrik PLN, 10,42 % bersumber dari lampu pelita atau sentir, dan 2,70 % bersumber dari lampu pompa atau petromak atau aladin. Rumah yang memenuhi syarat sangat selain dari kontruksi rumah juga dipengaruhi oleh penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan pembuangan limbah rumah tangga. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan Paradigma Sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Untuk itu diperlukan adanya Sumber Daya Manusia yang handal dan memadai, guna menunjang tatanan kelompok.

Di Indonesia perilaku hidup bersih dan sehat dilihat dari pendidikan umum masyarakat, maka diharapkan perilaku hidup sehatpun semakin membaik. Hasil SKRT 1995 (Susenas, 2000) dapat diketahui beberapa perilaku yang berhubungan dengan pola hidup sehat seperti kebiasaan merokok, gosok gigi, olah raga dan chek-up kesehatan. Presentase penduduk yang merokok lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak merokok yaitu 22,9 % perokok tiap hari, 3,3 % perokok kadang-kadang, 2,1 % pernah merokok, sedangkan 77,6 % yang tidak merokok. Penduduk berumur 1 tahun keatas yang tidak mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebesar 15,6 %. Dari yang mempunyai kebiasaan menggosok gigi, sebesar 61,8 % menggosok gigi setelah bangun tidur, 11,7 % menggosok gigi setelah makan dan 22,3 % menggosok gigi sebelum tidur. Kebiasaan berolah raga dalam 3 bulan terakhir hanya dilakukan oleh 29,1 % penduduk berumur 10 tahun keatas,diantara yang melakukan olah raga tersebut yang melakukan olah raga 1 - 2 kali seminggu 73,3 % dan yang melakukan olah raga setiap hari hanya 5,5 %. Penduduk berumur 30 tahun keatas yang pernah melakukan general chek-up dalam 5 tahun terakhir hanya sebesar 21,27 %. (Profil Kesehatan di Indonesia, 2000). Berdasarkan latar berlakang diatas maka penulis tertarik melakukan suatu pembahasan tentang Karakteristik Rumah Sehat.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Sanitasi Sanitasi adalah pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit (Ehler & Steel). Sanitasi menurut Azwar, 1992 adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau memungkinkan mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan salah satu disiplin ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip hygiene sanitasi. WHO (1984), Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar menjamin keadaan sehat dari manusia. Sanitasi lingkungan adalah sebagai usaha pengendalian dari semua faktorfaktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. (WHO Expert Committee, 1984). Kesehatan lingkungan bagian integral dari ilmu kesehatan masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi, dengan tujuan membina dan meningkatkan derajat kesehatan dan mampu hidup sehat yang optimal melalui cara pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan meniadakan dan mengendalikan faktor-

faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit (Selamet,1992).

2.2. Perumahan Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia. dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad moderen manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) yang dilengkapi dengan peralatan yang serba moderen. (Notoatmodjo, 1997)

2.3. Saluran Pembuangan Air Limbah Sumber air limbah (Sewage) adalah ekskreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi dan WC dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan dan air hujan. 2.3.1. Maksud Pengaturan Pembuangan Air limbah adalah 1. Untuk mencegah pengotoran sumber air. 2. Menjaga makanan misalnya sayuran yang dicuci dengan air permukaan. 3. Perlindungan terhadap ikan yang hidup dikali. 4. Menghindari tanah permukaan. 5. Perlindungan air untuk ternak.

6. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit-bibit penyakit dan pemandangan yang tidak sedap. 2.3..2. Sistem Pembuangan Air Limbah. Sistem pembuangan air limbah ada 3 (Udin Djahu,tahun 1991).Yaitu sebagai berikut : 1. Sistem campuran (Combainet System). Yaitu air kotor dan air hujan disalurkan melalui saluran yang sama, saluran ini harus ditutup. 2. Sistem terpisah (Separate System). Air kotoran dan air hujan yang dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah. 3. Sistem kombinasi (Pseudo Separate System). Merupakan perpaduan antara saluran air limbah dan air hujan pada waktu musim hujan bercampur dengan air limbah sedangkan sisa air hujan berfungsi sebagai pengencer. Kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan melalui sistem perapian interseptor. 2.3..3. Cara Pembuangan Air Limbah Pembuangan air limbah yang baik dapat dilakukan dengan cara syarat kesehatan misalnya : 1. Bisa melalui riol adalah suatu jaringan dari saluran air kotor yang tertutup dibawah tanah yang menampung dan mengalirkan air kotor dari pasantren ketempat pembuangan resmi.

2. Dengan membuat pembuangan air limbah sendiri, ini merupakan cara yang paling baik dengan membuat septiktank yang dilengkapi dengan bak peresapan, pembuatan sumur peresapan hendaknya diletakkan jauh dari sumber air minum dan dijamin tidak terkontaminasi dengan perembesan, sebaiknya jarak bak dengan air sumber 11 m. Untuk air kotoran yang berasal dari dapur pada saluran yang dialirkan keseptiktank harus dibuat ruang penangkap lemak. Berbagai cara pengelolaan air limbah dapat diterapkan tergantung dari pada kualitasnya yang penting tujuan utama pengelolaan air limbah adalah untuk mengurangi Biochemical Oxygen Demand (BOD),

mengurangi zat partikel tercampur serta membunuh organisme phatogen.

2.3.4. Pengaruh Air Limbah. Pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mengakibatkan dampak yang berpengaruh terhadap : 1. Pengaruh air limbah terhadap kesehatan. Air limbah yang mengandung mikroorganisme dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh air limbah misalnya penyakit usus (amoebiasis), cholera (Penyakit sistemik), penyakit infeksi saluran pencernaan. Disamping itu air limbah yang mengandung bahan kimia juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik melalui makanan ataupun minuman, jenis bahan kimia tersebut antara lain cadmium timah hitam dapat menimbulkan berbagai macam keracunan termasuk mengganggu

10

susunan darah, merusak sistem dan merusak fungsi ginjal bagi seseorang yang terpapar melalui udara makanan dan air pada waktu tertentu, jika konsentrasi kandungan timah hitam meningkat akan terjadi anemia dan meningkat lagi akan terjadi gangguan fungsi otak dan kerusakan pada ginjal. 2. Pengaruh air limbah terhadap keindahan. Banyak zat organik yang mengalami penguraian dalam air sehingga menimbulkan ampas/ sampah dan dapat mengganggu keindahan serta dapat menimbulkan bau. 3. Pengaruh air limbah terhadap biotik/ ekosistem. Banyak zat pencemar didalam air limbah akan terjadinya penurunan kadar oksigen sehingga air limbah sulit untuk diuraikan/ tidak bisa terjadi penguraian secara alami. Akibat penurunan kadar oksigen tersebut mempengaruhi kehidupan dalam air terganggu perkembangan dan makhluk hidup yang terdapat dalam air akan mati. 4. Pengaruh air limbah terhadap kerusakan benda. Air limbah yang mengandung gas CO2 , PH rendah dan PH tinggi akan menyebabkan kerusakan benda yang dilaluinya.

2.4. Pembuangan Kotoran Manusia Pembuangan kotoran manusia adalah segala benda atau zat yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu dikeluarkan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan yang termasuk kotoran manusia

11

adalah tinja dan air seni yang memiliki karakteristik tersendiri, yang dapat menjadi sumber timbulnya penyakit. Seseorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja sehari-hari sekitar 83 gr dan menghasilkan air seni 970 gr. Syarat pembuangan kotoran manusia menurut Ehlera dan Steel dalam Enjang antara lain : 1. Tidak mengotori tanah permukaan. 2. Tidak mengotori air permukaan. 3. Tidak mengotori air tanah. 4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembangbiak. 5. Kakus harus terlindung atau tertutup. 6. Pembuatan mudah dan murah. 2.4.1. Sarana Pembuangan Kotoran (jamban) Adapun sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan (Notoatmojo, 1993) adalah sebagai berikut : 1. Tipe leher angsa (Water Seal Latrine). Kakus ini ditempat jongkoknya dipasang bowl dan bowl ini untuk mencegah timbulnya bau (berbentuk leher angsa). Kotoran yang ada ditempat penampungan tidak tercium baunya dan pada kakus ini juga dibuat bak penampung air (septictank) yang dalamnya sekitar 3 m dengan memasang cincin sumur. 2. Harus ditutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari panas dan hujan serta terjamin konstruksinya.

12

3. Bangunan kakus. Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai menggangu pandangan, tidak menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat bersarangnya berbagai macam jenis binatang. 4. Bangunan kakus mempunyai lantai yang kuat, tempat pijak yang kuat terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus yang model cemplung. 5. Mempunyai lobang closet yang memiliki saluran tertentu dialirkan pada sumur penampung atau sumur rembesan terutama diisyaratkan jika mendirikan kakus atau sumur rembesan. 2.7.2. Mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat dalam tinja akan dapat menyebar (Depkes RI, 1996) melalui : 1. Melalui kontak langsung. Apabila seseorang mencuci kotoran dengan tangan bila tidak dicuci dengan bersih dapat pindah ke makanan dan minuman yang dipegangnya. Demikian juga secara langsung cacing tambang dapat memasuki tubuh manusia apabila terinjak kotoran atau tinja manusia yang mengandung telur cacing tambang. 2. Melalui sarana lain. Melalui air (water borne diseases). Air permukaan tanah dapat mengalir membawa kotoran yang dilalui menuju sumber air. Melalui serangga dan tikus.

13

Melalui lingkungan lain seperti tumbuh-tumbuhan yang kontak langsung dengan tinja manusia misalnya sayuran yang di pupuk.

2.5. Pembuangan Sampah Pembuangan sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Dalam pembuangan sampah perlu diperhatikan beberapa metode pembuangan. Secara umum metode pembuangan sampah terdiri dari empat tindakan pokok yaitu : 1. Penimbunan yaitu fase awal dimana sampah dihasilkan ditampung/ disimpan setiap hari. 2. Pengumpulan yaitu tempat yang digunakan untuk menampung sampah dan mengumpulkan semua jenis sampah yang diperoleh dari bak sampah yang disebarkan diwilayah pasantren. 3. Pengangkutan yaitu sampah diangkut dari tempat sampah pengumpulan sementara ke pembuangan akhir. Pembuangan sampah akhir yaitu sampah dibuang ketempat pembuangan resmi yang ditujukan oleh pemerintah untuk diolah ditempat tersebut. 2.5.1. Pengertian Sampah. Menurut APHA (American Public Health Association) sampah adalah sebagai suatu yang tidak berguna, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

14

sendirinya. Berdasarkan masalah dan cara-cara penanganan wastes dapat dibagi dalam : 1. Solid wastes atau refuse yaitu sampah padat. 2. Liquid wastes atau wastes water, yaitu sampah cair atau buangan. 3. Atmospheris yaitu sampah gas. 4. Human wastes yaitu sampah kotoran manusia. 5. Manura yaitu kotoran hewan. 6. Special wastes yaitu sampah berbahaya. 2.5.2. Jenis Sampah Beberapa jenis sampah yang banyak dijumpai di pondok pasantren adalah sebagai berikut : 1. Sampah basah (garbage) yang berasal dari proses pengolahan makanan, buah-buahan, sayur-sayuran dan lainnya yang sejenis. 2. Sampah kering (rubbish) yang berasal dari alat-alat rumah tangga pasantren. 3. Abu (ashes) seperti abu rokok, abu piring dan lain sebagainya. 4. Demolition pihitle adalah sampah runtuhan bangunan yang sudah lapuk dan bangunan yang direhabilitasi. 2.5.3. Syarat Tempat Penyimpanan Sampah Beberapa syarat yang harus diperhatikan terhadap tempat penyimpanan sampah : 1. Tidak mudah berkarat. 2. Kedap air.

15

3. Tertutup. 4. Mempunyai lantai dasar yang kuat. 5. Mudah dibersihkan. 6. Ringan terutama bagi tempat yang mudah dapat diangkat. 7. Memudahkan dalam pekerjaan pengisisan dan pengosongan. 2.5.4. Aspek Pembuangan Sampah Terhadap Masyarakat Pengaruh pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menimbulkan : 1. Pengaruh terhadap kesehatan. Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya dapat dengan mudah menimbulkan penyakit yang tidak diinginkan dan tempat berkembang biaknya serangga penularan penyakit sehingga mengakibatkan incidence terutama di masyarakat dapat meningkat. 2. Pengaruh terhadap lingkungan. Akibat banyaknya tebaran-tebaran sampah dapat mengganggu

kenyamanan lingkungan (estetika) dan pengotoran badan-badan air. 3. Pengaruh terhadap keadaan sosial. Dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat setempat, masih rendahnya sehingga dapat menurunkan hasrat orang lain untuk berkunjung kedaerah tersebut.

2.6. Air Bersih Dalam Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang Persyaratan kualitas air bersih disebutkan bahwa air bersih adalah yang kualitasnya memenuhi syarat

16

kesehatan yang telah dimasak baru dapat diminum, yang berasal dari sarana penyediaan air bersih. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal dari sarana penyediaan air minum. Air sangat besar peranannya dalam kehidupan, baik untuk kehidupan manusia maupun bagi makhluk lainnya. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-66 % berat badan terdiri dari air dan untuk anak-anak sekitar 65 % dan bayi 80 %. Disamping kebutuhan akan air bagi tubuh manusia air juga berguna untuk menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan alat-alat dapur, pakaian dan lain sebagainya. Dalam manjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia sangat tergantung pula pada tersedianya jumlah air yang cukup, seperti untuk pembangkit listrik, pertanian dan macam-macam keperluan lainnya. ( Notoatmodjo, 1993).

2.7. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku melalui pendekatan pimpinan (avocacy), bina usaha (sosial support), dan pemberdayaan masyarakat (empervorment) sebagai upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan membatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masing-masing agar dapat

17

menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. (Dinkes RI, 1999). Adapun indikator tatanan institusi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah : 1. Saluran pembuangan air limbah yang bersih. 2. Tersedianya air bersih 3. Jamban yang bersih 4. Penghuni panti pada umumnya berkuku pendek 5. Tidak merokok 6. Sampah 7. Menjadi anggota dana sehat (JPKM) Dari indikator dapat diukur untuk melihat strata atau klasifikasi perilaku hidup bersih dan sehat masing-masing tatanan. Kalsifikasi pertama Klasifikasi kedua Klasifikasi ketiga Klasifikasi keempat : Jika jawabab ya antara 1 2 (Warna Merah) : Jika jawaban ya antara 3 4 (Warna Kuning) : Jika jawaban ya antara 5 6 (Warna Hijau) : Jika semua Jawaban ya (Warna Biru) (Depkes RI, 1997) 2.7.1. Sasaran Pembina Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut pedoman pembina perilaku hidup bersih dan sehat tahun 1999 2000 langkah-langkah pembinaan program perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat Kabupaten / Kota. Secara umum sasaran dari perilaku hidup bersih dan sehat ada tiga sasaran :

18

1. Sasaran primer adalah sasaran yang benar-benar diharapkan berubah meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilakunya dari yang tidak / kurang berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai petugas kesehatan. 2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada sasaran primer yang diharapkan akan dapat mempercepat tercapainya tujuan perilaku hidup bersih dan sehat. 3. Sasaran tersier adalah sasaran yang perlu di berikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kabupaten / Kota dimana jika mereka mengetahui dan menyadari sepenuhnya diharapkan baik poliis, dana, kebijakan dan dukungan lain yang memungkinkan serta dapat

mempengaruhi berhasil tidaknya upaya perilaku hidup bersih dan sehat yang dilaksanakan. 2.7.2. Gaya Hidup Sehat Gaya hidup sehat adalah upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam enciptakan hidup sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan gaya hidup sehat seseorang diharapkan ; merasa baik (feel good) seperti merasa mempunyai tambahan energi, tidur nyaman lebih santai dan lebih percaya diri serta merasa terampil lebih menyakinkan sebagai pribadi yang menyakinkan, otot yang kukuh, mata yang tajam dan cemerlang serta kulit dan rambut yang sehat. Makan aneka ragam makanan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang, tinggi serat, rendah lemak serta selalu memantau berat badan,

19

mengendalikan stress dengan cara menyelesaikan pekerjaan pada suatu saat, tidak mengkritik orang lain, selalu bersikap ramah dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, istirahat cukup dan idur nyeyak antara 7 8 jam sehari, kita akan mendapatkan kesegaran pada hari berikutnya. Tidak merokok untuk mencegah penyakit 20ronchitis menahun, jantung koroner dan kanker paru untuk memelihara lingkungan tetap bersih. Tidak minum minuman beralkohol, obat sembarang, narkotik dan obat berbahaya agar terhindar dari kemunduran mental serta kehancuran masa depan serta tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah untuk menghindari diri dan keluarga dari bahaya HIV / AIDS. (Depkes RI, 1997).

20

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Rumah Sehat Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia. Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan rumah sangat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Beberapa ukuran yang sering digunakan untuk menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai rumah atau tempat tinggal, jenis lantai terluas penggunaan bahan bakar dan sebagainya (Notoatmodjo, 1997). Menurut Azwar (2001) rumah yang sehat juga dilihat dari bentuk dan ukuran rumah yang layak dihuni oleh penghuninya sehingga salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai rumah atau tempat tinggal.luas lantai rumah tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lingkungan keluarga atau perumahan.luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga.

21

Sehingga rumah sehat merupakan suatu rumah yang dapat dihuni oleh anggota keluarganya dengan layak dan seluruh anggota keluarga terhindar dari berbagai penyakit dan juga orang sekitarnya juga dapat terhidar dari penyakit.

3.2. Karakateristik Rumah Sehat 3.2.1. Kontruksi Berdasarkan peraturan Menkes R.I. No. 304/Menkes/Per/V/1989, maka persyaratan kesehatan rumah makan dan warung kopi mencakup Lokasi dan Bangunan. 1. Lokasi Rumah adalah salah satu a. Tidak terletak dengan sumber pencemaran antara lain tempat pembuangan sampah umum, WC umum dan tempat pengolahan sampah. b. Terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu, asap, serangga dan tikus. 2. Bangunan. Bangunan pada rumah harus di buat sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, dimana kontruksi rumah harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Lantai. a. Lantai harus dibuat dari bahan yang kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan.

22

b. Semua sudut-sudut antara lantai dengan dinding, harus melengkung bulat dengan tinggi (jari-jari), tidak kurang dari 7,62 cm dari lantai. c. Lantai harus selalu dalam keadaan bersih terpelihara sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. 2. Dinding a. Permukaan bagian dalam dinding harus rata, halus, tidak menyerap dan mudah dibersihkan. b. Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat air dan atau dilapisi dengan porselin setinggi 2 m dari lantai. 3. Ventilasi a. Ventilasi harus cukup untuk mencegah udara yang melampaui panas, mencegah pengembunan dan pembentukan kelembaban pada dinding, langit-langit dan untuk menghilangkan bau-bauan yang tidak enak, asap, dan udara kotor (debu-debu). b. Ventilasi buatan dapat dipergunakan untuk menjamin adanya udara bersih yang cukup. 4. Pencahayaan / penerangan. a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruang. b. Di setiap ruang kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan minimal 100 Lux.

23

c. Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata, sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata. 5. Atap dan langit-langit a. Atap dibuat dari bahan yang rapat air dan tidak bocor. b. Langit-langit harus menutupi permukaan bawah bagian dalam atap, anti debu dan mudah dibersihkan. c. Permukaan bawah langit-langit untuk ruang-ruang / kamar-kamar tempat persiapan atau pewadahan makanan dan minuman, peralatan- peralatan dicuci /dibersihkan atau tempat-tempat cuci tangan harus rata, tidak menyerap dan berwarna terang. 6. Pintu a. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan. b. Pintu dapat ditutup dengan baik, membuka kearah luar dan dapat menutup sendiri. c. Jarak antara pintu dengan lantai dapat mencegah masuknya serangga dan tikus. 7. Dapur Tempat pengolahan makanan dan minuman sehingga menjadi minuman terolah ataupun minuman kopi disebut dapur, ini memerlukan syarat-syrat sanitasi antara lain : 1. Luas dapur sekurang-kurangnya 40 % dari ruang makan atau 27 % dari luas bangunan.

24

2.

Permukaan lantai dibuat cukup landai kearah saluran pembuangan air limbah.

3.

Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur, permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

4.

Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun bau-bauan / ex hauster yang dipasang setinggi 2 meter dari lantai dan kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.

5.

Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood ). Atau perangkap asap cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.

6. 7.

Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood). Pintu yang berhubungan dengan halamam luar dibuat rangkap, dengan pintu bagian luar membuka kearah luar.

8.

Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya serangga yang dapat menutup sendiri.

9. -

Ruang dapur paling sedikit terdiri dari : Tempat pencucian peralatan. Tempat penyimpanan bahan makanan. Menurut Winslow dalam buku Entjang, rumah sehat harus memenuhi

syarat-syarat antara lain : 3.2.2. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis Yaitu suhu ruangan tidak banyak berubah, berkisar antara 18 20 Suhu ruangan dipengaruhi oleh :
0

C.

25

1. Suhu udara luar 2. Pengeseran udara. 3. Kelembaban udara 4. Suhu benda disekitarnya. 5. Cukup mendapat penerangan, baik pada siang hari maupun malam hari, terutama pada pagi cukup sinar matahari. 6. Cukup terjadi pertukaran hawa (ventilasi) Harus cukup oksigen, mempunyai jendela yang luas keseluruhan 15 persen dari luas lantai dan sering dibuka. 7. Cukup mempunyai isolasi. Dinding kedap suara, baik dari luar maupun dalam. Sebaiknya jauh dari kegaduhan suara. 3.2.3. Memenuhi Kebutuhan Psikologis. Rumah bukan sekedar untuk tempat istirahat, melainkan juga merupakan tempat untuk mendapatkan kesenangan, kecintaan dan kebahagian, maka rumah harus memenuhi kebutuhan psikologis antara lain : 1. Cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan. 2. Adanya jaminan kebebasan setiap anggota keluarga. 3. Ruangan bagi anggota keluarga yang telah dewasa harus sendiri-sendiri sehingga tidak terganggu privacynya. 4. Harus ada tempat untuk berkumpul anggota keluarga. Harus ada ruang tamu, untuk kehidupan bermasyarakat.

26

3.2.4. Mencegah Terjadinya Kecelakaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada rumah adalah : 1. Kontruksi dan bahan bangunan rumah harus kuat. 2. Ada sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan lainlain terutama antuk anak-anak. 3. Tidak mudah terbakar. 4. Ada alat pemadam kebakaran. 3.2.5. Mencegah penularan Penyakit. Penularan penyakit yang terjadi dapat diatasi dengan menjaga lingkungan dan sarana yang tersedia, hal ini dapat dilakukan dengan cara : 1. Adanya sumber air bersih yang sehat, cukup kualitas dan kuantitas. 2. Ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik. 3. Dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit. 4. Cukup luas, luas kamar tidur 7 m2 perkapita perluas lantai.

27

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. ( UU, No 23 tahun 1992 ). Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh dan berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkat kan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan ( promotif ), pencegahan penyakit ( prepentif ), pengobatan penyakit ( kuratif ) dan pemulihan kesehatan ( Rehabilitatif ) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. ( UU, No. 23 tahun 1992 ). Sanitasi adalah pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit (Ehler & Steel). Sanitasi menurut Azwar, 1992 adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau memungkinkan mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan salah satu disiplin ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip hygiene sanitasi. WHO (1984), Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan

28

ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar menjamin keadaan sehat dari manusia. PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku melalui pendekatan pimpinan (avocacy), bina usaha (sosial support), dan pemberdayaan masyarakat (empervorment) sebagai upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan membatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masing-masing agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. (Dinkes RI, 1999).

4.2. 4.2.1.

Saran Diharapkan kepada masyarakat agar selalu berperilaku hidup bersih dan sehat.

4.2.2.

diharapakan juga kepada masyarakat agar selalu memperhatikan tentang sanitasi rumah tangga sehingga dapat mewujudkan perumahan yang sehat.

29

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Azrul, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta, Mutiara Sumber Widya, 1992. Depkes RI, Undang-undang RI No. 23 tentang kesehatan. Jakarta, 1992 Jakarta Pusdiknakes, 1986 __________, Direktorat Jenderal PPM & PLP, Pengelolaan Air Limbah Dan Pembuangan Tinja. Jakarta, 1996. __________, Pelaksanaan Dampak Sampah. Jakarta, 1999. __________, Pembuangan sampah rumah tangga, Jakarta, 1990 __________, Pengawasan Kualitas Air Untuk Penyediaan Air Bersih. Jakarta, 1996. Koestoer Hendro Raldi, Perspektif Lingkungan Desa-Kota, Jakarta UI, 1997 Kusnoputranto, Kesehatan Lingkungan, Depdikbud, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1983 Selamet, Manusia dan Lingkungan, Bandung, 1992 Soebagio, Lingkungan Dan Kesehatan, Jakarta 1985 Soemirat, Juli, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada, University Press, Yokyakarta, 1994. Soemirat, Sanitasi Dasar, Jakarta, Rineka Cipta, 1994 Sukarni Mariyati, Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Yogyakarta, Kanisius 1995 __________, Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan Pendidikan dan Sanitasi,

30

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dimana atas Rahmat Dan Hidayah-Nya, sehingga penulisan dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul Karakteristik Rumah Sehat. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, penulisan maupun pembahasannya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan, saran dan pandangan dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini. Dengan terwujudnya penulisan tugas ini, maka dengan penuh keikhlasan, penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pembimbing yang telah memberi petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awal penulisan sampai akhir penulisan ini. ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda, Ibunda, Adikadik dan seluruh sahabatku terutama sahabat karib yang tak mungkin saya sebut satu persatu yang telah memberi dorongan dan dukungan baik moril maupun materil yang tak terbatas kepada penulis sehingga tugas ini dapat selesai.

31

Akhirnya dengan satu harapan, semoga tugas ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua...Amien. Banda Aceh, November 2009

Tertanda, Penulis DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i KATA PENGANTAR........................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengertian Sanitasi............................................................................ 7 2.2. Perumahan.......................................................................................... 8 2.3. Saluran Pembuangan Air Limbah...................................................... 8 2.4. Pembuangan Kotoran Manusia.......................................................... 11 2.5. Pembuangan Sampah......................................................................... 14 2.6. Air Bersih........................................................................................... 16 2.7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat....................................................... 17........................................................................................................ BAB III PEMBAHASAN 3.1. Rumah Sehat...................................................................................... 21

32

3.2. Karakteristik Rumah Sehat................................................................ 21 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan........................................................................................ 28 4.2. Saran.................................................................................................. 29

33

Anda mungkin juga menyukai