Anda di halaman 1dari 2

LIPTAN

LEMBAR INFORMASI PERTANIAN


BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT Jl Kayuambon No. 80 Lembang 40391 E-mail : bptplemb@indo.net.id

Penggunaan JAMUR Paecilomyces Fumoso Roseus (PFR) untuk Pengendalian Hama Tanaman Teh

No.: 03/1999

Seri: Perkebunan/P2TP2/1999-2000/jsh

Agdex: 624

November 1999

ama pada tanaman teh merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan produksi serta tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendalian yaitu berkisar antara 1015% dari harga pokok. Hama utama yang menyerang teh adalah Helopeltis antonii, ulat jengkal, ulat api, ulat kompeni dan ulat penggulung daun. Bagian tanaman teh yang diserang ialah tunas dan daun-daun muda. Kehilangan hasil yang diakibatkan Helopeltis antonii dapat mencapai 40% atau lebih. Pada umumnya pengendalian hama/penyakit di perkebunan teh dilakukan dengan menggunakan insektisida kimia, sehingga dapat menimbulkan efek negatif yaitu munculnya ledakan hama dan sifatnya resisten, terbunuhnya musuh-musuh alami yang bukan merupakan sasaran, pencemaran lingkungan serta menimbulkan residu efek terhadap produk teh. Salah satu cara pengendalian hama tanaman the yang aman adalah menggunakan Jamur Paecilomyces fumoso roseus (PFR). Jamur ini selain dapat digunakan untuk tanaman teh, juga dapat dipakai untuk kina, kelapa sawit, petsai, bawang merah, kedelai dan kentang.

coffearia pada teh, Poicilocorys sp pada teh, Spodoptera litura pada petsai, bawang merah, kedelai, Moloidogyne sp pada teh, kentang, dll.

Spora

Sporangium

Konidiapora

Gambar PFR

MEKANISME KERJA PFR KEGUNAAN Kegunaan PFR adalah untuk mengendalikan hama Helopeltis antonii pada tanaman teh, coklat, ulat api pada teh, kina, kelapa sawit, Ectropis bhumitra pada teh dan kina, Hyposidra talaca pada teh dan kina, Metanastria hyaeta pada kina, Homona Paecilomyces fumoso roseus (PFR) menginfeksi serangga sasaran melalui kontak, dan mulut. Melalui kontak spora PFR yang menempel pada permukaan kulit pada kondisi yang baik akan berkecambah dan melakukan penetrasi kedalam tubuh. Dalam tubuh serangga jamur memperbanyak diri, hifanya berkembang mengisi seluruh jaringan

tubuh akhirnya menyebabkan kematian. Pada kondisi lembab hifa jamur akan muncul ke permukaan kulit dan akan membentuk konidiofor yang merupakan sumber penularan selanjutnya terhadap serangga yang lain. Sedangkan melaui serangga jamur PFR menginfeksi jaringan usus dan berkembang di dalam tubuh serangga tersebut. GEJALA PADA HAMA YANG TERINFEKSI Gerakan hama jadi lambat Aktivitas makan turun sampai tidak mau makan Dalam kondisi yang lembab seluruh permukaan tubuh serangga diselimuti pertumbuhan jamur yang warna putih dan selanjutnya berubah menjadi ke abu-abuan (seperti bertepung) Proses infeksi sampai kematian hama hingga 4-10 hari. METODA PERBANYAKAN Perbanyakan PFR memproduksi jamur tahamapn : ditujukan untuk dengan melalui

dektrosa, agar murni dan air dengan perbandingan 200:20:20 gr dan air 1 liter. PDA yang sudah jadi digunakan untuk media pertumbuhan PFR dengan dosis 5-10 cc per petridish. PDA yang sudah membeku dapat diinokulasi dengan PFR murni secukupnya. Lama pemeliharaan didalam inkubator 2-3 minggu dengan temperatur 30 0C dapat menghasilkan pertumbuhan misellium + 90%. Pembibitan Pembibitan PFR dilakukan pada media jagung setengah matang steril untuk memperoleh starter atau bibit yang akan digunakan pada perbanyakan agensia hayati yang diinginkan. Perbanyakan Untuk menghasilkan insektisida hayati PFR dapat dilakukan dengan menginokulasikan stater (bibit) PFR pada media beras atau jagung. Media yang digunakan ialah beras, jagung setengah matang yang steril dengan volume kemasan 50, 75, 100 gram per kantong plastik. PDA yang ditumbuhi PFR diinokulasikan kedalam media dosis 3-5 cemplongan (diameter 0,8 cm) per 50 gr jagung. Lama pemeliharaan 2-3 minggu dalam inkubator dengan temperatur 300C. Bahan yang jadi ditandai adanya misellium berwarna putih sampai kecoklatan pada permukaan partikel-partikel jagung. Perbanyakan PFR dapat dibagi dua yaitu dengan cara modern dan sederhana. Perbedaan kedua cara ini adalah dari segi peralatan. Cara sederhana adalah dengan menggunakan alat cara modern adalah dengan menggunakan alat-alat seperti autoclave, entkas, inkubator, gelas viala, eleyer meyer, lampu benson. Sedangkan mekanisme pembuatan relatif sama. PUSTAKA:
Wahyu. W, dkk 1996. Penggunaan jamur Paecilomyces fumoso roseus (PFR), sebagai teknologi alternatif pengendalian hama nonkimiawi pada tanaman the dalam Prosiding Seminar Sehari PPTK Gambung. Laporan Pelaksana Proyek, TA 1998/1999. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang 1999.

1. Penularan PFR ke serangga hama 2. Pembuatan media PDA ( potato dektrosa agar) 3. Pembibitan atau starter 4. Perbanyakan pestisida hayati PFR Penularan PFR Penularan bertujuan untuk memperoleh jamur PFR yang murni sehingga vilurensinya meningkat. Hal ini dilakukan dengan menyemprotkan agensia hayati PFR terhadap serangga yang cocok untuk tumbuhnya jamur PFR seperti ulat api, Helopeltis dll, hama yang telah ditulari PFR disimpan dalam petridish yang diberi bahan pelembab (kapas basah) tidak menempel pada hama dimaksud. Dalam waktu 6-12 hari jamur sudah menghasilkan misellium pada tubuh serangga yang berwarna putih sampai keabu-abuan. Pembuatan media PDA Bahan yang dipergunakan untuk pembuatan media PDA ialah kentang,

Anda mungkin juga menyukai