Anda di halaman 1dari 2

KAWRUH WISESA JATI

Kawruh itu artinya pengetahuan atau knowledge. Jadi kawruh itu bukan ilmu atau science. Kawruh wisesa jati adalah pengetahuan tentang pengendalian yang harus diterapkan dalam kehidupan manusia. Sebagai pengetahuan, Wisesa Jati memberi arahan tentang tiga jenis pengendalian, yaitu: Pengendalian diri Pengendalian alam Pengendalian hidup Pengendalian diri yang dimaksud adalah keterampilan mengendalikan pikiran dan tindakan. Karena tindakan merupakan buah dari pikiran, maka pengendalian pikiran menjadi lebih penting. Pengendalian pikiran baru dapat dilakukan kalau orang sudah mampu menata pikirannya atau dalam istilah ajaran Jawa disebut tInataning batin. Orang yang batinnya telah tertata akan bahagia, tidak stress dan tidak kalut hidupnya. Proses penataan batin dapat dijelaskan begini: Manusia mempunyai lima indera (panca indera) untuk menerima sinyal-sinyal dari luar: penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), rasa (lidah dan bagian dalam mulut) dan rabaan (kulit). Sinyal yang diterima panca indera diteruskan ke otak berupa bayangan atau images. Secara alamiah seharusnya bayangan tadi mendapatkan respons dari apa yang dinamakan SUARA NURANI atau secara sederhana disebut KEPERDULIAN (care). Nurani kemudian mengeluarkan ENERGI yang disebut NIAT (intention). Niat ini adalah energi yang bersifat kinetis atau pasif. Energi kinetis ini kemudian dikirim ke OTAK yang banyak berisi data dan informasi. Dalam otak, niat diolah dengan cara dibandingkan dan dilengkapi dengan data dan informasi yang sudah tersimpan di otak. Hasil pengolahan niat oleh otak adalah Pemikiran. Pemikiran kemudian diolah menjadi keputusan untuk melakukan TINDAKAN atau action. Keputusan itu juga berupa energi yang bersifat aktif atau energi dinamis yang mampu menggerakkan otot-otot untuk bertindak secara koordinatif.

Dalam keadaan tegang, sinyal-sinyal dari pancaindera yang berupa bayangan di otak langsung diolah oleh otak menjadi pemikiran dan selanjutnya menjadi keputusan dan tindakan. Dengan lain perkataan, sinyal-sinyal dari panca indera tidak lagi melalui NURANI sehingga tidak dihasilkan PERDULI dan NIAT. Karena sering dilewati, maka lama-lama fungsi NURANI menjadi lemah atau tidak berfungsi samasekali. Akibatnya orang bertindak tanpa pertimbangan Keperdulian dan tanpa Niat tetapi langsung ke pemikiran oleh otak. Hubungan pendek dari pancaindera tanpa melalui nurani harus menyebabkan hidup seseorang jadi kalut (tegang, stress, rakus, sombong dan sebagainya). Orang semcam ini tidak mempunyai keperdulian, tidak tepa-slira, tidak mampu mawas diri.

Agar hidupnya jadi tenteram, produktif dan berguna, maka harus ada proses mengembalikan sinyal pancaindera ke nurani barulah ke otak. Proses pengembalian itulah yang disebut penataan batin. Caranya? Orang Jawa banyak yang percaya dengan ruwatan, berpuasa, bertapa, semedi dan sejenisnya sebagai cara untuk menata kembali batinnya. Sayangnya banyak orang tidak memahami arti sebanarnya dari ruwatan, puasa, bertapa atau semedi dan tirakatan. Akibatnya, penataan batin yang dilakukan bertujuan untuk mencari kesaktian atau sejenisnya. Dengan telah tertatanya batin maka orang akan berubah pola pikir dan sikapnya terhadap hidup. Dia akan lebih tenang, tenteram, sabar, tekun dan tidak lekas bereaksi terhadap keadaan. Dengan demikian dia dapat dikatakan telah mampu mengendalikan dirinya. Kalau sudah seperti itu maka dengan sendirinya nasibnya akan berubah. Tujuan semedi atau meditasi adalah menghentikan sementara kegiatan OTAK dengan cara memblokir sinyal-sinyal dari luar. Dengan cara-cara tertentu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan dihentikan. Kalau tidak ada sinyal masuk maka otak akan istirahat. Kalau otak dalam keadaan istirahat maka otak tidak menghasilkan Pikiran. Karena tidak ada Pikiran yang harus dilaksanakan (dalam tindakan atau action) maka otot-otot akan istirahat (kendur). Kalau otot-otot kendur, maka orang akan merasakan KENIKMATAN (ketenagan) yang belum prnah dia rasakan sebelumnya. Kenikmatan berupa ketenangan ini kemudian menjalar ke batin orang yang semedi atau meditasi. Kalau orang berlatih semedi dengan teratur, maka Kenikmatan berupa ketenangan batin akan berkelanjutan karena NURANI mulai bekerja menghasilkan empati atau Keperdulian. Selanjutnya orang akan mampu lagi menerima sinyal dengan NURANI, menjadi Perduli dan bertindak berdasarkan niat yang jelas. Karena orang bertindak berdasarkan Niat yang bersumber dari Keperdulian, maka niatnya selalu positif (murni). Akibatnya orang akan bahagia. Pada awalnya meditasi harus dilakukan dengan aturan dan pentunjuk seorang yang ahli. Setelah itu orang dapat latihan meditasi sendiri. Selanjutnya bermeditasi tidak perlu duduk bersila di kamar yang tenang, tetapi orang dapat bermeditasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan perkataan lain, semua kegiatan dapat dilakukan secara meditatif. Tentang pengendalian kedua dan ketiga, yaitu pengendalian alam dan pengendalian hidup akan saya jelaskan lain kali.

Anda mungkin juga menyukai