Anda di halaman 1dari 4

PRO Pendanaan Parpol dari APBN Partai Politik memiliki tujuan dan fungsi yang telah diamanatkan oleh

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, yaitu ; 1. Tujuan umum Partai Politik adalah: a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sumber: http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2254904-tujuan-fungsi-hak-dankewajiban/#ixzz2MHSJiQXb semua tujuan itu bisa dicapai bila adanya factor-faktor pendukung seperti dana yang besar, Yang intinya tujuan dari parpol adalah untuk rakyat dan kemakmurann rakyat, lalu kenapa selama ini pendanaan parpol masih dipersoalkan bukan kah parpol juga untuk kemakmuran rakyat. Seperti yang tercantum dalam pasal 23 UUD 1945 Anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-sebesarnya untuk kemakmuran rakya. Bila parpol untuk kemakmuran rakyat dan inti dari demokrasi kenapa dana APBN tidak diberikan kepada Parpol toh itu tidak melanggar kententuan. Lalu selama ini banyaknya isu-isu yang mengatakan bila dana dari partai politik tidak jelas karena data keuangan partai politik tidak terbuka yang menimbulkan isu bahwa pendanaan dari partai politik itu berasal dari uang korupsi dan hal buruk lainnya, lalu kenapa tidak diberikan saja dana dari Negara toh itu juga untuk kepentingan rakyat, Contohnya untuk dana kampanye: seperti yang ketua komisi II DPR mengatakan "Kalau perlu dana kampanye itu dibiayai oleh negara karena itu untuk publik. Ini agar masyarakat pemilih bisa mendapatkan pilihan calon yang baik,". Lalu banyak yang mengkhawatirkan bila dana parpol itu berasal dari dana haram atau illegal dari pengusaha dan konglomerat hitam. Yang bisa saja yang membuat tujuan dari partai politik itu tidak lagi sehat dan korup karena semuanya diukur dengan kekuatan uang. Padahal partai politik adalah jembatan aspirasai rakyat di pundaknya sejuta harpaan diletakkan. Bayangkan saja jika semua dana yang diterima dari setoran-setoran dana yang tidak jelas sehingga dapatnya terjadinya deal-deal politik yang bisa saja terjadi bukan lagi untuk kepentingan rakyat tapi untuk kepentingan sekelompok orang saja. Hal ini bisa dihindari dengan cara sumbangan dana dari APBN yang membuat deal-deal politik yang tidak sehat tidak terjadi lagi karena tidaknya adanya sumbangan dari pihak lain melainkan dari Negara. Yang membuat tujuan dari partai politik itu kembali untuk kemakmuran rakyat. Ketua umum Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Didik Supriyanto menambahkan bahwa kenaikan sumbangan dana dari negara untuk parpol sangat penting, agar parpol bisa menjaga kemandirian dan fungsinya.

"Kenaikan ini penting agar parpol tidak lagi terus-terusan dikuasai kepentingan para penyumbang dana, kan penyumbang dana ini hanya mengejar kekuasaan," tambahnya. "Selama ini Parpol mau bisnis tak boleh, bikin usaha tak boleh. Minta uang ke negara , juga tak boleh. Minta sumbangan besar-besaran ke individu maupun perusahaan, juga tak boleh. Lalu yang boleh yang bagaimana ?," Apakah parpol ingin dimatikan? Bukan kah parpol adalah alat untuk demokrasi tempat penampungan aspirasi masyarakat lalu kenapa harus ditahan-tahan pengembangannya dengan tidak adanya biaya yang membuat kinerja partai politik terhambat. Sepertinya halnya di Jerman 75% pendanaan parpol itu berasal dari Negara sehingga keuangan dan kegiatan parpol bisa dikontrol untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan golongan dan kelompok tertentu saja, bayangkan saja bila dana parpol disumbang dari dana yang tidak jelas mungkin saja parpol bisa menjadi alat untuk kepentingan kelompok terntentu.

Kontra
1. Jika pendanaan dari parpol dari APBN maka akan menciptakan kemiskinan bangsa ini semakin bertambah karena dana yang seharusnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan justru digunakan untuk pendanaan parpol. Berarti telah melanggar pancasila dalam sila ke-5 dan pembukaan UUD45 yaitu, untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. 2. Jika pendanaan parpol dimasukkan dalam APBN maka akan mengurangi anggaran belanja Negara yang lain seperti pendidikan, berarti akan menguranginya kualitas pendidikan di Indonesia, dan secara otomatis melanggar UUD45 pasal 31 ayat 1 yaitu,setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan, dan juga ayat 4 yaitu, Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 3. Atau jika tidak mengurangi anggaran pendidikan mungkin akan mengurangi anggaran untuk kesehatan dan keamanan atau anggaran yang lainnya yang pasti dapat merugikan Negara, ini sama saja di sebut korupsi secara legal, untuk apa dana itu di berikan ke parpol karena masih banyak yang harus di selesaikan masalah yang lebih penting 4. Dalam UUD45 pasal 23 ayat 1 yaitu, anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara diteapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Namun, jika pendanaan parpol dimasukan dalam APBN itu membuat kemakmuran rakyat terganggu karena tidak ada dana yang dikeluar dari parpol untuk menyejahterakan rakyat, parpol hanya mengeluarkan dana untuk alasan social sesungguhnya hanyalah untuk merebut simpati rakyat agar parpol tersebut menang dalam pemilu. 5. Jika pendanaan parpol dimasukan dalam APBN bukan tidak mungkin setiap tahun justru parpol akan semakin meminta penambahan karena, seiring berjalannya waktu kader dari parpol tersebut juga bertambah. Seperti yang pernah di kaji oleh FITRA ) terhadap Keppres No 26 Tahun 2010 Tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2011, anggaran setiap tahunnya bantuan anggaran untuk parpol selalu mengalami kenaikan. Pada tahun anggaran 2011, pemerintah memberikan bantuan keuangan untuk partai politik sebesar

Rp 9,9 miliar. Pada tahun anggaran 2012, naik menjadi Rp 10,4 miliar. Terakhir, pada tahun anggaran 2013 naik lagi menjadi Rp 10,9 miliar.FITRA menuding parpol yang mendapat bantuan anggaran itu tidak transparan. Lembaga Swadaya Masyarakat ini pernah punya pengalaman saat meminta dokumen anggaran 9 partai politik pemenang pemilu, dan semua menolak permintaaan. 6. Dalam audit BPK tahun 2010, FITRA menemukan 31 daerah telah melakukan penyimpangan anggaran yang diberikan dari APBD untuk bantuan kepada partai politik. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut seperti parpol belum memenuhi persyaratan adminstarasi, tetapi bantuan keuangan dari APBD sudah diberikan, dan ada juga bantuan keuangan dari APBD sudah diberikan, tetapi belum ada laporan pertanggungjawabannya dari partai politik tersebut. FITRA menduga akibat masalah ini negara telah dirugikan Rp 21,6 miliar. 7. Di Indonesia khususnya badan legislative dan parpol belum memiliki rasa malu dan sadar akannya kepentingan umum jika dana parpol di topang penuh oleh APBN bukan tidak mungkin akan terjadinya penyelewengan seperti laporan keuangan partai yang tidak mungkin jujur, dan ini dengan kata lain disebut korupsi yang terorganisir dan legal secara hukum. 8. Lebih baik sebelum membentuk UU mengenai pendanaan parpol dari APBN lebih baik membuat UU partai politik yang secara tegas mengatur pemberian sanksi berupa adanya mekanisme hukuman dan pertanggung-jawaban aliran dana parpol secara transparan dan akuntable. 9. Revisi juga sebaiknya mempertimbangkan: (1) pencantuman hubungan penyumbang termasuk sumber, jenis dan jumlah dukungan serta pengeluaran agar siap diaudit; (2) melarang penggunaan sumber daya negara untuk tujuan politik dengan pengawasan oleh pemerintah; dan (3) membuat batasan pengeluaran dana partai politik pada pemilu, guna menghindari penggalangan dana yang berlebihan sekaligus menciptakan persaingan yang tidak sehat. 10. Di sisi lain, dalam menunjang dana operasional ke depan, sebaiknya parpol tidak hanya menggantungkan dari APBN, APBD dan setoran publik, namun juga dari hasil usaha. Di Amerika, contohnya, dana partai politik juga ditunjang dari hasil usaha denagn ketentuan tidak memakai uang negara, perusahaan BUMN dan murni swasta. Partai hanya menjadi pemilik perusahaan sedangkan operasional dilaksanakan mereka yang ahli di bidangnya dan melengkapi dengan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel. 11. Dengan aturan main yang jelas dan tegas dalam sebuah peraturan UU dan kemandirian partai, bisa diharapkan sistem perpolitikan Indonesia menjadi lebih sehat. Untuk itu, kemandirian partai dan Pertanggung-jawaban yang trasnparan atas penggunaan keuangan harus bisa diterapkan. 12. Sebelum dibuatnya peraturan mengenai dana bantuan parpol, sempat ada wacana untuk membolehkan partai memiliki badan usaha. Tapi khawatirkan akan terjadi conflict of interest. Nanti parpol akan berlomba-lomba untuk mencari proyek, dengan memanfaatkan posisi kadernya di parlemen, akhirnya dibatalkan, 13. .Adhie Massardi, Koordinator GIB

14. Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menyatakan, setiap tahun peluang korupsi APBN untuk Parpol selalu terbuka lebar. Pada pasal 8 UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Menteri Keuangan adalah pelaksana kuasa Presiden dalam hal keuangan negara. Wewenang ini meliputi perencanaan, penerimaan, pembelanjaan, dan pemeriksaan. 15.

Anda mungkin juga menyukai