Anda di halaman 1dari 4

Calon Pustakawan Yang Menginspiratif Meskipun Santai Profil

Nama Asal TTL Tempat tinggal

: Jodi Prakoso Sudarman : Blora, Jawa Tengah : Blora, 10 Mei 1991 : - Jln. Mangga 48C, Mlangsen, Blora, Jawa Tengah (Blora) - YAYASAN SUNAN KALIJAGA, Jln. Nogoroso Gowok, Depok Sleman (Yogyakarta). - Jln. Melati Wetan, belakang salon Twain, Gondokusuman, Yogyakarta (Yogyakarta).

Riwayat pendidikan

: - SD Tempelan I Blora - SMP 3 N Peterongan, Jombang, Jawa Timur - SMA Darul Ulum 2 BPPT RSBI, Jombang, Jawa Timur. - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, angkatan 2009, semester 8.

Hobby

: - Leyeh-leyeh - Musik Reggae

FB Twitter Motto

: Jodi Prakoso : @jodiprakoso : Terlalu sayang buang waktu untuk galau, nikmati aja Indonesia

Kisah dari seorang mahasiswa Ilmu Perpustakaan yang berasal dari Blora ini mungkin dapat menginspirasi diriku dan teman-teman yang lain. Namanya adalah Jodi Prakoso Sudarman atau panggil saja Kak Jodi. Kisah Kak Jodi mengenai perpustakaan dimulai sejak

ia telah lulus dari SMA. Sesuai dengan kata-kata dalam motto hidupnya Terlalu sayang buang waktu untuk galau, nikmati aja Indonesia Kak Jodi memang orang yang supel, tidak ambisius, menikmati hidupnya, pokoknya hidup itu mengalir saja. Ia tidak merasa galau untuk memilih masuk di Perguruan Negeri atau Universitas manapun. Ya meskipun begitu, Kak Jodi juga memiliki target untuk bisa masuk di jurusan yang ia inginkan. Ia sebenarnya ingin masuk di jurusan Ilmu Pemerintahan, namun tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Kak Jodi pernah mencoba daftar di UNDIP Semarang sebanyak 3 kali untuk bisa masuk ke jurusan Ilmu Pemerintahan dengan uang sumbangan mulai dari 5 juta hingga 99 juta namun tidak diterima. Kemudian mencoba daftar ke UNES Semarang mengambil jurusan Sastra Inggris, namun juga tidak diterima. Setelah itu mencoba daftar di STPDN/IPDN namun hanya sampai pada tingkat provinsi Jawa Tengah karena jatuh di tes mata. Mencoba lagi ikut tes SNMPTN ngambil jurusan Sastra Jawa dan Pendidikan Geografi di UNS Solo. Dan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ikut ujian tertulis Reguler 2 dengan pemilihan jurusan pertama Ilmu Perpustakaan, kedua Sastra Inggris, dan ketiga PGMI. Setelah pengumuman ternyata diterima di UNS dengan jurusan Sastra Jawa dan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan jurusan Ilmu Perpustakaan. Dan akhirnya Kak Jodi menjatuhkan pilihan untuk mengambil Ilmu Perpustakaan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan alasan pertama Ilmu Perpustakaan tidak ada matematikanya, kedua karena dulu masih jarang orang mengambil jurusan tersebut, yang ketiga karena Yogyakarta lebih rame dibandingkan Solo. Setelah mulai memasuki perkuliahan, Kak Jodi sempat kaget dengan mata kuliah yang diajarkan di Ilmu Perpustakaan. Menurutnya mata kuliah yang diberikan di Ilmu Perpustakaan hampir sama dengan anak-anak jurusan Teknologi Informatika. Kak Jodi memiliki pengalaman lucu saat ia diajar oleh ibu Yaya, saat ditanya siapa yang memiliki email? dan yang memiliki e-mail hanya beberapa mahasiswa. Kemudian tiap kali ujian ibu Yaya ada 4 anak yaitu Kak Jodi, Kak Rizal, Kak Mursyid dan Kak Yazid yang posisi duduknya dibuang jauh-jauh atau tidak boleh bercampur dengan yang lain khawatir nanti akan menyebarkan jawaban, karena keempat mahasiswa ini dapat dikatakan lebih memahami teknologi dibandingkan dengan yang lain. Kak Jodi menjalani kuliahnya dengan mengalir saja, ia tidak merasa kuliah yang ia jalani itu menjadi beban dalam hidupnya. Pada awal-awal kuliah Kak Jodi juga sempat merasakan kuliah sambil bekerja, di semester I ia mulai terjun bekerja di sebuah warnet hingga semester III kemudian berlanjut lagi bekerja di Web Master pada semester IV. Dulu Kak Jodi berorientasi kalau uang itu adalah benda yang sangat dibutuhkan, namun setelah mengikuti

KKN semester pendek (setelah semester VI) pandangannya telah berubah, bahwasanya uang itu bukan segalanya tetapi juga membutuhkan keilmuan dan link. Kak Jodi mulai membuat dan mengembangkan link saat ia KKN di Gunung Kidul, di situ Kak Jodi mulai membuat link dengan pemerintahan maupun dengan kegiatan mahasiswa daerah. Setelah KKN selesai Kak Jodi mulai terjun ke dunia TBM dan di TBM itulah ia menemukan feelnya di bidang perpustakaan. Awalnya Kak Jodi di TBM hanya sebagai pekerja sosial tanpa di gaji, jadi Kak Jodi akan ke TBM jika tenaganya dibutuhkan. Kak Jodi mulai menyadari kalau ternyata anak-anak TBM itu memiliki semangat yang luar biasa untuk mendidik bangsa meskipun tempat, koleksi, dan kebutuhan TBM itu dibiayai oleh pribadi. Di TBM yang Kak Jodi kelola ada sedikit kendala tentang pengklasifikasian dan pengkatalogisasian buku. Sebelum Kak Jodi terjun di TBM sudah ada Kak Mursyid dan Kak Yazid yang terjun ke TBM lebih dulu. Namun, Kak Mursyid dan Kak Yazid tidak memfokuskan untuk melakukan klasifikasi dan katalogisasi buku di TBM. Kak Mursyid terfokus pada kepenulisan sedangkan Kak Yazid terfokus pada Web Development (perkembangan web). Kemudian setelah Kak Jodi terjun di TBM, Kak Jodi mengusulkan untuk mengklasifikasi dan mengkatalogisasi buku-buku di TBM tetapi dibuat dengan seper 100 saja tidak perlu sedetail di perpustakaan. Karena TBM itu basiknya adalah pendidikan informal, jika sistem klasifikasi dan katalogisasi perpustakaan diterapkan di TBM takutnya pengelola TBM akan kualahan. Disinilah Kak Jodi menyadari bahwasanya keilmuannya di perpustakaan mulai membuahkan hasil, dapat diaplikasikan di TBM tersebut meskipun tidak harus sedetail yang ia pelajari di Ilmu Perpustakaan. Kemudian berkat link yang dikembangkannya, saat ini Kak Jodi dipercaya untuk mengelola 3 TBM antara lain TBM Yayasan UIN SUKA, TBM Uswatun Khasanah di Gunung Kidul, dan TBM yang dibangunnya di kabupatennya sendiri di Blora. Kak Jodi dipercaya olek Pak Muhsin untuk mengelola TBM Yayasan UIN SUKA, dengan alasan menggunakan keilmuan yang dimiliki Kak Jodi di bidang perpustakaan, diharapkan nanti Kak Jodi dapat mengembangkan kelembagaan TBM ke arah yang lebih baik lagi. Saat ini TBM yang masih bisa berkonsultasi atau berkomunikasi dengan lancar adalah TBM yang ada di Blora. Kak Jodi di TBM Blora ini berkonsentrasi atau terfokus pada bidang pengembangan kelembagaan. Kisah inspiratif Kak Jodi tidak berhenti sampai di sini saja, saat ini Kak Jodi sedang PPL di Perpustakaan Fakultas Adab. Awalnya Kak Jodi ingin mengambil PPL di TBM Cakruk Pintar, tetapi dengan jumlah anggota kelompok PPL yang hanya 3 orang dan Kak Jodi sendiri masih memiliki tanggungan satu mata kuliah. Maka ia dan teman-temannya di tempatkan di

Perpustakaan Fakultas Adab oleh Ibu Sri Rohyanti (KaJur IPI). Dengan dibekali pesan dari Ibu Sri Rohyanti untuk merombak perpustakaan tersebut menjadi yang lebih baik, Kak Jodi cs telah berhasil membangun otomasi perpustakaan di perpustakaan tersebut. Pertama kali Kak Jodi masuk ke perpustakaan tersebut, ia bertanya kepada petugasnya tentang sistem operasinya apa? Databasenya gimana? Data inventarisnya ada atau tidak? Data koleksinya ada atau tidak? Namun, jawabannya tidak ada semuanya. Selama ini perpustakaan tersebut masih menjalankan sistem manual dalam proses inventaris dan sirkulasi. Kak Jodi sedikit kecewa melihat keadaan Perpustakaan Fakultas Adab ini, ia kecewa karena ia berfikir katanya ada jurusan Ilmu Perpustakaan di Fakultas itu, tetapi kenapa perpustakaannya tidak terawat atau terurus. Berangkat dari ini Kak Jodi cs berinisiatif untuk merubah perpustakaan tersebut dari manual ke berotomasi. Kak Jodi cs menggunakan senayan 5 untuk software otomasinya dan meminta tambahan komputer sebanyak 3 buah. Setelah dua hari PPL Kak Jodi cs mulai meng-input data koleksi tetapi pengotomasian ini sambil berjalan, karena perpustakaan tersebut tidak ditutup selama proses pengotomasian. Kak Jodi tidak dapat menjanjikan bahwa otomasi tersebut akan selesai sampai ia dan temantemannya selesai PPL. Di PPL ini Kak Jodi mendapat bagian Sistem dan Jaringannya, dan bagian input data dipegang oleh 2 temen Kak Jodi yang lainnya. Kak Jodi berharap jika nanti ia selesai PPL, otomasi perpustakaan yang ia bangun dengan teman-temannya itu bisa diteruskan, entah itu pustakawannya sendiri maupun mahasiswa Ilmu Perpustakaan. Demikian tadi kisah inspiratif dari seorang calon pustakawan yaitu Kak Jodi yang menurutku sudah cukup sukses mengimplementasikan keilmuan yang ia dapat dari selama ia kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan. Kak Jodi juga berpendapat bahwa pustakawan yang sukses adalah pustakawan yang dapat menikmati profesinya sebagai pustakawan. Dan ia juga berharap jika dimasa mendatang lembaga perpustakaan dapat berdamai dengan lembaga TBM, karena baginya ini sangat miris jika kedua lembaga yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia ini harus beradu atau bercerai. Kak Jodi juga sempat bercakap-cakap dengan Pak Blasius, bagaimana untuk bisa membuat kedua lembaga itu (Perpustakaan dan TBM) bisa berdamai? Bagaimana solusinya? Dan Pak Blasius menjawab akan lebih baik jika ada pemutusan rantai antara senior dan junior. Jadi, biarkan para senior yang bersitegang sedangkan yang junior dapat menyambung tali antara TBM dan perpustakaan. Semoga bermanfaat ya teman-teman, Bye .... Bye .... Bye sampai ketemu di coretanku yang lain ya . Terima kasih buat Kak Jodi yang memberikan izin kisahnya aku angkat, maaf ya Kak kalau ada salah penulisan .

Anda mungkin juga menyukai