Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Perkembangan a. Pengertian Perkembangan (Development) Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan (Suherman, 2002). Sementara menurut Depkes (2006) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari bertambahnya sturkur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara serta sosialisasi dan kemandirian. Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi sepertiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, upaya mengoptimalkan tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak berbeda-beda, tetapi ada patokan umur tertentu untuk mencapai kemampuan tersebut (Moersintowarti, 2002).

Pencapaian secara umum perkembang normal pada masa neonatal terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. pada tida bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengankat kepala. Jika tidur terlentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping. Perkembangan memiliki kerakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga dapat diperhitungan. Ciri-ciri tersebut menurut Soetjningsih (1995) sebagai berikut: 1) Perkembangan adalah proses yang kontinu dan konsepsi sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat dengan mudah diamati. 2) Dalam periode tertentu ada masa percepatan atau masa perlambatan. Terdapat 3 (tiga) periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. 3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda.

4)

Perkembangan dipengaruhi maturasi system saraf pusat. Bayi akan menggerakan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya henya tertawa atau meraih benda tersebut.

5) 6)

Arah pandangan anak adalah sefalokaudal. Refleks primitif seperti reflex memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai.

b. Perkembangan motorik kasar Perkembangan motoric kasar merupakan aspek yang

behubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga misalnya berlari dan berjalan. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motoric. Anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti sering digendong atau diletakan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik (Adriana, 2011). Perkembangan motoric kasar dimulai dengan mengangkat kepala 90 derajat pada saat tengkurap pada saat umur 3 bulan. Bayi dengan umur 4-6 bulan mampu berguling dengan sempurna, kontrol kepala yang baik pada posisi duduk, merayap abdomen dengan tangan. Padaa saat memasuki umur 9 bulan bayi sudah mencapai posisis duduk dengan mandiri, merangkak dengan seluruh ekstremitas, menarik diri

membentuk posisi berdiri. Umur 12 bulan bayi mulai bias berjalan dengan memegang dinding, berdiri sendiri, dan melakukan 1-2 langkah (Perry dan Potter, 2005).

c. Perkembangan motorik halus Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Perkembangan dimulai dengan menggenggam dan memegang benda secara singkat dan memasukan benda tesebut kedalam mulut pada 3 bulan pertama. Bulan keenam bayi mulai menggunakan telapak tangannya untuk menggenggam dengan jari-jari mengelilingi benda. Memasuki 9 bulan bayi memegang dengan menjepit memakai ibu jari dan jari-jari yang belum sempurna, memukul tangan yang menahan kubus bersamaan (Perry dan Potter, 2005).

d. Perkembangan personal social Perkembangan personal sosial dimulai pada awal kehidupan bayi. Tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial. Bulan ke 3 sampai 6 bulan bayi menunjukan rasa senang pada benda atau orang yang dikenali, tersenyum dicermin, eskpresi rasa tidak senang. Pada bulan ke 7 sampai 9 bulan bayi lebih senang berada didekat ibu, menunjukan rasa takut pada orang yang tidak dikenalnya. Ketika

memasuki umur 1 tahun bayi senang bermain ciluk ba, sudah mampu mengikuti perintah sederhana, mengerti nama benda (Adriana, 2011). Personal social anak dipengaruhi oleh beberapa faktor

perkembangan diantaranya faktor komunikasi ibu dan anak, stimulasi, lingkungan, status gizi, status kesehatan, kelompok teman sebaya (Soedjiningsih, 1995). Orang tua (ibu) sangat penting dalam perkembangan personal social anak. Peran orangtua (ibu) yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak melalui komunukasi baik verbal atau nonverbal dan peran lain yang penting adalah dalam menciptakan lingkungan social anak yang pertama dialamai oleh anak (Suherman,2000). Lingkungan memiliki peranan yang penting bagi perkembangan personal social anak. Faktor ini meliputi musim, iklim, kehidupan sehari-hari, dan status social ekonomi. Lingkungan yang kondusif akan menciptakan keadaan yang aman dan nyaman bagi anak untuk mengeksplorasi perilaku sosialnya (Perry dan Potter, 2005).

e. Perkembangan bahasa Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Perkembangan bahasa akan optimal bila kemampuan berbahasa anak disesuaikan dengan usianya yaitu dengan

dilatih melafalkan atau mendengarkan suara. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan.

2. Stimulus a. Pengertian stimulus Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan lathan dan bermain. Anak yang memperoleh stimulus secara terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulus (Nursalam, 2005) Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi

perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan anak ( Kania, 2006).

b. Stimulasi Visual Stimulasi visual yaitu stimulasi yang berkenaan dengan

pengelihatan. Stimulasi visual pada permulaan perkembangan anak, merupakan stimulus awal yang paling penting karena dapat

menimbulkan sifat-sifat ekspresif. Misalnya pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkunganya, bayi akan gembira dan tertawa-tawa dan menggerakan seluruh tubuhnya. Tetapi bila stimulus tersebut terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak berkurang dan anak akan menangis. ( Soedjiningsih, 1995) Rangsang visual sebaiknya terdiri dan warna yang mencolok, kontras gelap dan terang (garis-garis, lingkaran-lingkaran sepusat, bentuk geometrik), obyek yang bergerak dan permukaan di sekitarnya. Wajah manusia adalah obyek yang paling disukai untuk menarik perhatian, bentuknya, gerakannya dan suaranya. Tatapan wajah yang sangat dekat dan bersuara mexnungldnkan stimulasi visual, auditori dan taktil secara bermakna. Perubahan posisi yang sering (dan telentang ke tengkurap, dan tempat tidur ke gendongan, dan kursi ke ayunan) memungkinkan bayi mendapatkan berbagai stimulasi penglihatan dan pemandangan yang berbeda ( Soejadmiko, 2006). Ibu dianjurkan sering memandang wajah dan menatap mata bayi, mengajak bayinya

tersenyum, berbicara yang lembut dan dikombinasi dengan sentuhan sehingga memberikan 3 rangsangan sekaligus ( Brooks, 1991). c. Stimulasi verbal Stimulasi verbal merupakan stimulasi yang berkenaan dengan indera pendengaran. Pada tahun-tahuun pertama tumbuh kembang anak, anak belajar mendengarkan, yang disebut juga periode kesiapan mendengarkan. Jika pemberian stimulasi auditif ini terlalu banyak, misalnya pada lingkungan yang ribut dengan suara yang simpang siur, maka anak tidak dapat membedakan berbagai macam suara dan kelak akan berdampak pula pada pelajaran membaca. Untuk merangsang pendengaran, bersuara (menirukan suara bayi, berbicara, bernyanyi) adalah sangat penting. Jumlah dan tipe bahasa yang digunakan di rumah selama periode bayi merupakan faktor penting dalam perkembangan kecerdasan anak. Pemaparan terhadap berbagai musik, suara harian keluar masuk rumah, membacakan untuk bayi akan membantu rangsang pendengaran bayi. Tetapi jangan terlalu berisik dan mengganggu. Bayi yang dihujani dengan suara yang berisik (suara TV, radio, teriakan, kegaduhan yang konstan) terlatih menghilangkan gangguan tersebut sehingga kelak sulit untuk membedakan dengan menggunakan pendengaran dan perhatian ( Soedjatmiko, 2006).

Karena bayi telah akrab dengan suara orangtuanya sejak kehamilan maka suara-suara ibu akan menenangkan bayi Ketika orangtua tidak ada disitu, dapat ditinggalkan rekaman suara mereka yang menyanyikan lagu menidurkan bayi, membacakan sajak, cerita, atau seolah mengajak bermain ( Brooks, 1991). d. Stimulasi taktil (perabaan, sentuhan) Stimulus taktil merupakan stimulasi dengan senuthan. Kurangnya taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial emosional dan motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Stimulasi semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhdap lingkungan dan lebih berkembang. ( Soedjiningsih, 1995) Dari semua rangsang sensori, rangsang raba (taktil) adalah yang paling penting untuk perkembangan yang sehat. Sensasi sentuhan adalah yang paling berkembang pada saat lahir, dan telah berfungsi sejak sebelum lahir, jauh sebelum fungsi sensasi lainnya berkembang. Memegang, menimang, mengurut, menepuk, menggoncang dan gerakan adalah sangat penting, termasuk memijat dan memandikan. Pengasuh dapat melakukan ini selama memberi makan, mengganti baju dan kegiatan rutin lamanya. lb yang memberi botol dengan disangga, atau yang meletakkan bayi di tempat tidur dengan botol berarti merampasnya

dan sensasi kehangatan dan kedekatan, juga merampas dan rangsang pandangan, pendengaran dan rabaan. Mainan yang mempunyai permukaan yang bervariasi (lembut, licin, fleksibel dan kaku) juga memungkinkan pengalaman perabaan yang beragam (Soedjatmiko, 2006). Perasaan dan sikap tersebut menghambat tumbuhnya ikatan kasih sayang ibu dan bayi yang merupakan landasan interaksi ibu dan bayi, sangat penting untuk merangsang perkembangannya. ( Martin dkk, 1997). Bila orangtua tidak terlibat, bayi akan merasa ikatan emosialnya kurang kuat, dan merasa tidak aman ( Brooks, 1991). Bayi ini cenderung tak menentu (ambivalen), menghindar, tidak beraturan dalam usaha membentuk hubungan dengan orang lain. Sedang pada bayi yang selalu merasa aman mempunyai perkembangan emosi sosial yang lebih baik ( Martin dkk, 1997). Orangtua sebaiknya menyentuh bayinya segera mungkin dimulai pada tungkai atau lengan yang tidak terlalu sensitif dibanding badan, misalnya dengan mengelus atau memijat lembut, bahkan dapat dilakukan hanya melalui jendela kecil di incubator ( Brooks, 1991). Dalam program ini ibu belajar untuk mengenali toleransi bayi terhadap stimulasi sosial, yaitu, merangsang bayi ketika memungkinkan,

dan menghentikan rangsangan bila bayi menjadi kelelahan dan manyesuaikan dengan perilaku bayi ( Brooks, 1991). Sebagian ayah merasa dekat dengan bayinya dan bisa memulai proses ikatan kasih sayang ayah dan bayi. Ibu yang mendapat dukungan dari suaminya dan orangtuanya lebih mampu berhadapan dengan masalah emosional dalam mengasuh bayinya ( Brooks, 1991). Perilaku ibu yang menunjukkan rasa kasih sayang dan kepekaan (responsiveness) terhadap bayinya mempunyai hubungan bermakna dengan

perkembangan kognitif dan motivasi bayi pada umur 5 bulan. Tabel 1. Stimulasi psikososial untuk bayi Kegiatan Cara berinteraksi Penglihatan Menarik perhatian bayi, dekatkan wajah ibu mempertahankan kontak mata yang lama Mengubah ekspresi wajah untuk mempertahankan interaksi visual, menggunakan senyuman, ekspresi kaget, gerakan lidah Menggerakan kepala, ajak bayi anda untuk mengikuti gerakan kepala Menggerakan, anggukan dan gelengkan kepala untuk mempertahankan interaksi Menirukan ekspresi wajah bayi Mengerakan benda berwarna terang untuk membantu pemfokusan bayi dan mengikutinya Memegang bayi posisi tegak sehingga ia dapat melihat melampauai bahu orangtua Pendengaran Atur kursi bayi sehingga ia dapat melihat ke orangtua Mengunakan suara anda untuk berbagai cara berkomunikasi dengan bayi (bernyanyi, bergumam, berkotek, memanggil nama, bercakap) Berusaha agar bayi menggerakkan matanya dan kepalanya kearah suara anda Menirukan suara bayi mengunakan benda untuk menimbulkan suara (bel, musik)

Perabaan Sentuhan

Membungkus, menggendong, mengatur posisi tepukan, pijat bayi dengan cara menenangkan dan berirama Manfaatkan refleks bayi untuk interaksi (refleks isap, refleks memegang) Pegang dan timang bayi Mengayunkan bayi ketika diam, dan hibur dengan menggoyang ketika rewel Bergerak berkeliling dengan bayi tegak di bahu Mengkombinasi gerakan badan dan wajah dengan mencium dan menyundul bayi Bermain sambil mengganti baju atau memandikan

B. Kerangka Teori Berdasarkan teori Potter dan Perry (2005), Soedjiningsih (1995) tentang perkembangan dan stimulus, dapat digambarkan suatu kerangka teori sebagai berikut:

Perkembangan

Faktor yang memepengaruhi perkembangan: Bilogi Fisik Lingkungan Sosial dan budaya Ekonomi

stimulasi

Perkembangan motorik kasar Perkembangan motorik halus perkembangan bahasa Perkembangan personal sosial

Gambar 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep Variabel Bebas


Stimulasi verbal, visual, taktil

Variabel Terikat Perkembangan bayi

Variabel Penggangu
- Status gizi - Status kesehatan - lingkungan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan : _____________ : Diteliti -------------------- : Tidak diteliti

D. Hipotesis Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh stimulus verbal, visual dan taktil terhadap perkembangan bayi 0-12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai