Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun. Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai demam (1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh anggota gerak terlibat. Diperkirakan sekitar sepertiga anak dengan kejang demam akan mengalami serangan ulang. Kemungkinan berulangnya serangan bervariasi menurut usia. Anak yang mengalami kejang demam sederhana pertama saat usia kurang dari 1 tahun, 50 % akan mengalami kekambuhan, sedangkan kejang yang dialami setelah usia 3 tahun, kemungkinan serangan berulang 20 %. Pada kebanyakan kasus jumlah kambuhnya serangan terbatas 2 - 3 kali . Hanya 9 - 17 % saja yang mengalami serangan ulang lebih dari 3 kali. Kemungkinan serangan ulang juga meningkat pada bayi yang mengalami kejang pada suhu dibawah 40 derajat Celcius, riwayat Kejang demam (KD) merupakan kegawatan neurologis yang sering dijumpai pada anak hampir 3 5% anak pernah mengalami KD. KD sering berulang di rumah, oleh karena itu penjelasan yang terperinci kepada orang tua sangatlah diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM
DEFINISI Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (1) Kejang demam dapat juga didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial, kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin Shigella. Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu yang lebih dari 38C, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun ganguan metabolic sistemik akut.(3)

Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari 15 menit
(1)

EPIDEMIOLOGI Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang (4). Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan (1). Diperkirakan sekitar sepertiga anak dengan kejang demam akan mengalami serangan ulang. Kemungkinan berulangnya serangan bervariasi menurut usia. Anak yang mengalami kejang demam sederhana pertama saat usia kurang dari 1 tahun, 50 % akan mengalami kekambuhan, sedangkan kejang yang dialami setelah usia 3 tahun, kemungkinan serangan berulang 20 %. Pada kebanyakan kasus jumlah kambuhnya serangan terbatas 2 - 3 kali . Hanya 9 - 17 % saja yang mengalami serangan ulang lebih dari 3 kali. Kemungkinan serangan ulang juga meningkat pada bayi yang mengalami kejang pada suhu dibawah 40 derajat Celcius, riwayat Yang dapat menyebabkan kejang demam Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya (1).
infeksi saluran pernapasa n atas
(1)

Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam

gastroen teritis KEJANG DEMAM

tonsillitis

infeksi saluran kemih

otitis media

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1). KLASIFIKASI Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (6) A. Kejang Demam Sederhana: 1. Kejang bersifat umum 2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) 3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun 4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun 5. Pemeriksaan EEG normal B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam: 1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal 2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama 3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun 4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya abnormal Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (6): A. Kejang Demam Sederhana: 1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi 2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun 3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun 4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit 5. Kejang tidak bersifat fokal 6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang 7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan 8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

B. Kejang Demam Kompleks Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang demam kompleks Kejang demam menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) (1) A. Kejang demam sederhana 1. Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya berhenti sendiri. 2. Kejang berbentuk tonik klonik tanpa gerakan fokal 3. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam B. Kejang demam kompleks 1. Kejang lebih dari 15 menit 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi. Atau kejang umum didahului kejang parsial 3. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam

PATOFISIOLOGI (1) Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan menyebabkan terjadinya kejang.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.

MANIFESTASI KLINIS Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat berlangsung

selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1). Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan dapat menunjukkan gejala sianosis (1).

Kejang atau bukan kejang


Keadaan Onset Kesadaran Gerakan ekstre Sianosis Ger abn mata Serangan khas Lama Dapat diprovokasi Ictal EEG abn Kejang
tiba-tiba terganggu sinkron sering selalu sering detik-menit jarang selalu

Bukan kejang
gradual tidak terganggu asinkron jarang jarang jarang beberapa menit hampir selalu tidak pernah
(Smith dkk, 1998)

Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat. Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik), maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).

Penanganan Kejang Demam Kejang demam (KD) merupakan kegawatan neurologis yang sering dijumpai pada anak yng harus cepat ditangani. Semakkin sering dan semakin lama anak terjadi kejang faktor risiko untuk terulangnya kejang demam akan semakin besar.

KEJANG demam adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Umumnya, sekitar 2% sampai 5% anak berumur antara enam bulan sampai lima tahun mengalami demam ini. Namun tidak sampai menginfeksi otak anak. Yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam. Walaupun kejang demam terlihat sangat menakutkan, sebenarnya jarang sekali terjadi komplikasi berat. Yang paling penting (dan paling sulit) adalah untuk tetap tenang.

1.

Jangan memasukkan sendok atau jari ke dalam mulut anak untuk mencegah lidahnya tergigit. Hal ini tidak ada gunanya, justru berbahaya karena gigi dapat patah atau jari luka.

2.

Miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya. Jangan mencoba menahan gerakan anak. Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit hangat. Setelah air menguap, demam akan turun.

3.

Jangan memberi kompres dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil dan suhu di dalam tubuh justru meningkat, walaupun kulitnya terasa dingin. Bila ada, Anda dapat memberikan diazepam melalui anus. Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat, sebagian besar kejang demam akan berhenti sendiri sebelum lima menit.

Mencegah Agar Tidak Terjadi Kejang Demam (5) 1. Segera beri obat penurun panas ketika suhu melebihi 37.5oC 2. Kompres dengan lap hangat 3. Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. 4. Segera temui dokter jika panas tidak ada penurunan.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38oC tanpa adanya tanda dari infeksi di susunan saraf pusat, gangguan elektronik atau metabolik lain. Kejang demam (KD) merupakan kegawatan neurologis yang sering dijumpai pada anak hampir 3 5% anak pernah mengalami KD. KD sering berulang di rumah, oleh karena itu penjelasan yang terperinci kepada orang tua sangatlah diperlukan Saran 1. sangat dianjurkan bagi para orang tua untuk selalu menyediakan alat pengukur suhu tubuh. 2. Sediakan selalu obat penurun panas. 3. Segara menemui dokter jika suhu tubuh anak tidak kunjung menurun.

DAFTAR PUSTAKA 1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. 2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17th edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.

3. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi 15. Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066. 4. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on March 15th 2013. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview 5. Maharani. Kejang Demam pada Anak. Accessed on May 7 th 2010. Available at: http://dr-anak.com/kejang-demam-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai