Anda di halaman 1dari 5

Yovan Vatra Prayoga Individual Paper SIT Dosen: Surahyo Sumarsono, B.Eng. M.Eng. Sc.

Reguler 24

Implementasi GCG Melalui E-procurement

Akhir-akhir ini, masalah pengadaan barang dan jasa banyak mendapat sorotan. Masih hangat dalam pemberitaan di media massa adanya kasus korupsi atas pengadaan barang (tender) di Komisi Pemilihan Umum (KPU), beberapa waktu lalu. Harus diakui bahwa dalam setiap tender atau lelang, pengadaan barang dan jasa yang terjadi di pemerintahan, badan usaha milik negara (BUMN) maupun perusahaan swasta memang rawan praktik korupsi kolusi dan nepotisme (KKN). Hal tersebut dimungkinkan karena dalam setiap tender banyak pihak yang terkait dan memiliki berbagai kepentingan (interest), baik kepentingan golongan atau kelompok maupun kepentingan pribadi. Untuk mencegah timbulnya praktik KKN, selain perlu perbaikan sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa agar lebih transparan dan akuntabel, perlu pula dicari alternatif lain yang memenuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), terutama prinsip keterbukaan (transparency) serta prinsip keadilan (fairness). E-procurement Salah satu sistem pengadaan barang yang perlu dipertimbangkan adalah e-procurement yang berbasis e-commerce. E-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Prosedur pelaksanaan pelelangan E-Procurement adalah sebagai berikut: A. Latar Belakang Pelaksanaan E-Procurement 1. Tuntutan masyarakat dalam memperoleh informasi, pelaksanaan pembangunan.

2. Keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan bidang sarana dan prasarana pekerjaan umum. 3. Penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). B. Tujuan Penyelenggaraan E-Procurement bertujuan untuk menciptakan transparansi, efisiensi, dan efektivitas serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara panitia dan penyedia jasa. C. Prinsip Pelaksanaan E-Procurement Sesuai dengan Keppres No. 80 tahun 2003 tentang PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH, penyelenggaraan pelelangan secara elektronik menggunakan prinsip: 1. Efisiensi 2. Efektif 3. Terbuka dan bersaing 4. Transparan 5. Adil/tidak diskriminatif 6. Akuntabel D. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara 4. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada saat ini, sistem e-procurement mulai berkembang berkat dukungan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih dan pesat. Selain itu, saat ini semakin banyak perusahaan yang telah memiliki web site, sehingga komunikasi secara real time dan on time melalui internet cukup maju, termasuk dalam hal pengadaan barang dan jasa.

Sistem e-procurement dapat berjalan lancar, apabila manajemen material di suatu perusahaan dikelola dengan baik, mulai dari data base supplier, sistem cataloging material, pengelolaan pesanan dari dan ke vendor atau supplier, sistem pembayaran, termasuk masalah kesiapan tender atau lelang on-line (e-auction). Perusahaan yang menggunakan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) dalam pengelolaan sistem informasinya akan lebih mudah menerapkan e-procurement. Pada saat ini masih sedikit perusahaan yang telah menerapkan e-auction sebagai implementasi prinsip GCG. Pengadaan barang dan jasa di luar negeri dengan menggunakan e-procurement sudah membudaya, karena telah didukung sarana dan prasarana yang memadai. Di Indonesia, beberapa BUMN dan perusahaan swasta telah menerapkan e-procurement, meskipun sebagian masih bersifat parsial, belum menyeluruh. Manfaat E-procurement Terdapat tujuh manfaat bagi perusahaan yang menggunakan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa. Pertama, dapat menunjang sistem Just in Time (JIT) dalam memenuhi kebutuhan material sehingga terjadi efisiensi biaya (cost reduction) dalam manajemen material. Kedua, dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan arus kas (cash flow management). Ketiga, dapat mereduksi interaksi antar-manusia (face to face) sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Keempat, dapat menekan biaya operasi dan administrasi. Kelima, dapat memberi nilai tambah (value added) berupa percepatan proses transaksi dan memperluas cakupan partisipasi penawaran sehingga mampu menghasilkan harga yang terbaik. Keenam, dapat meminalisasi interest pihak-pihak yang berkepentingan. Ketujuh, dapat meningkatkan transparansi dalam pengadaan barang dan jasa sehingga mencegah timbulnya KKN karena dapat terjamin transparansi bagi peserta tender. Pada masa mendatang sistem ini akan dapat memberi nilai tambah (value added) secara optimal pada kriteria pengadaan barang dan jasa. Di mana, volume dan frekuensi transaksi semakin tinggi, vendor (supplier) dapat memasok lebih banyak, jenis transaksi rutin atau berulang semakin banyak, dan spesifikasi kebutuhan semakin banyak dapat distandarisasi. Selain itu kemungkinan terjadi risiko lebih dapat terukur (relatif rendah), dan adanya kontrak jangka panjang (longterm supply agreement) serta untuk securing availability (order management) dapat lebih terjamin.

Contoh E-Procurement: Contoh nyata dari implementasi E-Procurement di dalam penyelenggaraan negara salah satunya adalah pada Departemen Keuangan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor: SE-12/MK.1/2009 tentang langkah-langkah dalam menghadapi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan Departemen Keuangan, pengadaan barang, jasa pemborongan, dan jasa lainnya untuk paket pekerjaan dengan nilai di atas Rp 5,000,000,000,. (Lima milyar Rupiah) di lingkungan kantor pusat wajib secara elektronik (EProcurement) melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik Departemen Keuangan. Dengan melakukan E-Procurement di dalam pengadaan barang/jasa di lingkungan Departemen Keuangan, proses tender dapat dilihat oleh seluruh masyarakat dan transparansi lebih terlihat. Kendala Implementasi tender melalui lelang on line (e-auction) sangat memerlukan kesiapan teknologi informasi secara penuh berikut perangkat-perangkatnya. Meskipun dalam implementasinya tidak banyak memerlukan perubahan dalam proses bisnis (bussiness process), namun perlu suatu kebijakan (policy) perusahaan berupa sistem dan prosedur yang mengatur mekanisme lelang on-line. Sistem dan prosedur tersebut merupakan acuan bagi panitia pelelangan atau tim tender dan para peserta tender serta pihak terkait lainnya dalam melaksanakan pelelangan secara on-line. Selain itu sistem e-procurement memerlukan dukungan proses pengadaan barang dan jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi (internet) sehingga dapat dibangun interaksi antara buyer dan supplier secara on-line. Kendala yang dihadapi dalam implementasi e-procurement adalah belum membudayanya praktik bisnis e-commerce di negara kita, sehingga belum dapat menjangkau peserta tender yang lebih luas. Sistem e-procurement tidak menjamin bahwa pengadaan barang dan jasa akan bebas dari praktik KKN, karena sebagus apapun sistem yang dibangun, tanpa disertai dengan moral dan etika yang baik dari manusia sebagai pelaksana sistem, maka sistem tersebut tidak berguna. Oleh karena itu perlu perbaikan sikap moral serta etika dari manusia sebagai pelaksana sistem tersebut. Pada saat ini pemerintah sedang mengkaji secara mendalam rencana penerapan tender secara on line (e-procurement), termasuk masalah atau kendala yang mungkin timbul saat implementasinya nanti. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah termasuk Bapepam

(Badan Pengawas Pasar Modal) dan otoritas bursa (Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) yang mengarah penerapan e-procurment dalam rangka implementasi GCG, perlu kita dukung bersama. Akhirnya semoga semakin banyak perusahaan yang menerapkan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa. Ini penting agar praktik KKN dapat dicegah dan upaya implementasi prinsip-prinsip GCG dapat segera terwujud.

Kesimpulan & Saran Kesimpulan dari penerapan E-Procurement untuk mencapai GCG adalah sangat baik, pemerintah yang selama ini sudah mendapat rasa kurang di percaya oleh rakyat dapat mampu membangun kembali citra mereka yang sudah rusak. E-Procurement juga membuka kesempatan usaha semua lapisan masyarakat yang memiliki keahlian atau usaha di bidang barang/jasa yang dibutuhkan oleh pemerintah, dan bebas berkompetisi dengan para pesaingnya tanpa ada perlakuak khusus dari pemerintah. Selain itu, implementasi EProcurement juga dapat menghemat uang negara karena penerapa E-Procurement dapat mengeliminasi alokasi dana yang tidak efektif. Saran yang tepat untuk implementasi GCG melalui E-procurement adalah, seharusnya semua Departemen Pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara melakukan pengadaan barang/jasa melalui E-Procurement, karena dapat menghemat pengeluaran dan meningkatkan efisiensi sehingga alokasi dana dapat dialihkan kebagian produktif lainnya. Dengan mengimplementasikan E-procurement kebersihan di dalam penyelenggaraan negara lebih terjaga dan dapat di awasi oleh seluruh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai