Anda di halaman 1dari 7

LI.3. Mempelajari pemeriksaan penunjang Anamnesis dan pemeriksaan fisis biasanya merupakan pemeriksaan yang paling tepat.

Pada pasien demam tanpa sumber infeksi yang jelas, pemeriksaan penunjang skrinning yang biasa dilakukan adalah hitung darah lengkap (full blood count), tes fungsi hati, protein reaktif-C, atau laju endap darah, kultur darah, pemeriksaan urin dan foto toraks. 1. Hitung darah lengkap Anemia normositik/normokromik sering ditemukan pada infeksi kronis Kenaikan jumlah netrofil atau adanya granula toksis menunjukkan adanya sepsis bakteri Kenaikan jumlah limfosit, sering ditemukan pada infeksi virus dan sebagian infeksi bakteri seperti tifoid dan bruselosis Jumlah neutrofil rendah terjadi pada imunosupresi iatogenik atau infeksi tifoid, bruselosis, atau riketsia. Merupakan indikator prognosis buruk pada sepsis berat. Jumlah limfosit rendah : pertimbangkan HIV, namun sering juga terjadi pada infeksi akut lain 2. Kelainan fungsi hati Kelainan fungsi hati menunjukkan kelainan proses infeksi local (hepatitis, abses hati, sepsis brailer) atau infeksi sistemik atau diseminata. 3. FBC dan LED LED adalah laju mengendapnya eritrosit pada tabung vertical. LED normal tergantung pada usia (normal [usia/2]+10), adanya protein fase akut serta jumlah protein tersebut dalam darah, serta densitas eritrosit (pada anemia LED meningkat). LED meningkat pada sebagian besar infeksi, tapi tidak didapatkan perbedaan antara infeksi dan inflamasi. Kadar CRP berguna untuk melihat respon terhadap terapi. 4. Foto toraks bisa menunjukkan infeksi fokal yang tidak terdeteksi secara klinis, dan harus dilakukan pada mereka yang diduga telah mengalami infeksi namun belum diketahui sumbernya. 5. CT Scan bermanfaat untuk memeriksa semua bagian tubuh untuk mencari atau menentukan batas luasnya infeksi. Pemeriksaan ini harus segera dilakukan pada pasien demam yang diduga karena infeksi dan sumbernya belum ditemukan, dan bisa menemukan sumber infeksi pada pasien yang mengalami bakteremia oleh patogen usus. CT Scan juga memungkinkan pengambilan sampel diagnosis dan drainase terapeutik pada berbagai situasi. Sumber : At a Glance Medicine, hal. 62 http://books.google.co.id/books?id=wzIGJflmD4gC&pg=PA62&dq=pemeriksaan+penunjang+de mam+tifoid&hl=id&sa=X&ei=eN1yT6bHGfHtmAXz8i9Dw&ved=0CFYQ6AEwCA#v=onepage&q=pemeriksaan%20penunjang%20demam%20tifoid&f=f alse

LI.4. Mempelajari Salmonella Salmonella termasuk dalam family Enterobacteriaceae, yang dikelompokkan menjadi Salmonella typhi dan parathypi A, B, dan C (menyebabkan demam enterik) dan Salmonella yang dapat menyebabkan keracunan makanan S.typhimurium (ini paling sering), S.enteridis, S.infantis, dll. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa Salmonella ternyata menghasilkan toksin. Sebanyak 7% S.typhi dan S.typhirium menyekresikan toksin yang bersifat neurotoksik, larut dalam air dan labil terhadap pemanasan dan oksigen. Infeksi mungkin hanya sebatas saluran cerna atau bersamaan dengan bakterimia yang biasanya cepat hilang. Karakteristik : bakteri berbentuk batang, gram negative, mesofilik, anaerob fakultatif, motil dan tidak membentuk spora. Pertumbuhan terjadi pada suhu 5-47C (optimal 37C); pH minimum 4;aktifitas air minimum 0,95 Inkubasi : 6-48 jam (kadang hingga 4 hari) Gejala : gejala utama : demam, sakit kepala, muntah, nausea, sakit perut dan diare Durasi : biasanya beberapa hari sampai 1 minggu; kadang berakhir hingga 3 bulan Sumber : binatang peliharaan dan liar termasuk manusia pembawa (carrier) Cara penyebaran : rute utama adalah termakan bakteri melalui makanan yang tercemar (susu, telur, daging, unggas). Makanan dapat tercemar oleh penjamah makanan, hewan peliharaan, atau kontaminasi silang Pengawasan : industry : proses pemanasan makanan yang berasal dari hewan dimasak dengan benar, termasuk pasteurisasi susu dan telur;radiasi daging/unggas Rumah tangga : persiapan makanan dengan baik Angka kejadian : seluruh dunia. Angka kejadian 1-100 orang per 100.000 penduduk

Sumber : Keracunan makanan, buku ajar ilmu gizi http://books.google.co.id/books?id=j3kPMN16JGkC&pg=PA74&dq=bakteri+salmonella&hl=id&sa=X&ei= E-JyT8vmGqSNmQX394TBDw&ved=0CDUQ6AEwAA#v=onepage&q=bakteri%20salmonella&f=false Salmonella sering bersifat patogen untuk manusia atau hewan bila masuk mulut. Panjang salmonella bervariasi. Kebanyakan spesies, kecuali Salmonella pullorum-gallinarum dapat bergerak dengan flagel peritrika. Pada manusia, salmonella menyebabkan 3 macam penyakit utama, tetapi sering juga ditemukan bentuk campuran. 1. Demam tifoid Ditimbulkan hanya oleh beberapa salmonella, tetapi yang terpenting adalah S.typhi. salmonella yang termakan ke usus halus kemudian masuk saluran getah bening

menuju ke aliran darah, dibawa oleh darah menuju berbagai organ (termasuk usus) kemudian berkembang biak dalam organ limfoid lalu diekskresi dalam tinja. 2. Bakteremia dengan lesi fokal Biasanya disebabkan oleh S. choleraesuis tetapi dapat disebabkan oleh setiap serotype salmonella. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi inuasi dini terhadap darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru2, tulang, selaput otak, dsb.), tetapi sering tidak ada manifestasi usus. Biakan darah (+) 3. Enterokolitis Terdapat lesi2 peradangan di usus halus dan usus besar. Bakterimia sangat jarang (2-4%)kecuali pada orang yang imunnya terganggu. Biakan darah biasanya (-), tetapi biakan tinja tetap (+) selama beberapa minggu setelah penyakit sembuh secara klinik. Tindakan sanitasi harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air oleh hewan pengerat atau hewan lain yang mengeluarkan salmonella. Unggas, daging, dan telur harus dimasak dengan sempurna. Pembawa bakteri todak boleh membuat atau menyediakan makanan, dan mereka harus melakukan tindakan higienis yang tepat.

Sumber : Mikrobiologi kedokteran, Jawets et al. edisi 20. Halaman 243-247

LI.5. Mempelajari demam tifoid Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan dan perlu mendapatkan perhatian. WHO memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500600 ribu kematian tiap tahunnya, yaitu sekitar 3,5% dari seluruh kasus yang ada. Di Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemic (penyakit yang selalu ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil) dan termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang, nomor 6, tahun 1962 tentang wabah. Angaka kejadian demam tifoid bervariasi di tiap daerah. Hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai dan sanitasi lingkungan yang buruk serta pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.Vaksinasi terhadap demam tifoid merupakan alternative untuk menurunkan kejadian demam tifoid mengingat semakin meningkatnya kuman tifoid yang kebal terhadap antibiotika. LO 5.1. penyebaran dan cara penularan Manusia dapat terinfeksi tifoid setelah memakan atau meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran (feses) atau air seni (urin) yang tercemar Salmonella typhi. Sumber penularan penyakit adalah penderita yang aktif mengeluarkan Salmonella typhi

dalam kotoran (feses) dan air seninya baik pada saat sedang sakit maupun dalam proses penyembuhan. Selain itu, sebanyak 3%-5% penderita akan menjadi carrier (pembawa kuman). Demam tifoid paling sering diderita pada kelompok umur 12-30 tahun (70%-80%) diikuti kelompok umur 30-40 tahun (10%-20%). LO 5.2. Gejala dan tanda Penyakit ini ditandai dengan demam lebih dari 7 hari (bila tidak segera diobati), gangguan pola buang air besar, mual, tidak mau makan, sakit kepala, pusing, badan dan persendian ngilu2. Bisa disertai batuk pilek. Keterlambatan pengobatan (terutama 2-3 minggu tanpa pengobatan) dapat menyebabkan komplikasi, seperti : perdarahan usus, kebocoran usus, kelumpuhan usus, atau radang pancreas. Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang telah dijelaskan di atas, disertai pemeriksaan klinis yang didapatkan dari suhu tubuh yang tinggi, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk memeriksa demam tifoid adalah uji Widal, IDL TUBEX, Typidot, dan Typidot M. hasil dari beberapa pemeriksaan ini dapat diperoleh dalam beberapa menit sampai beberapa jam, untuk menilai antibody terhadap Salmonella typhi. Namun, untuk memastikan adanya demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan biakan darah, biakan feses, atau urin. LO 5.3. Pengobatan Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit agar bisa beristirahat dengan baik. Pemberian makanan dimulai dengan bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi. Tahap pemberian ini dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, karena banyak pendapat mengatakan bahwa usus perlu diistirahatkan. Untuk membunuh kuman tifoid diperlukan pemberian antibiotic.

Sumber : Vaksinasi, hal.92 http://books.google.co.id/books?id=7PbB45QxuaoC&pg=PA94&dq=demam+tifoid&hl=id&sa=X &ei=zeJyT9PoMOqJmQXOpOneDw&ved=0CE0Q6AEwBg#v=onepage&q=demam%20tifoid&f=fal se

LI 2. Mempelajari Demam Demam adalah kondisi saat suhu tubuh diatas 38C. Suhu pasien biasanya diukur dengan thermometer air raksa dan tempatnya bisa di axilla, oral, atau rectum. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C. Demam pada mamalia dapat memberi petunjuk bahwa pada temperature 39C, produksi antibody dan proliferasi sel limfosit-T meningkat sampai 20x dibandingkan dengan keadaan pada temperature normal. Meski bisa merupakan gejala penyakit tertentu, pada umumnya demam menunjukkan bahwa tubuh sedang melawan infeksi. Saat melawan infeksi ada zat dalam tubuh yang meningkatkan produksi panas dan menahan pelepasan panas sehingga menyebabkan demam. Seseorang dikatakan demam jika ia merasa gejala2 berikut : menggigil, panas dan dingin bergantian, lemas, berkeringat, dan wajah kelihatan memerah. Demam terkadang merupakan gejala akan penyakit yang lebih serius seperti influenza, HIV, malaria, demam berdarah, demam tifoid, gastroenteritis, bahkan kanker. Demam juga mengindikasikan adanya gangguan pada pusat regulasi suhu sentral seperti heat stroke (pingsan karena udara panas), pendarahan otak, koma, dan kondisi tubuh yang terpapar panas, disertai gangguan keseimbangan cairan tubuh. Orang yang alergi terhadap obat2an seperti antibiotic dan antihistamin juga bisa mengalami demam. Beberapa tipe demam yang mungkin kita jumpai : 1. Demam septic Suhu badan naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. 2. Demam hektik Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal. 3. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal 4. Demam intermitten Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila terjadi 2 hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi 2 hari bebas demam di antara dua serangan demam tersebut disebut kuartana. 5. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 6. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Langkah mandiri mengatasi demam : Kompres badan dengan kain hangat di daerah kepala, ketiak, dan selangkangan. Sebaiknya lakukan dengan air hangat dan hindari memakai air

dingin. Ini karena, jika dikompres dingin, otak akan menganggap suhu diluar tubuh dingin sehingga justru memerintahkan tubuh untuk memproduksi panas lebih banyak. Sebaliknya, kompres air hangat membantu penguapan dan keluarnya panas dari tubuh. Gunakan pakaian yang tipis dan longgar Ukurlah suhu badan setiap 4 jam sekali Istirahatlah di kamar yang sejuk dan brsirkulasi baik Minum banyak air dingin (bukan air es) agar tidak dehidrasi Minum parasetamol, aspirin, atau ibuprofen untuk menurunkan demam

Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V, hal. 2767 Cara cerdas untuk sehat, hal. 77 http://books.google.co.id/books?id=ilORbUymYOQC&pg=PA77&dq=demam+adalah&hl =id&sa=X&ei=aeNyT5PmD6SimQXRqpTPDw&ved=0CFMQ6AEwBw#v=onepage&q=demam%20a dalah&f=false

Anda mungkin juga menyukai