Anda di halaman 1dari 12

1. Apa perbedaan syncope dengan shock?

syncope Syncope disebabkan karena pendarahan ke otak berkurang Misalnya karena : a. Emosi yang hebat b. Rasa nyeri yang hebat c. Berada dalam ruangan penuh tanpa udara yang segar d. Keadaan lemah setelah menderita sakit e. Terlalu banyak mengeluakan tenaga, keringat dan letih terutama bila perut kosong Gejala yang ditimbulkan pada penderita Misalnya : A. Gejala Subjektif gejala yang hanya dirasakan oleh penderita saja antara lain : a) Pusing b) Mual c) Mata berkunang kunang d) Telinga berdenging e) Merasa lemas B. Gejala Objektif gejala yang dapat dilihat dari orang lain antara lain : a) Keluar keringat dingin b) Pucat c) Denyut nadi lemah Pertolongannya : -Tidurkan terlentang dengan kepala agak direndahkan -Longgarkan pakaian -Beri selimut biar badan hangat kembali -Usahan penderita mendapatkan udara segar -Apabila sudah mendingan atau lebih sadar dapat diberi minuman hangat. Shock Shock adalah suatu keadaan karena kolepsnya sistem peredaran darah, jantung beserta kapilernya. Biasanya syok terjadi pada trauma yang berat dengan pendarahan atau kehilangan cairan yang banyak. Trauma yang biasa menyebabkan Shock misalnya cedera pada tulang belakang atau reaksi alergi yang hebat. Pada keadaan Shock terjadi insufisiesi atau ketidakseimbangan suplai darah sehingga oksigen dan nutrisi ke jaringan terhambat atau berkurang. misalnya : a. Terjadi pendarahan keluar atau kedalam b. Luka bakar yang cukup luas Korban biasanya terlihat lemah, cemas, atau gelisah karena suplai oksigen ke otak berkurang. Denyut nadi meningkat karena kerja jantung meningkat. Penanganan Shock sendiri sebenarnya untuk mencegah kondisi yang lebih buruk pada diri korban. Apabila korban yang Shock berat tidak cepat ditangani akan menyebabkan kematian.

Penanganan Shock harus dilakukan segera mungkin sebelum kita menentukan trauma yang lain, jaga suhu tubuh korban dengan cara menyelimuti korban dan menghindarkan korban dengan alas yang dingin. Pada daerah yang temperatur yang tinggi korban harus dilindungi dari sengatan panas/matahari. Korban Shock dengan penurunan kesadaran atau penurunan ambang rasa nyeri atau rasa raba harus diteliti akan kemungkinan mempunyai trauma atau cedera yang lainnya. Penanganan selanjutnya yang harus dilakukan ialah memindahkan korban dengan gerakan yang minimal untuk memperlancar peredaran darah. Baringkan korban dengan tungkai ditempatkan lebih tinggi dari kepala. Gejalanya sebenarnya kelanjutan dari syncope Misalnya : a. Merasa mual, lemas b. Pucat dan dingin c. Keringat dingin tampak pada kening d. Nadi cepat ( lebih besar dari 100 per menit ) e. Pernafasam cepat dan dangkal f. Bila keadaan bertambah lanjut, maka penderita akan pingsan. Pertolongannya : - Bebaskan jalan nafas dan pertahankan keadaannya -Tentukan pendarahan bila ada, segera atasi untuk mencegah memberatnya syok - Jaga suhu tubuh - Letakkan korban dalam posisi tungkai berada lebih tinggi dari kepala untuk membantu sirkulasi darah - Hindarkan gerakan yang berlebihan terhadap korban - Cek cacat secara rutin tanda vital korban (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu jika peralatan memungkinkan) - Bila korban dalam keadaan sadar, berikan penambahan cairan dengan memberikan minum (jangan sampai tersedak), dan jaga korban bila muntah - evakuasi korban ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

2. Anatomi dan fisiologi sistem respirasi?


Anatomi sistem respirasi

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA organ-organ pernafasan yang dimiliki oleh manusia meliputi semua struktur yang menghubungkan udara dari dan ke paru-paru. Organ tersebut antara lain: 1) Saluran Nafas Bagian Atas

a.

Hidung Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paruparu. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.

b. Faring Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dsri ronggs hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan. Terdiri dari Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius), Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah), Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

2) Saluran NafasBagian Bawah

c.

Laring Laring/pangkal batang tenggorokan / kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.

d. Trakhea Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk hurup C pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan.

e.

Bronkus Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paruparu kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit.

f.

Bronkiolus Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.

g. Alveolus Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapilerkapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi. h. Paru-paru Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada. Paru-paru kanan berlobus tiga Bronkus kanan bercabang tiga

Paru-paru kiri berlobus dua Bronkuis kiri bercabang dua Posisinya lebih mendatar Dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas

Fisiologi sistem respirasi Mekanisme Pernafasan Manusia. Pada saat bernafas terjadi kegiatang inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pemasukan gas O2 dan udara atmosfer ke dalam paru-paru, sedangkan espirasi adalah pengeluaran gas CO2 dan uap air dari paru-paru ke luar tubuh.setiap menitnya kita melakukan kegiatang inspirasi dan espitrasi kurang lebih 16-18 kali. Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu: i. Pernafasan dada Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses inspirasi Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut espirasi.

j.

Pernafasan perut Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru-paru(inspirasi). Bila otot diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut akan terdesak ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah rongga dada. Sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Meningkatnya tekanan rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak ke luar dan terjadilah proses ekspirasi.

3. Apa yang terjadi pada tubuh pada saat mengalami syncope?


Tubuh akan mengalami penurunan fungsi tubuh yang signifikan, dikarenakan tubuh mengalami hipotensi yang mengakibatkan penyaluran oksigen ke tubuh berkurang. Akan terjadi penurunan cerebral blood flow yang mengakibatkan pandangan mata menjadi samar-samar, mual dan perasaan ingin pingsan.

4. Bagaimana proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)
a. Pernafasan Eksternal Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal. Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2). Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda. Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru. Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.

b. Pernafasan Internal Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan. Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO-) CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paruparu, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah yang berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.

5. Berapa kapasitas volume paru-paru?


Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum. Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan. Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer.

6. Bagaimana patofisiologi syncope?


Faktor-faktor pemicu syncope : Faktor psikogenik : rasa takut, tegang, stress emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga dan rasa ngeri melihat darah atau alat peralatan kedokteran seperit jarum suntik. Faktor non-psikogenik : posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik yang jelek, dan lingkungan yang panas, lembab dan padat. Patofisiologi terjadinya syncope : Faktor-faktor psikogenik seperti perasaan takut, ngeri atau rasa nyeri yang hebat peningkatan aktivitas nervus vagus pada jantung dan pembuluh darah perifer bradikardi dan vasodilatasi sistemik hipotensi secara mendadak penurunan cerebral blood flow yang ditandai dengan munculnya keluhan-keluhan berupa: pandangan keluhan-keluhan berupa pandangan gelap, perasaan mau pingsan & mual (nausea). Hipotensi akan merangsang refleks simpatis berupa takikardi dan vasokontriksi perifer yang secara klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi dan keringat dingin pada akral atau ekstremitas atas. Gejala klinis syncope dapat dibagi menjadi 3 fase : 1. Presyncope Diawali dengan perasaan tidak nyaman, seakan mau pingsan, dan mual, dan didapatkan keringat dingin di se,uruh tubuh. Apabila berlanjut dapat muncul tanda-tanda dilatasi pupil, penderita menguap, hyperpnea (kedalaman pernafasan yang meningkat) dan ekstremitas atas dan bawah teraba dingin. Pada fase ini tekanan darah dan nadi turun pada titik dimana belum terjadi kehilangan kesadaran. 2. Syncope Ditandai dengan hilangnya kesadaran penderita dengan gejala klinis : - Pernafasan pendek, dangkal dan tidak teratur - Bradikardi dan hipotensi berlanjut - Nadi teraba lemah Pada fase ini penderita rentan mengalami obstruksi jalan nafas karena terjadinya relaksasi otot-otot akibat hilangnya kesadaran. 3. Postsyncope Merupakan periode pemulihan dimana penderita kembali pada kesadaran. Pada fase awal postsyncope penderita dapat mengalami disorientasi, mual, dan berkeringat. Pada pemeriksaan klinis didapat nadi mulai meningkat dan teraba lebih kuat, dan tekanan darah mulai naik.

7. Bagaimana teori pelarutan asam (acidogenik)?


Teori Asidogenik : Miller (1882) menyatakan bahwa kerusakan gigi adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas dua tahap yaitu dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan tota email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat dapat mendekalsifikasi dentin, menurut teori ini, karbohidrat, mikroorganisme, asam, dan plak gigi berperan dalam proses pembentukan karies.

8. Apa nama pembuluh darah yang mengedarkan darah dari jantung ke paru dan dari paru ke jantung?
Pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis) adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik kanan menuju paru-paru ( pulmo ). Pembuluh balik (vena) adalah: Pembuluh yang membawa darah kembali kejantung, yang umumnya mengandung karbondioksida. Pada saat jantung berelaksasi ( Diastol ), darah dari tubuh dan paru-paru akan masuk ke jantung melalalui vena. Vena Pulmonalis membawa darah yang mengandung O2 dari paru-paru keserambi kiri jantung.

LAPORAN TUTORIAL MODUL 3 BLOK 3 KHUSUS

Di susun oleh: Vicky Warian Triwibowo No BP: 0910343053

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS

Anda mungkin juga menyukai