Anda di halaman 1dari 18

I. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pertumbuhan industri yang sangat cepat tidak hanya menghasilkan peningkatan produksi, tetapi juga peningkatan jumlah limbah. Pada satu sisi pertumbuhan kesejahteraan industri diharapkan namun dapat disisi meningkatkan lain perekonomian industri dan dapat masyarakat, perumbuhan

menimbulkan masalah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satunya adalah limbah industri karet yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Kota Palembang. Sebagian besar limbah karet tersebut belum dimanfaatkan dan diperlukan penanganan agar tidak menimbulkan masalah apabila dibuang begitu saja sehingga mencemari lingkungan yang ada disekitarnya. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menjelaskan bahwa penelitian pemanfaatan limbah antara lain abu terbang (Fly Ash) dan limbah sisa karbit dapat dibuat sebagai campuran (admixture) beton struktur maupun non-struktur. Penelitian ini adalah sebagai kajian awal pemanfaatan limbah karet dan fly ash sebagai bahan campuran beton. Penelitian dengan memanfaatkan limbah karet didasarkan pada karateristik limbah yang ada serta belum pernah dilakukan penelitian serupa terutama yang digunakan untuk campuran beton. 1.2 Perumusan Masalah 1. Analisa kecocokan karakteritistik limbah hasil pengolahan karet (tatal) terhadap karakteritik beton. 2. Tercapainya kuat tekan rencana beton 225 Mpa. 3. Pengaruh pemakaian fly ash 20% terhadap campuran beton segar dan tatal. 4. Identifikasi kekuatan awal dan akhir campuran beton K-225 5. Identifikasi perbandingan campuran beton yang di anggap paling baik dari 4 jenis benda uji yang dibuat.

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. 2. 3. 4. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemanfaatan limbah karet untuk bahan bangunan baik struktur maupun non-struktur. Memberi pengetahuan tentang pemanfaatan limbah karet (tatal) sebagai salah satu bahan alternatif campuran pembuatan beton. Mengidentifikasi karateristik limbah karet sebagai bahan campuran beton pengganti pasir (agregat halus) baik untuk struktur maupun non-struktur. Membandingkan hasil analisis uji karakteristik dan uji kuat tekan karakteristik beton K-225 berdasarkan permodelan 4 jenis benda uji yaitu : 1) beton standar (tanpa campuran limbah karet), 2) beton dengan campuran limbah karet sebagai pengganti pasir tanpa tambahan fly ash, 3) beton dengan campuran limbah karet sebagai pengganti pasir dengan penambahan fly ash 20% dari berat semen sebagai bahan tambah mineral (additive) , 4) beton dengan subtitusi limbah karet 10%, 20%, 30%, 40% dari berat pasir dengan penambahan fly ash masing-masing 20% dari berat semen sebagai bahan tambah mineral (additive) 5. Mengidentifikasi karakteristik limbah karet terhadap karakteristik beton berdasarkan benda uji tersebut. 1.4 Ruang Lingkup Penulisan Penelitian yang direncanakan dalam skala laboratorium dengan tahapantahapan yang disesuaikan dengan literature sehingga didapat hasil yang optimal serta dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya serta dapat dipertanggung jawabkan. Ruang lingkup dalam rencana penelitian ini adalah : a. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium. b. Perencanaan campuran beton menggunakan metode Standar Nasional Indonesia SK.SNI.T-15-1990-03. c. Bahan bahan yang digunakan : 1) Limbah yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah limbah hasil pengolahan karet yang berasal langsung dari pabrik karet

3 2) Sebagai bahan pengikat adalah Portland Cement (PC) tipe I 3) Digunakan fly ash kelas C (ASTM C.618-95:305) d. Campuran benda uji terdiri dari : 1) Campuran tanpa substitusi limbah (tatal) / kubus standar (KS) 2) Campuran dengan limbah karet (tatal) sebagai pengganti pasir (KA) tanpa fly ash. 3) Campuran dengan limbah karet (tatal) sebagai pengganti pasir (KA) dengan penambahan fly ash 20% dari berat semen. 4) Campuran dengan substitusi limbah karet(tatal) sebagai bahan pengganti pasir (KB) yaitu : 10%, 20%, 30% dan 40% dari berat pasir dengan penambahan fly ash masing-masing 20% sebagai bahan tambah mineral (additive) e. Pembuatan benda uji : 1) Benda uji dibuat dalam bentuk kubus 15 x 15 x 15 cm, Metode ASTM C109-93 2) Benda uji masing-masing dibuat dalam 2 sampel. f. Pengujian benda uji 1) Uji beton segar dengan uji slump30-60 mm 2) Karateristik produk meliputi pengujian kuat tekan kubus pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari 3) Mix design dengan kuat tekan karakteristik rencana pada umur 28 hari 22,5 Mpa g. Ikatan kimia yang terjadi pada saat pencampuran dan pada proses pengerasan beton tidak diadakan penelitian dan pembahasan lebih lanjut. 1.5 Rencana Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan ini maka dibuat sistematika penulisan laporan yang dibagi atas lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

4 Bab ini membahas secara umum mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi kajian literatur yang menjelaskan mengenai teori, temuan, dan penelitian yang menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini berisi mengenai hipotesa, variabel-variabel, model, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian mengenai pemanfaatan limbah karet (tatal) terhadap karakteristik beton. Bab IV Analisa dan Pembahasan Bab ini membahas tentang analisa karakteristik pemanfaatan limbah karet (tatal) terhadap karakteristik beton K-225. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas tentang kesimpulan dan hasil analisa akhir dari bab bab sebelumnya dan berisi saran saran penulis tentang pokok bahasan yang dikerjakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton yang dibuat merupakan campuran dari semen, limbah karet (tatal karet), fly ash dan air dengan perbandingan yang proposional. Kemampuan beton menghasilkan kuat tekan yang berkaitan dengan kualitas bahan dan komposisi yang digunakan serta cara pengerjaan maupun perawatan. Dengan demikian penurunan kualitas suatu unsur tersebut dapat menurunkan kemampuan kerja beton. Kekuatan, keawetan dan sifat beton yang lain tergantung pada sifat-sifat bahan dasarnya, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan, dan cara perawatan selama proses pengerasan (Tjokrodimuljo, 1996). Dalam proses pembuatan beton tersebut terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutunya yaitu : 2.1.1 Bahan Semen portland dibuat dari serbuk mineral kristalin yang komposisi utamanya disebut mayor oksida, terdiri dari : kalsium atau batu kapur (CaCO 3), aluminium oksida (Al2O3), pasir silikat (SiO2), dan bijih besi (FeO2) serta senyawasenyawa lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah semen yaitu minor oksida yang terdiri dari : MgO, SO3, K2O, dan NaO2. Semen Portland (PC) mengandung campuran senyawa Dikalsium Silikat, Trikalsium Silikat, Trikalsium Aluminat dan Tetrakalsium Aluminoferit. Secara umum komposisi semen portland mendekati system CaO.SiO 2, senyawa initerikat dengan senyawa lain membentuk sitem ikatan CaO-SiO2-Al2O3, CaO- SiO2-Al2O3Fe2O3. Empat campuran senyawa utama semen Portland terlihat pada table dibawah ini. Senyawa kimia semen umum ditulis dalam notasi, seperti CaO : C, SiO 2 : S, Al2O3 : A, Fe2O3 : F.

a. Semen Portland (PC)

Tabel 2.1. Senyawa utama PC ( Portland Cement ) Nama Campuran Dikalsium Silikat Trikalsium Silikat Trikalsium Aluminat Tetrakalsium Aluminoferit Oksidasi 2CaO.SiO2 3CaO.SiO2 3CaO.Al2O3 4 CaO.Al2O3. Fe2O3 Simbol C2S C3S C3A C4AF

Sumber : Neville Dan Brooks, 1987 : 10 b. Agregat Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Walaupun namanya sebagai bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton. 1) Agregat Halus Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi sebagian besar volume beton. Dalam hal ini limbah karet (tatal) memegang peranan sebagai bahan pengganti pasir dan subtitusi. 2) Agregat Kasar Karakteristik kualitas agregat kasar yang digunakan menentukan kekuatan tekan dari beton. Batu kali pecah dipilih menjadi agregat kasar dalam pembuatan benda uji dikarenakan memiliki bentuk yang kubikal dan tajam dan porositasnya rendah. c. Air Air merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan beton karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran beton adalah

7 untuk membantu reaksi kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan. Air diperlukan pada pembentukan semen yang berpengaruh pada sifat dapat dikerjakan (workabality) dari adukan beton, kekuatan, susut dan keawetan betonnya. Dalam peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI, 1982 : 14-15) yaitu mengenai syarat-syarat air yang dapat digunakan antara lain : a) Air Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung yang dapat dilihat secara visual b) Air harus bersih c) Tidak mengandung garam yang boleh larut dan dapat merusak beton d) Semua air yang meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaian e) Khusus beton pratekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas air tidak boleh mengandung klorida lebih dari 50 ppm. d. Bahan Tambah mineral (additve) Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan tambah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton, sehingga bahan tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan. Salah satu bahan tambah mineral adalah fly ash (abu batubara ringan) yang dibagi dalam 2 bagian, yaitu kelas F dan kelas C (ASTM C 618-94a (Husin, 1998))
Abu batubara tipe C memiliki kandungan CaO diatas 10% dan dihasilkan dari pembakaran batubara dengan kadar karbon 60%, selain itu kadar kandungan (SiO 2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%, dan abu batubara jenis ini mempunyai sifat pozzolanic dan hidrolis.

2.1.2

Perbandingan Kadar Air / Semen Mutu beton umur tergantung pada perawatan dan kadar air / semen. Dalam

hal pelaksanaannya, perbandingan air / semen merupakan suatu faktor yang sangat penting.Banyaknya jumlah air yang diperlukan untuk campuran suatu beton tergantung dari : a. Perbandingan semen dengan air b. Perbandingan semen dengan agregat c. Gradasi, permukaan, bentuk, kekuatan dan kekerasan butiran agregat

8 d. Besar ukuran agregat

2.1.3

Perawatan atau Pemeliharaan Perawatan atau Pemeliharaan beton (curring) merupakan pencegahan

terhadap kehilangan air yang terlalu cepat pada beton. Menurut Murdock Dan Brook (1986 : 226 ), penguapan air yang terjadi pada beton dapat berakibat penyusutan kering yang terlalu cepat, penyusutan kering dapat menimbulkan tegangan tarik dan retak. Agar kekutan meningkat maka harus tersedia air untuk hidrasi. Sebab pengerasan beton terjadi .karena hidrasi dan bukan karena pengeringan (VanVlac, 1992 : 531 ) dan selama hidrasi terjadi pelepasan panas. Maka Dapat kita simpulkan bahwa beton harus tetap basah untuk menjamin pengerasan yang baik. HRT Consulting Engineer (1994) memberikan cara perawatann beton yakni : Menggunakan genangan atau penyiraman Menggunakan karung yang dibasahi secara continu Menggunakan pasir yang dibasahi secara continu Menggunakan uap (Suhu Maks. 50 0C) atau uap yang disemprotkan Mengunakan material lembaran yang kedap air Mengunakan bahan olesan 2.1.4 Hasil Penelitian yang pernah dilakukan 1) Muhammad Rifai Syakuri dan Haryadi (1997) Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan kuat desak beton dengan menggunakan abu terbang (Fly Ash) dan tanpa menggunakan abu terbang, mengetahui persentase abu terbang pada campuran beton yang menghasilkan kuat desak beton paling maksimum dan membandingkan diagram regangan tegangan pada beton normal dengan beton menggunakan abu terbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan beton untuk umur diatas 21 hari dengan pemakaian Fly Ash pada campuran beton menghasilkan tegangan yang lebih baik daripada beton normal tanpa penambahan abu terbang. 2) Ahmad Syarifudin (2010)

9 Limbah hasil pengolahan karet merupakan salah satu bentuk agregat dapat digunakan sebagai campuran beton. Limbah hasil pengolahan pabrik karet berwarna hitam kecoklatan yang terdiri dari sebagian butiran berbentuk seperti pasir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sebagai alternatif pengganti pasir untuk dibuat batako dengan menggunakan semen atau portland cement (pc) tipe I sebagai bahan pengikat dan dibentuk benda uji berbentuk kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm yang akan diuji kuat tekannya untuk 3, 7, 14 dan 28 hari. 3) R. Cairns, H.Y. Kew, M.J. Kenny (2004) The various rubberised concrete mixes were designed in accordance with standard mix design procedures for plain concrete with a 40 MPa target compressive strength and use 20 mm plain rubber aggregate. As expected, the target strengths were not achieved for the mixes incorporating rubber aggregate. However, concrete mix design is approximate and any concrete batch must be tested to ensure that the specified properties are achieved. There is insufficient data available at present to produce a mix design procedure specifically for rubberized concrete. However, the compressive strength reductions obtained in the present study are reasonably consistent with those of previous investigations and can be used to make an initial estimate the likely compressive strength of rubberised concrete in the normal strength range.

10

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah untuk menganalisa karateristik limbah dan bahan serta kuat tekan beton dengan menggunakan limbah karet. Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah penelitian ekperimental sungguhan dengan metode rancangan (Mix Design). Ada 4 penelitian atau pengujian yang dilakukan yaitu : 1) Beton standar (tanpa campuran limbah karet) 2) Beton dengan campuran limbah karet sebagai pengganti pasir tanpa tambahan fly ash 3) Beton dengan campuran limbah karet sebagai pengganti pasir dengan penambahan fly ash 20% dari berat semen sebagai bahan tambah mineral (additive) 4) Beton dengan subtitusi limbah karet 10%, 20%, 30%, 40% dari berat pasir dengan penambahan fly ash masing-masing 20% dari berat semen sebagai bahan tambah mineral (additive). 3.2 Variabel Penelitan Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tak bebas. 1. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya bebas ditentukan peneliti. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel bebas adalah variabel limbah karet (tatal) 10%, 20%, 30% dan 40%, serta fly ash tipe C 20%. 2. Variabel tak bebas (dependent variable)

11 Variabel tak bebas adalah variabel yang perubahannya tergantung pada variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel tak bebas adalah hasil uji kuat tekan karakteristik beton. 3.3 Metode Pengambilan Data 1) Data Primer a. b. c. Membuat 4 jenis benda uji yang telah direncanakan, masing-masing terdiri dari 2 sampel. Merancang campuran (mix design) sesuai rencana tiap-tiap jenis benda uji. Melakukan pengujian kuat tekan kubus pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari

2) Data Sekunder a. Data-data yang diambil berdasarkan kebutuhan perencanaan penelitian seperti data komposisi bahan serta alat yang digunakan. b. Data-data yang diambil dari prosedur perencanaan beton. c. Mempelajari literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas baik dari buku-buku referensi , jurnal maupun situs internet. 3.4 Metode Analisis Kekuatan Tekan Karakteristik Beton a. Menetapkan nilai deviasi standar uji b. Menghitung nilai kekuatan tekan beton karakteristik dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat c. Membandingkan nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang diperoleh dengan nilai rencana. Benda uji memenuhi persyaratan mutu kekuatan bila nilai ada lebih besar dari nilai rencana. Benda uji tidak memenuhi syarat bila mutu kekuatan kurang dari nilai rencana. Untuk hal ini, perlu dilakukan koreksi pada perencanaan. 3.5 Metode Pendekatan Yang Digunakan 1. Kekuatan Tekan Beton Kuat Tekan Beton adalah kuat tekan yang direncanakan pada umur 3, 7, 14, 28 hari untuk digunakan dalam perancangan struktur beton. Campuran beton biasanya direncanakan untuk memberikan kuat desak rata-rata 28 hari setelah

12 pencampuran yang akan memberikan perkiraan kuat tekan maksimum dari beton yang dibuat. 2. Workabilitas Workabilitas secara generalitas adalah kemudahan dalam pengerjaan pembuatan beton. Pendefinisian Workabilitas dibagi menjadi 3, yaitu : a. Kompaktibilitas, atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan rongga-rongga udara diambil. b. Mobilitas, atau kemudahan dimana beton dapat mengalir dalam cetakan. c. Stabilitas, atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi pemisahan butiran (segregasi). 3. Durabilitas / Sustainable Durabilitas adalah daya tahan beton terhadap lingkungan atau cuaca disekitar tempat beton tersebut diaplikasikan. Beton yang direncanakan haruslah mempunyai daya tahan yang lama (Sustainable). Hal ini bertujuan agar beton yang digunakan dapat digunakan terus menerus tanpa diganti atau diperbaiki, dan juga untuk menekan biaya perawatan beton itu sendiri. 3.6 Analisa Karateristik Pada Limbah Karet dilakukan pemeriksaan karateristik fisik antara lain : a. b. c. d. Analisa Saringan (ASTM C33-92a) Kadar Air (ASTM C566-89) Modulus Kehalusan (ASTM C135-92) Kadar Limbah (ASTM C142-78)

13

IV. RENCANA PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Rencana penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan dan Beton jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Palembang. Rencana pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2011. 4.2 Alat dan Bahan 1. Peralatan a. Mesin uji tekan beton b. Cetakan kubus 15x15x15 cm c. Kerucut terpancung d. Mesin pengaduk beton (molen) e. Sendok semen f. Besi penusuk dan penggaris rata 2. Bahan a. Portland cement (PC) tipe I b. Limbah dari hasil pabrik pengolahan karet (tatal) c. fly ash kelas C (ASTM C.618-95:305) d. Agregat kasar (batu pecah) e. Agregat halus (Pasir) f. Air yang tersedia di laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. 4.3 Perencanaan Beton

14 Beton merupakan adukan / campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan bahan tambah (jika diperlukan). Proporsi dari unsur pembentuk beton ini harus ditentukan sedemikian rupa sehingga terpenuhi syarat-syarat : 1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada cetakan /bekisting (workability) dan kehalusan muka (finishability) beton basah, yang ditentukan dari : a. Volume pasta adukan b. Keenceran pasta adukan c. Perbandingan campuran agregat halus dan kasar 2. Kekuatan rencana dan ketahanan (durability) pada kondisi beton setelah mengeras. 3. Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen. Perancangan cara Inggris atau dikenal dengan metode Departemen Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal merupakan adopsi dari cara Department of Environment (DoE), Building Research Establishment, Britain. 4.4 Jenis Pekerjaan Laboratorium 1. Penentuan sifat-sifat bahan pembuat beton 2. Perencanaan campuran beton : a. Penentuan komposisi bahan berdasarkan kekuatan rencana beton b. Pemeriksaan kualitas adukan beton a. Penentuan tegangan hancur 3. Pemeriksaan kekuatan hancur benda ujiADUKAN beton, yaitu: PEMBENTUK
SEMEN PRAKTIKUM PENENTUAN PARAMATER UNSUR

Berat Jenis (umumnya berkisar 3,15) b. Penentuan standar deviasi

c. Perhitungan karakteristik beton Waktu Pengikatan

Konsistensi Normal

AGREGAT HALUS 4.5 Rencana Prosedur Praktikum

Berat IsiA BAGIAN Analisis Gradasi Kajian Bahan Lewat Saringan #200 Kajian Bahan Organik Kajian Kadar Lumpur Kadar Air Spesific Gravity dan Absorbsi AGREGAT KASAR Berat Isi Analisis Gradasi Kadar Air Spesific Gravity dan Absorbsi

ANALISIS HASIL BAGI PERENCANAAN ADUKAN

15

BAGIAN B PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN Kategori Jenis Struktur Kuat Tekan Rencana Beton Rencana Slump Modulus Kehalusan Agregat Halus Ukuran Maksimum Agregat Kasar Kadar Semen Minimum Nilai Faktor Air Semen Maksimum Susunan Butir Agregat Halus Spesific Gravity Agregat Halus dan Kasar Berat Isi Agregat Halus dan Kasar

BAGIAN C PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON BAGIAN D PELAKSANAAN PRAKTIKUM CAMPURAN BETON Pembuatan Benda Uji Silinder/Kubus Pengukuran Slump Aktual Pencatatan Hal-Hal yang Menyimpang dari Perencanaan

BAGIAN E PERAWATAN BENDA UJI COBA BAGIAN F

16
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN HANCUR BETON untuk umur : 3 hari 7 hari 14 hari 28 hari

BAGIAN G ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON YANG DISYARATKAN BAGIAN H KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. RENCANA DAFTAR PUSTAKA Adhikari, B., De, D. and Maiti, S. Reclamation and Recycling of Waste Rubber, Progress in Polymer Science . Vol. 25. pp.909-948. 2000. Ahmed, I. Laboratory Study on Properties of Rubber-soils . PhD Thesis, School of Civil Engineering. Perdue University. W Lafayette. 1993. Ali, N. A., Amos, A., D. and Roberts, M. Use of Ground Rubber Tyres in Portland Cement Concrete. Proc. Int. Conf. Concrete 2000. University of Dundee, UK. 1993. Amirudin, Nursyafril. Pedoman Konstruksi Beton. Edisi Pertama. Bandung. PEDC. 1982. American Society for Testing and Materials, Annual Book of ASTM Standars, Part 14, Concrete and Mineral Aggregates. Philadelphia. ASTM 1983. Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan CAmpuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama. Bandung. DPUYayasan LPMB. 1991. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi, PEDC. Teknologi Bahan 2 dan 3. Edisi 1983. Bandung. 1983

17 Eldin, N. N. and Senouci, A. B., Engineering Properties of Rubberised Concrete. Canadian Journal of Civil Engineering. Vol. 19. Pp.912-923.1992 Eldin, N. N. and Senouci, A. B., Rubber-tyre Particles as Concrete Aggregate. Journal of Materials in Civil Engineering. Vol. 5,No. 2. pp.478-496 Nov. 1993. Gunawan A, dan Yacob Yulizar, Penuntun Praktis Praktikum pada Laboratorium Teknik Sipil. Cetakan Pertama. Jakarta. Intermedia. 1987. Hime, William G. Analyses for Cement and Other Material in Hardened Concrete, Significance of Test and Properties of Concrete and Concrete-Materials. ASTM STP 169B. Philadelphia. 1978. P.315-319. Jackson, N. Civil Engineering Material. Great Britain.Unwin Brothers Ltd. 1977. Khatib, Z. K. and Bayomy, F. M., Rubberised Portland Cement Concrete. Journal of Materials in Civil Engineering. Vol.11, No.3. pp.206-213. August 1999. Kosmatka, S. H. and Panarese, W. C. Design and Control of Concrete Mixtures. Portland Cement Association. 13th edition. Skokie. Ill. 1990. Murdock, L.J., M. Brock, dan Stefanus Hendarko. Bahan dan Praktek Beton . Jakarta. Erlangga. 1991. Nagdi, K. Rubber as an Engineering Material: Guidelines for Users . Hanser Publication. Germany. 1993. Rostami, H., Lepore, J., Silverstraim, T. and Zandi, I. Use of Recycled Rubber Tyres in Concrete. in Proceedings International Conference Concrete 2000. University of Dundee, UK. 1993. pp.391-399. Sagel, R and H. Kesuma, Gideon. Pedoman Pekerjaan Beton. Cetakan Ketiga. Jakarta. Erlangga. 1994. Segre, N. and Joekes, I. Use of Tyre Rubber Particles as Addition to Cement Paste. Cement and Concrete Research. Vol. 30. pp.14211425.2000.

18 Taylor, W.H, Concrete Technology and Practice. Sidney. Mc.Graw-Hill Book Company. Waste Watch. Scrap Tyres. Waste Tyre Solutions. www.wastewatch.org.uk. 1997.

Anda mungkin juga menyukai