Slamet sulaiman
-1-
Terbentuknya warna gula tebu.
-2-
1.4.Dari bagian mata dan bagian pucuk tebu ditemukan
“TANNINS” (green pigment) dengan warna hijau , larut dalam air
dan bereaksi dengan besi (Ferric) akan berwarna gelap.
1.5.Terikutnya lempung/ clay yang menempel pada batang
tebu juga memberi pengaruh kenaikan intensitas warna dari nira.
Proses ektraksi.
Makin tinggi ektrasi yang dicapai makin banyak impurities
yang terikut, apabila dibandingkan nira perahan pertama dengan
nira perahan akhir akan terlihat terjadi kenaikan intensitas warna
rata rata 21%, diffuser dengan tingkat ektrasi yang lebih tinggi akan
terikut pula impurities yang lebih banyak.
Proses Klarifikasi.
Kenaikan intensitas warna pada klarifikasi tergantung waktu,
temperature nira (juice heater) dan Ph (penambahan susu kapur
diberikan), makin tinggi susu kapur diberikan berarti terjadi
-3-
decomposisi gula reduksi dan akan meningkatkan intensitas warna,
penambahan bleaching (SO2 dan atau CO2 ) akan menurunkan
intensitas warna dalam proses pemurnian.
Proses Penguapan.
Kenaikan intensitas warna pada proses penguapan
tergantung dari proses klarifikasi dan system operasi dari
evaporator, nira dengan defikasi mempunyai kenaikan intensitas
warna yang lebih tinggi dibanding dengan nira sulfitasi, kenaikan
intensitas warna syrup 40-50% dengan evaporator quaduple effect
(4 effect) dan kenaikan intensitas warna sebesar 50-70% dengan
evaporator Quintuple effect (5 effect).
Proses Masakan.
Terjadi juga kenaikan intensitas warna pada proses
masakan.
-4-
sehingga titik didih pada badan pertama selalu diatas 100 Celsius
dan pada sisi luar pipa (steam side) akan menerima temperature
110-120 Celsius , tergantung dari tekanan uap.
Penerapan double atau maximum triple effect diprediksikan akan
dapat mengendalikan kenaikan intensitas warna karena
temperature pada sisi luar pipa (steam side) 106 Celsius (tekanan
15 psi) dan titik didih tidak lebih dari 60 Celsius (pada kehampaan
24 inchi kolom air raksa).
Kondisi Proses
(Ph, Temperature dan Waktu)
Dari Nira s/d Syrup
100 8
95 7.2 7
90 90 7
85
Temperature proses (C)
80 80 6
Waktu tinggal (menit)
5.6 5.6 6 Ph
70
65
Ph proses
60 4.6 5
60 Waktu tinggal
50 4
40 3 Temperature
30 30
30 30 2
20
10 15 15 1
10
0 0
ar
p
s
ih
ha
pu
na
ru
as
ers
sp
ka
Sy
pa
k
ab
ho
ra+
ra
ra
NI
+p
Nir
Ni
Ni
ra
Ni
-5-
Pengendalian Kehilangan Gula.
- Tebangan kotor.
P en g a ru h K o to ra n Thd R en demen
14
11.48 11.29
12 11.08 10.87 10.65 10.42 10.5
9.65
Rendemen & drop purity %
10
8
P u rity d ro p
6 Ren d emen
4.41
3.89
3.57
4 2.85
2.34
1.93
1.3
2 0.78
0
3 5 7 9 11 13 15 17
% kot or an
-6-
Grafik berdasar data Edward Delden – Sugar series 1.
Dari data grafik diatas terlihat betapa cukup signifikannya kadar
kotoran terikut terhadap kehilangan gula.
-7-
Foster juga mencatat kandungan dextran akibat activitas bakteri LM
-8-
Kehilangan gula lainnya seperti yang dibawah ini masuk dalam
lingkup tanaman (On Farm).
-9-
Guatemala 1977 Pol balance Mediocre
Bakteriosis.
Kehilangan akibat pengaruh buruk dari aktivitas jasad renik dapat
dikendalikan dengan selalu menjaga sanitasi, perlakuan
penyaringan dan perlakuan pemanasan dan pemberian anti
bakteria.
- 10 -
Beberapa jasad renik yang dikenal cukup populer yang
mengakibatkan invertasi dan fermentasi diantara banyak jasad renik
dengan aktivitasnya adalah:
LM (leuconostoc Mesenteriodes).
LM + Sucrose Æ Insoluble gummy substance (dextran)+ Acids.
BL (Bacillus Levaniforman)
BL + Sucrose Æ Gummy substance (Levan) + Acids.
LB (Lactic Bacteria).
Sucrose Æ Invert sugar +LBÆ Lactic Acids+ CO2+H2
Invertase yeast
Sucrose Æ Glucose + Fructose
Zymase yeast
Invert sugar Æ Alcohol.
- 11 -
Inversi.
- 12 -
Dari gambaran gambaran diatas dapatlah dilihat kondisi ideal dari
proses sbb:
- 13 -