Anda di halaman 1dari 19

BAB I KONSEP NYERI

1.1

Definisi Nyeri Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan yang sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi pikiran seseorang, mengatur aktivitas seseorang, dan mengubah kehidupan seseorang tersebut. Walaupun nyeri merupakan pengalaman bersifat universal, sifat nyeri yang sebenarnya masih tetap merupakan misteri. Diketahui bahwa nyeri bersifat sangat subjektif dan individual dan merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang mengindikasikan bahwa terdapat suatu masalah. Nyeri yang tidak teratasi menimbulkan bahaya secara fisiologis maupun psikologis bagi kesehatan dan penyembuhan. McCaffery mendefinisikan nyeri sebagai segala hal yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan terjadi kapan saja dan orang tersebut mengatakan bahwa ia merasakan nyeri (McCaffery & Pasero, 1999)

1.2

Tipe Nyeri Nyeri dapat dijelaskan durasi, lokasi, atau etiologi. Ketika nyeri dirasakan selama periode penyembuhan yang diharapkan, nyeri disebut nyeri akut, baik yang awitannya tiba-tiba atau lambat dan tanpa melihat intensitasnya. Disisi lain, nyeri kronis berlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri berulang atau menetap selama enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh. Nyeri dapat dikategorikan menurut asalnya. Nyeri kutaneus berasal dari kulit atau jaringan subkutan. Luka terisis akibat kertas menimbulkan nyri tajam dengan sedikit rasa terbakar merupakan contoh nyeri kutaneus. Nyeri somatik dalam berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Nyeri tersebut menyebar dan cenderung berlangsung lama dari pada nyeri kutaneus.

Tabel Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri kronis

Nyeri akut Ringan ke berat Respon sistem saraf sismatis : Peningkatan frekuensi nadi Peningkatan frekuensi nafas Tekanan darah tinggi Diaforesis Dilatasi pupil Berhubungan berhenti setelah cedera sembuh Klien terlihat gelisah dan cemas Klien melaporkan nyeri dengan cedera ringan,

Nyeri kronis Ringan ke berat Respon sistem saraf parasimpatis: Tanda-tanda vital normal Kulit kering, hangat Pupil normal atau dilatasi

Berlanjut meskipun cedera telah sembuh

Klien terlihat depresi dan menarik diri Klien sering tidak mengatakan nyeri kecuali ditanya

Klien memperlihatkan perilaku yang mengindikasikan nyeri : menangis, menggosok area,memegang area nyeri

Perilaku nyeri sering tidak ada

Nyeri dapat juga dijelaskan berdasarkan tempat disarakannya nyeri tersebut. Nyeri Radiasi (nyeri yang menyebar) dirasakan pada tempat sumber nyeri dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Sebagai contoh nyeri jantung mungkin tidak hanya dirasakan di dada tetapi juga di sepanjang bahu kiri dan turun ke lengan. Nyeri Alih adalah nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri. Sebagai contoh, nyeri dari salah satu bagian visera abdomen mungkin saja dirasakan di daerah kulit yang jauh dari organ penyebab nyeri. Nyeri yang tidak dapat dilacak (Intractable Pain) adalah nyeri yang sulit diatasi. Salah satu contohnya nyeri yang berasal dari keganasan tingkat lanjut. Seringkali

perawat tertantang untuk menggunakan bermacam-macam metode, seperti imajinasi dan analgesik yang dikendalikan oleh pasien (patient controlled analgesia, PCA) untuk meredakan nyeri pasien. Nyeri Neuropatik disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat atau tepi yang terjadi saat ini atau masa lalu dan mungkin tidak memiliki stimulus nyeri, seperti pada kerusakan jaringan atau saraf. Nyeri neuropatik berlangsung lama, tidak menyenangkan dan dapat digambarkan sebagai rasa terbakar, tumpul, dan gatal; nyeri tajam seperti ditembak dapat juga dirasakan (Hawthorn & Redmond, 1998). Nyeri Phantom, adalah sensasi sangat menyakitkan yang dirasa pada bagian tubuh yang hilang (mis.,kaki yang diamputasi) atau yang mengalami paralisis karena cedera medula spinalis, juga merupakan contoh nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik dapat dibedakan dari sensasi phantom, yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap ada.

1.3

Faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri Berbagai faktor dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap nyeri. Etnis dan Nilai Budaya Latar belakang etnis dan budaya telah lama diketahui sebagai faktor yang mempengaruhi reaksi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah bagian proses sosialisasi. Walaupun terdapat sedikit variasi dalam ambang nyeri, latar belakang budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ingin ditoleransi individu. Pada beberapa budaya Timur Tengah dan Afrika, menghukum diri dengan nyeri adalah tanda berkabung atau berduka. Pada kelompok budaya lain, nyri mungkin diantisipasi sebagai bagian dari praktik kegiatan ritual menandakan kekuatan dan ketahanan. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan dalam mengekspresikan rasa nyeri. Studi menunjukkan bahwa individu keturunan Eropa Utara lebih dapat menahan dan kurang mengekspresikan nyerinya dibandingkan dengan individu dari Eropa Selatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa setiap kelompok budaya menggunakan deskriptor nyeri yang berbeda-beda (Andrews & Boyle, 1995).

Tahap Perkembangan Usia dan tahap perkembangan klien adalah variabel penting akan mempengaruhi reaksi maupun ekspresi klien terhadap nyeri.

Variasi usia dalam pengalaman nyeri

Kelompok Usia Bayi

Persepsi dan perilaku nyeri Merasakan nyeri Berespons terhadap nyeri dan meningkatkan sensivitas Bayi yang lebih tua mencoba menghndari nyeri; misalnya, berbalik dan melawan secara fisik

Todler dan prasekolah

Mengembangkan kemampuan untuk menjelaskan nyeri dan intensitas serta lokasinya Sering berespons dengan menangis dan marah sebab anak merasakan nyeri sebagai ancaman terhadap keamanan

Memberi pemahaman kepada anak pada tahap ini tidak selalu berhasil Mungkin menganggap nyeri sebagai hukuman Merasa sedih Dapat mempelajari ada perbedaan gender dalam mengungkapkan nyeri Cenderung menganggap seseorang bertanggung jawab terhadap nyerinya

Anak Usia Sekolah

Mencoba berani ketika mengalami nyeri Memberi rasionalisasi sebagai upaya menjelaskan rasa nyeri Mau mendengarkan penjelasan Biasanya dapat mengidentifikasi lokasi dan

menjelaskan nyeri

Pada nyeri menetap, anak dapat mengalami regresi ke tahap perkembangan selanjutnya

Remaja

Mungkin lambat menyadari nyeri Mengakui nyeri atau menyerah dapat dianggap sebagai kematian Ingin terlihat berani di hadapan teman-temannya dan tidak memberitahu apa yang dirasakan

Dewasa

Perilaku yang ditunjukkan ketika mengalami nyeri mungkin perilaku berbasis-gender yang dipelajarinya semasa kecil

Mungkin mengabaikan nyeri karena mengakui nyeri dirasakan sebagai tanda kelemahan atau kegagalan Mungkin mengunakan nyeri sebagai keuntungan sekunder, misalnya, untuk mendapat perhatian Takut terhadap makna nyeri akan mencegah beberapa rang dewasa mengambil tindakan

Lansia

Dapat merasakan nyeri sebagai bagian dari proses penuaan

Dapat mengalami sensasi atau persepsi terhadap nyeri

Letargi, anoreksia, dan keletihan mungkin merupakan indikator nyeri

Dapat menahan keluhan nyeri karena takut terhadap pengobatan, setiap perubahan gaya hidup yang mungkin terkait, atau menjadi ketergantungan

Dapat menjelaskan nyeri dengan cara yang berbeda, yaitu, gatal, sakit, atau ketidaknyamanan
5

Dapat menganggap bahwa mengakui atu menunjukkan rasa nyeri merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima

Lingkungan dan Individu Pendukung Lingkungan yang asing seperti rumah sakit, dengan kebisingan, cahaya dan aktivitasnya dapat menambah nyeri. Selain itu, orang yang kesepian yang tidak punya individu pendukung dapat merasakan nyeri yang hebat, sebaliknya orang yang memiliki individu pendukung disekitarnya merasakan sedikit nyeri. Keluarga yang menjadi pemberi asuhan dapat menjadi pendukung yang penting untuk orang yang sedang merasakan nyeri.

Pengalaman Nyeri Sebelumnya Orang yang telah mengalami nyeri sebelumya, seringkali merasa lebih terancam terhadap nyeri yang diantisipasi dibandingkan orang yang tidak mengalami nyeri.

Kecemasan Toleransi nyeri, titik di mana nyeri tidak dapat ditoleransi lagi, beragam diantara individu. Toleransi nyeri menurun akibat keletihan, kecemasan, ketakutan akan kematian, marah, ketidakberdayaan, isolasi sosial, perubahan dalarn identitas peran, kehilangan kemandirian dan pengalarnan masa lalu (Smeltzer & Bare). Kecemasan hampir selalu ada ketika nyeri diantisipasi atau dialami secara langsung. Ia cenderung meningkatkan intensitas nyeri yang dialami. Ancaman dari sesuatu yang tidak diketahui lebih mengganggu dan menghasilkan kecemasan daripada ancaman dari sesuatu yang telah dipersiapkan. Studi telah mengindikasikan bahwa pasien yang diberi pendidikan pra operasi tentang hasil yang akan dirasakan pasca operasi tidak mencrima banyak obat-obatan untuk nyeri dibandingkan orang yang mengalami prosedur operasi yang sama tetapi tidak diberi pendidikan pra operasi. Nyeri menjadi lebih buruk ketika kecemasan, ketegangan dan kelemahan muncul (Taylor & Le Mone).

Umumnya diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Namun, kecemasan yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri (Smeltzer & Bare). Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara klinik, kecemasan pasien menyebabkan menurunnya kadar serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan sensasi nyeri (Le Mone & Burke). Serotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang diproduksi oleh nucleus rafe magnus dan lokus seruleus. Ia berperan dalam sistem analgetik otak. Serotonin menyebabkan neuron-neuron lokal medulla spinalis mensekresi enkefalin. Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan . Jadi, sistem postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan A analgetika ini dapat memblok sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla spinalis (Guyton). Selain itu keberadaan endorfin dan enkefalin juga membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari stimuli yang sama. Kadar endorfin beragam di antara individu, seperti halnya faktor-faktor seperti kecemasan yang mempengaruhi kadar endorfin. Individu dengan endorfin yang banyak akan lebih sedikit merasakan nyeri. Sama halnya aktivitas fisik yang berat diduga dapat meningkatkan pembentukan endorfin dalarn sistem kontrol desendens (Smeltzer & B,re,).

1.4

Konsep yang Salah Tentang Nyeri Tabel konsep salah yang umum tentang nyeri

Konsep Salah Klien mengalami nyeeri hebat ketika mereka menjalani pembedahan mayor Perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah orang yang berhak menentukan nyeri klien Pemberisn analgesik untuk mengatasi nyeri secara teratur dapat mengakibatkan ketergantungan

Koreksi Bahkan setelah operasi minor, klien dapat mengalami nyeri hebat Orang yang mengalami nyerilah yang berhak memutuskan tentang nyeri Klien tidsk mungkin mengalami

ketergantungan terhadap analgesik yang

dilakukan untuk mengatasi nyerinya Besarnya jaringan yang rusak terkait langsung dengan hebatnya nyeri Nyeri adalah pengalaman subjektif, intensitas, dan durasi nyeri amat

bervariasi antara individu Terdapat tanda pskologis dan perilaku yang terlihat menyertai nyeri dan tanda-tanda tersebut dapat digunakan untuk membuktikan keberadaan nyeri Bahkan pada nyeri hebat, periode adaptasi psikologis dan perlaku dapat muncul

Mengurangi konsep yang salah tentang nyeri Perawat harus menjelaskan kepada klien bahwa nyeri adalah pengalaman yang sangat individual dan hanya klien yang mengalami nyeri tersebut, walupun orang lain dapat mengerti dan berempati. Mengurangi rasa takut dan cemas Ketika klien tidak mengalami kesempatan untuk memberikan tentang rasa nyeri dan takut karenanya, perspsi dan reaksi klien terhadap nyeri dapat meningkat. Klien dapat menjadi marah atau mengeluh tentang asuhan perawat meskipun masalah sebenarnya adalah keyakinan bahwa nyeri klien tidak dirawat. Apabila perawat jujur dan tulus serta memperhatikan kebutuhan klien dengan tepat, klien akan lebih mengetahui bahwa perawat percaya klien mengalami nyeri. Dengan memberi informasi yang akurat, perawat dapat juga mengurangi banyak ketakutan klien, seperti takut akan ketergantungan bahwa nyeri akan selalu ada. Pemberian informasi yang akurat juga membantu klien mendapatkan privasi, ketika klien mengalami nyeri. Mencegah Nyeri Pendekatan pencegahan terhadap penatalaksanaan nyeri melibatkan penyediaan tindakan untuk mengatasi nyeri sebelum nyeri muncul atau sebelum nyeri menjadi hebat. Analgesia preemptif adalah pemberian analgesik sebelum prosedur invasif atau operasi. Contoh dari analgesia preemptif terhadap penatalaksanaan nyeri ketika perawat memberikan analgesik sesuai waktu yang telah ditentukan bukan jika diperlukan klien.

1.5

Upaya mengatasi Ketidaknyamanan (Nyeri) Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain sebagai berikut : 1. Distraksi Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Tehnik distraksi yang dapat dilakukan antara lain : a. Bernafas lambat dan berirama secara teratur b. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya c. Mendengarkan musik d. Mendorong untuk mengkhayal (guided imagery) yaitu melakukan bimbingan baik kepada klien untuk mengkhayal e. Massage (pijatan). Ada beberapa tehnik massage yang dapat dilakukan untuk distraksi : Remasan. Usap otot bahu secara bersamaan Selang-seling tangan. Memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan Petriasi. Menekan punggung secara horizontal Tekanan. Secara halus, tekan punggung dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan 2. Teknik Relaksasi Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Hal ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi. Hal utama yang dilakukan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalh posisi klien yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. 3 Hipnosis Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan nyeri terutama dalam situasi sulit.Mekanisme bagaimana kerjanya hiposis tidak jelas, tidak tampak, diperantarai oleh sistem endorfin (Moret et.all, 1991 dalam Suddart and Brunner, 1997). 4. Terapi es (dingin) dan panas Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segerasetelah terjadi cedera,

(Cohen, 1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997).Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah kesuatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Namun penggunaan panas kering dengan lampu pemanas tidak seefektif penggunaan es. Diduga es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (nonnosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera.

1.6

Tahap Pengkajian Nyeri Karena nyeri bersifat subjektif dan merupakan pengalaman yang unik bagi setiap individu, perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri-psikologis, fisiologis, perilaku, emosional, dan sosisl budaya. Perawat harus memulai pengkajian nyeri karena diketahui bahwa banyak orang yang tidak memberitahu tentang nyeri yangdirasakannya kecuali ditanya. Pengkajian nyeri terdiri dari dua komponen utama: (1) Riwayat untuk mendapatkan data klien (2) Observasi langsung terhadap respons perilaku dan psikologis pasien. Tujuan dari pengkajian adalah mendapatkan pemahaman objektif dari pengalaman subjektif. Riwayat Nyeri Sambil mengkaji riwayat nyeri, perawat harus memberi kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri cara mereka memandang nyeri dan situasinya. Hal tersebut akan membantu perawat untuk memahami makna nyeri bagi klien. Data yang harus dikumpulkan dalam riwayat nyeri komperhensif meliputi lokasi nyeri, intensitas, kualitas, pola, faktor presipitasi, faktor yang mengurangi, gejala terkait, pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri yang lalu, makna nyeri bagi orang tersebut, sumber koping, dan respons afektif. Lokasi Untuk memastikan lokasi nyeri yang spesifik, minta individu menunjuk daerah yang dirasakan tidak nyaman.

10

Skala Intensitas atau Tingkat Nyeri Studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dapat meremehkan atau melebihkan intensitas nyeri klien. Ketidakakuratan tingkat nyeri klien yang diputuskan oleh perawat bahkan cenderung lebih besar ketika nyeru hebat (Pasero, 1996). Sebaliknya, penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan dapat dipercaya dalam meentukan intensitas nyeri klien.

Tidak semua klien dapat mengerti nyeri yang dirasakan ke skala intensitas nyeri berdasarkan angka. Termasuk didalamnya anak-anak yang tidak dapat

mengomunikasikan ketidaknyamanan secara verbal, klien lansia yang mengalami kerusakan komunikasi, dan orang yang tidak dapat berbahasa inggris. Untuk klien tersebut, Skala Tingkat Nyeri WAJAH Wong-Baker

Instruksi kata singkat : Tunjuk setiap wajah dan gunakan kata-kata untuk menggambarkan intensitas nyeri. Minta klien untuk memilih wajah yang paling menggambarkan rasa nyerinya. Pola Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan nyeri berulang atau interval tanpa nyeri. Oleh karena itu perawat menentukan kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan, jika berulang, lama interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir mucul. Faktor Presipitasi Faktor lingkungan seperti kondisi dingin atau panas yang ekstrem dan kelembapan yang ekstrem dapat mempengaruhi tipe nyeri.
11

Faktor yang Meringankan Perawat harus meminta klien menjelaskan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk membantu meringankan nyeri (mis.,obat tradisional,istirahat, atau distraks seperti TV) Gejala Terkait Gejala terkait seperti mual, muntah, pusing, dan diare juga termasuk dalam penilaian klinis klien. Respons Perilaku dan Fisiologis Respon perilaku terhadap rasa nyeri antara lain : Gigi mengatup Menutup mata dengan rapat Mengggit bibir bawah Wajah meringis Merintih, mengerang Merengek Menangis Menjerit Imobilisasi tubuh Menjaga bagian tubuh Gelisah, melempar benda Pergerakan tubuh berirama Menggosok bagian tubuh Menyangga bagian tubuh yang sakit Respons fisiologis paling mungkin tidak tampak pada orang dengan nyeri kronis, sebab sistem saraf pusat telah beradaptasi. Jadi penting agar perawat mengkaji lebih dari hanya respons fisiologis, sebab respons fisiologis mungkin merupakan indikator yang buruk terhadap nyeri. Respons afektif Perawat perlu mengeksplorasi perasaan klien, sebagai contoh, rasa cemas, takut kelelahan, depresi, atau merasa gagal. Karena banyak orang dengan nyeri kronis menjadi depresi dan berkemungkinan untuk bunuh diri, mengkaji risiko bunuh diri kien juga diperlukan.

12

Bab II Asuhan Keperawatan Angina Pektoris (Nyeri Dada)

2.1

Pengertian (1) Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. 1993) (2) Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996) (3) Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler) (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik,

2.2

Etiologi 1. 2. 3. 4. 5. Ateriosklerosis Spasme arteri koroner Anemia berat Artritis Aorta Insufisiensi

2.3

Faktor-faktor Resiko 1. Dapat Diubah (dimodifikasi) a. b. c. d. e. f. g. h. Diet (hiperlipidemia) Rokok Hipertensi Stress Obesitas Kurang aktifitas Diabetes Mellitus Pemakaian kontrasepsi oral

13

2.

Tidak dapat diubah a. b. c. d. e. Usia Jenis Kelamin Ras Herediter Kepribadian tipe A

2.4

Faktor Pencetus Serangan Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Emosi Stress Kerja fisik terlalu berat Hawa terlalu panas dan lembab Terlalu kenyang Banyak merokok

2.5

Gambaran Klinis 1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri. 2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadangkadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort). 3. 4. 5. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines. 6. 7. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

2.6

Tipe Serangan 1. Angina Pektoris Stabil Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.

14

Durasi nyeri 3 15 menit.

2. Angina Pektoris Tidak Stabil Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil. Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan. Kurang responsif terhadap nitrat. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi. 3. Angina Prinzmental (Angina Varian). Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik. EKG menunjukkan elevaasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut. Dapat terjadi aritmia.

2.7

Patofisiologi Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan

penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus
15

koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu

nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung

miokardium dan menimbulkan nyeri.

berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.

Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

2.8

Rencana Asuhan Keperawatan Pengkajian A. Riwayat Keperawatan 1. Keluhan nyeri dada di anterior,prekordial, substerna yang menjalar ke lengan kiri, leher,rahang, punggung, dan epigastrum. Nyeri dada seperti tertekan beban berat, terasa berat, dan seperti diremas yang timbul mendadak. Nyeri dada yang timbul berhubungan dengan aktifitas fisik berat atau emosi yang hebat. 2. Penyebab yang mempercepat timbulnya nyeri dan hal- hal yang mengurangi nyeri perlu dikaji guna membedakan dengan penyakit lain yang mempunyai gejala nyeri dada. 3. Pekerjaan: Perlu dicatat tentang jenis pekerjaan lien serta adanya stress fisik dan psikis yang dapat meningkatkan beban kerja jantung . 4. Hoby: Menunjukkan gaya hidup klien, cara mengatasi ketegangan dan pengurangan aktivitas yang mendadak. 5. Kaji Faktor Resiko Penyakit Jantung a. Riwayat penyakit klien seperti Diabetes, hipertensi, penyakit vascular dan anemia. b. Riwayat Kesehatan lain: Peningkatan Kadar Kolesterol, trigliserida, hipertiroid, kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol. c. Obat obatan: Toleransi terhadap obat dan terapi yang didapat saat timbul serangan. d. Riwayat Gangguan saluran pencernaan yang dapat menimbulkan keluha nyeri epigastrium
16

e. Riwayat Kesehatan Keluarga: Riwayat penyaki jantung dan pembuluh darah. B. Pemeriksaaan Fisik 1. Mengkaji gejala lain guna mengesampingkan keluhan angina non kardiak seperti, esofagitis, peptic ulcer, ketegangan otot, dan penyakit kandung empedu. 2. Kaj semua status yang berhubungan dengan:Tinggi Badan, berat badan, warna kulit, poa respirasi, toleransi aktivitas, denyut nadi perifer, tekanan darah, suhu, edema, bunyi jantung, serta irama dan frekuensi denyut jantung. 3. Kaji Pola tidur dan istirahat. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. 2. 3. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tibatiba. 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi Fokus Intervensi 1. 2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

Intervensi : Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri. Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler. Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina. Ciptakan lingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu. Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan. Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi. Kolaborasi pengobatan. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.

Intervensi : Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman. Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi. Catat warna kulit dan kualittas nadi.
17

3.

Tingkatkan katifitas klien secara teratur. Pantau EKG dengan sering. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tibatiba.

Intervensi : 4. Jelaskan semua prosedur tindakan. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut. Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya. Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung. Kolaborasi. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Intervensi : Tekankan perlunya mencegah serangan angina. Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina. Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga. Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan. Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina. Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan

18

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan 1. Nyeri adalah suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. 2. 3. Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi Nyeri dapat dipengaruhi oleh etnis, usia, serta lingkungan dan individu pendukung 4. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan iskemik miokard terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. 5. Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner).

19

Anda mungkin juga menyukai