Anda di halaman 1dari 4

A.

Proses kembalinya Republik Indonesia sebagai negara kesatuan


a. Belanda berniat melancarkan politik Devide Et Impera dalam wilayah Indonesia. b. Setelah melaksanakan agresi militer pertama, Belanda membagi Indonesia dalam 7 negara bagian (negara boneka) : 1. Sumatera Timur 2. Sumatera Selatan 3. Pasundan 4. Jawa Timur 5. Madura 6. Negara Indonesia Timur 7. Republik Indonesia c. Belanda juga mendirikan 9 daerah otonom di wilayah Indonesia : 1. Riau 2. Bangka 3. Belitung 4. Kalimantan Barat 5. Dayak Besar 6. Banjar 7. Kalimantan Tenggara 8. Kalimantan Timur 9. Jawa Tengah d. Belanda membentuk Pemerintah Federal sementara yang akan berfungsi sampai terbentuknya Negara Indonesia Serikat (NIS).

e. Belanda berusaha melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi Militer II. Akan tetapi, Agresi militer Belanda II malah menyebabkan Indonesia mendapatkan simpati dari dunia Internasional. Akhirnya, Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar. f. Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan kedaulatan. Hal ini menyebabkan Indonesia berubah bentuk menjadinegara Serikat = Republik Indonesia Serikat (RIS). g. Kurang dari delapan bulan masa berlakunya, RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa Indonesia. Negara Indonesia Timur (NIT) banyak mengalami kerusuhan, sehingga Presiden NIT yaitu Cokorde Gde Raka Sukawati mengumumkan keinginan NIT bergabung dengan Indonesia. Keinginan NIT diikuti oleh negara2 boneka lain. h. Pada tanggal 19 Mei 1950 diadakan konferensi yang dihadiri oleh wakil2 RIS dan RI dengan keputusan inti : 1. Kesediaan bersama untuk kembali mewujudkan NKRI. 2. Ada perubahan Konstitusi seperti penghapusan senat, susunan DPRS baru, kabinet sifatnya parlementer, dan DPA dihapuskan. i. Disepakati pula bahwa Soekarno tetap menjadi Presiden NKRI. j. Pada tanggal 17 Agustus 1950 bendera Merah Putih dikibarkan di depan istana bekas gubernur jenderal Belanda yang telah dijadikan Istana Merdeka. k. Kedaulatan telah tercapai, tiba saatnya untuk mengisi kemerdekaan yang telah diproklamasikan sejak tanggal 17 Agustus 1945.

B. Berbagai peristiwa dalam Pemilu 1955 di tingkat pusat & daerah


Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling demokratis. Anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap : 1. Tahap Pemilu u/ memilih anggota DPR, (29 September 1955) 2. Tahap Pemilu u/ memilih anggota Konstituante, (15 Desember 1955).

Lima besar dari pemilu : Partai Nasional Indonesia ; Mendapatkan 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi ; Mendapatkan 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama ; Mendapatkan 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia ; Mendapatkan 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), Partai Syarikat Islam Indonesia ; (2,89 persen). Dibawah 10 : PSII (8) Parkindo (8) Partai Katolik (6) Partai Sosialis Indonesia (5) Dua partai mendapat 4 kursi : IPKI dan Perti Enam partai mendapat 2 kursi : PRN Partai Buruh GPPS PPPRI Partai Murba *Sisanya 11 partai, mendapat 1 kursi : Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan Dayak, PPTI, AKUI, PRD, ACOMA, dan R. Soedjono Prawirosoedarso.

Hasil

Anda mungkin juga menyukai