Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI e-KTP DALAM MEWUJUDKAN PENCATATAN KEPENDUDUKAN SKALA MIKRO DI INDONESIA Yusuf Widodo (105030507111031) Program Studi Administrasi

Pemerintahan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia email: yusuf.widodo17@gmail.com ABSTRAK Pergeseran paradigma akan pemenuhan pengakuan sah dan perlingdungan kewarganegaraan oleh negara secara administrastif melalui pencacatan kependudukan ke pemenuhan kebutuhan dasar dalam rangka teriptanya kesejahteraan masyarakat secara utuh. Pada dasarnya isu mengenai administrasi kependudukan khususnya dalam impelementasi pencacatan kependudukan bukan merupakan isu baru namun dalam perkembangannya isu tersebut telah mencapai titik puncak dimana pencacatan kependudukan adalah organ vital baik bagi msyarakat maupun bagi pemerintah dalam jalannya sistem pemerintahan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui karakteristik e-KTP sebagai pencacatatan penduduk skala mikro, pencapaian pelaksanaan e-KTP di berbagai provinsi di Indonesia, dan peningkatan pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pendekatan pencacatan kependudukan skala mikro. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi pustaka dimana di dalamnya dikhususkan pada analisis kebijakan dan implementasi e-KTP. E-KTP memiliki keunggulan yang signifikan dari KTP nasional. Terdapat perubahan yang signifikan antara penggunaan KTP nasional yang berorientasi pada pencatatan penduduk skala makro dam e-KTP yang berorintasi pada pencatatan penduduk skala mikro terhadap kebijakan pemerintah yang berpedoman pada data kependuduan dan tingkat keberhasilannya dalam peningkatan kebutuhan masyarakat di bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, sosial budaya dan agama. Kata kunci : pergeseran, e-KTP, KTP nasional, peningkatan pelayanan PENDAHULUAN Di Era modernisasi seperti ini implementasi kebijakan mengenai pencatatan kependudukan atau civil registration tidak hanya dipandang sebagai hal formalitas yang bersifat administratif, namun dalam perkembangannya pencatatan kependudukan lebih jauh lagi akan dapat berpengaruh pada bidang atau sudut kehidupan dasar lainnya seperti yang berkembang di negara maju belakangan ini. Bidang-bidang tersebut bisa jadi adalah sebuah bidang dimana masyarakat sebagai obyeknya akan merasa bahwa dirinya mendapat pengakuan legal (sah) dimata negara sekaligus mendapat hak mereka secara penuh. Penggunaan kartu identitas penduduk atau di Indonesia yang akrab dikenal sebagai Kartu Identitas Penduduk (KTP) diharapkan mampu menjadi awal dari perkembangan sistem administrasi kependudukan yang terimplikasi pada terpeuhinya kebutuhan masyarakat secara kompleks dalam hal ini adalah kebutuhan pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, bahkan menyangkut mengenai kehidupan sepiritual mereka (keagamaan). Pemerintah dalam hal ini sebagai implementator kebijakan harus dapat memberikan suatu kebijakan strategis dalam peningkatan kebutuhan yang semakin berkembang ini.

Mengaca pada negara di belahan lain (negara maju) pemenuhan akan kebutuhan dari tersedianya identitas kebutuhan telah merambah akses masyarakat untuk mendapatkan kesehatan gratis dengan dia menginput (memasukan) semacam itu data identitas mereka, kemudian secara otomotis komputer akan memberikan database kependudukan mereka yang meliputi nama lengkap, alamat lengkap, pendidikan, kondisi kesehatan, dan identitas lainnya dan lebih jauh lagi komputer akan mendeteksi tingkat perekonomian, pendidikan dan kesehatan di daerah dimana dia tinggal sehingga secara langsung dan cepat orang yang bersangkutan akan dapat diketahui apakah layak mendapatkan layanan kesehatan gratis ataukan harus membayar premi yang mahal. Sistem komputerisasi semacam ini sangat menunjang atau membantu pemerintah dalam mengimplementasi kebijakan serta regulasi yang mereka buat demi pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Dimana data kependudukan yang diperoleh akan sangat valid sehingga kebijakan yang diambil kepada obyek kebijakan (masyarakat) akan tepat sasaran. Beda negara maju beda Indonesia dimana disini pencatatan kependudukan diangap sebagai isu normatif sebagai pemenuhan kebutuhan akan pengakuan sah dan perlingdungan hak-hak mereka. Sering kali dalam menjalankan kebijakan di bidang perekonomian, sosial-budaya, pendidikan, dan lain-lain masih membutuhkan data kependudukan lagi supaya kebijakan tersebut dapat berhasil dengan maksimal (tepat sasaran). Akan tetapi dengan dilakukannya pendataan ulang tersebut mengakibatkan data yang diperoleh tidak sinergi antara satu lembaga dengan lembaga lain, atau bahkan tidak sinergi antara data di daerah dengan data di pusat. Oleh karenanya dengan banyaknya masalah dalam administrasi kependudukan dan pengaruhnya terhadap bidang-bidang strategis lain dibutuhkan sistem pencatatan kependudukan skala mikro melalui metode

komputerisasi atau yang sekarang sudah mulai diimplementasi oleh Indonesia adalah program e-KTP. Program e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional /nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan manggandakan KTPnya. Misalnya dapat digunakan untuk: 1. Menghindari pajak 2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh kota 3. Mengamankan korupsi atau kejahatan /kriminalitas lainnya 4. Menyembunyikan identitas (seperti teroris) 5. Memalsukan dan menggandakan KTP Pelaksanaan program e-KTP diharapkan mampu sebagai titik balik dari sistem pencacatan kependudukan yang manual ke pencatatan kependudukan secara lebih cepat lewat sistem komputerisasi. Dalam implementasinya program e-KPT ini sendiri masih terkendala oleh beberapa permasalahan seperti kurangnya sosialiasasi kebijakan sehingga masyarakat awam tidak mengetahui bagaimana mekanisme program e-KTP tersebut, masalah ditribusi e-KTP yang sampai sekarang masih belum teratasi, dan masalah mengenai evaluasi serta pengawasan terhadap implementasi e-KTP tersebut. Implementasi yang kurang maksimal seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah yang lebih intensif supaya registrasi penduduk skala mikro di Indonesia dapat terwujud. TINJAUAN PUSTAKA Database e-KTP

Implementasi database terdistribusi dapat menghasilkan kinerja yang baik menyangkut ketersediaan data. Replikasi database yang dapat menghasilkan kesamaan

posisi data pada beberapa master site, memungkinkan pembagian beban akses ke server, sehingga kegagalan akses data minimal. Serangkaian pengujian distribusi dengan Oracle 9i menunjukkan perbedaan waktu eksekusi query yang tidak terlalu signifikan terhadap jumlah data [Cinderatama, Yuwono, dan Asmara, 2010]. Hasil pengujian pada platform Red Hat menggunakan Oracle Server dan PL/SQL juga menunjukkan akses (InsertReadingUpdate) pada database berukuran kecil layak digunakan namun tidak sebanding dengan kinerja pada arsitektur Hadoop. HBase merupakan kelanjutan dari Hadoop yaitu sistem database terdistribusi yang berorientasi pada penggunaan kolom. HBase menawarkan akses acak (ReadWrite), memiliki penyimpanan data berdasarkan arsitektur HDFS yang dibangun untuk jumlah record sangat besar (miliaran), jumlah besar kolom (jutaan), memiliki kemampuan partisi horisontal dan replikasi yang mudah digunakan. MySQL dan PostgreSQL Untuk sesuai untuk aplikasi kecil dan menengah, menawarkan kesederhanaan dan fleksibilitas, tetapi kinerjanya menurun signifikan untuk database besar dan terdistribusi [Carstoiu, Lepadatu, dan Gaspar, 2010]. Berdasarkan dua hasil penelitian di atas, diusulkan skenario penerapan distribusi database kependudukan yang secara garis besar meliputi database master kependudukan nasional yang tunggal/terpusat, desain logik dan fisik pengembangan database kependudukan, distribusi database yang melibatkan proses replikasi dan fragmentasi database, serta transparansi dalam DDBMS [Sutanta dan Ashari, 2012]. Usulan distribusi database ini sejalan dengan usulan pembangunan infrastruktur untuk SIAK terdistribusi yang terdiri atas simpul datacenter pusat, propinsi, kabupaten, dan kecamatan yang saling terhubung, sehingga mampu menyederhanakan sistemsistem pada tiap

tingkatan daerah [Setiadi, Hasibuan, dan Fahmi, 2007]. PEMBAHASAN Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri saat ini sedang melaksanakan program eKTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) nasional sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Mengacu pada Undag-Undang tersebut; Kementerian Dalam Negeri wajib dan bertanggung jawab menyelenggarakan administrasi kependudukan secara nasional; Pemerintah Propinsi wajib dan bertanggung jawab menyelenggarakan administrasi kependudukan pada skala propinsi; Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota wajib dan bertanggung jawab menyelenggarakan administrasi kependudukan pada skala kabupaten/kota yang dilakukan Bupati/Walikota; dan Dinas Kependudukan dan Cacatan Sipil Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, dan menerbitkan dokumen kependudukan. Program eKTP berbasis NIK bertujuan untuk memperoleh tertib database dan tertib dokumen kependudukan (Kementerian Dalam Negeri, 2011). Program eKTP diterbitkan mengacu pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 , dan Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2010, sehingga berlaku secara nasional dan diharapkan mempermudah penduduk dalam mendapatkan pelayanan dari Lembaga Pemerintah dan swasta karena tidak lagi memerlukan KTP setempat. Terkait dengan program tersebut, saat ini pemerintah sedang berada dalam tahapan perekaman sidik jari, foto, dan tanda tangan, serta masih ada 3 tahap yang harus dilaksanakan, yakni personalisasi eKTP, penerbitan eKTP, dan penyerahan eKTP. Dalam rangka mendukung efektifitas dan efisiensi penerbitan NIK dan penerapan eKTP, pemerintah mengembangkan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) BPPT mendampingi Kementerian Dalam Negeri secara teknis dalam pengembangan software SIAK online yang mencakup perancangan infrastruktur jaringan antar kabupaten, data center pada Dirjen Administrasi Kependudukan, perancangan Disaster Recovery Center (DRC), dan konsolidasi data dalam sistem, serta melakukan pendampingan teknis dalam pembuatan eKTP.

3) Tidak dapat digandakan 4) Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting) Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib e-KTP adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain A. Karakteristik e-KTP sebagai pencacatan 2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena penduduk skala mikro gurat-gurat sidik jari akan kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores 1. Keunggulan dan kelemahan e-KTP 3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar Keunggulan e-KTP Berdasarkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di situs remi e-KTP, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang diterapkan di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan e-KTP yang diterapkan di RRC dan India. e-KTP di Indonesia lebih komprehensif. Di RRC, Kartu identitas elektronik (e-IC) nya tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedang di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data kependudukan adalah sistem UID (Unique Identification Data), sedangkan di Indonesia namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui pendaftaran pada 68 titik pelayanan, sedangkan program e-KTP di Indonesia dilaksanakan di lebih dari 6.214 kecamatan. Dengan demikian, e-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan e-ID RRC dan UID India, karena e-KTP dilengkapi dengan biometrik dan chip. E-KTP juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP biasa/KTP nasional, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya: 1) Identitas jati diri tunggal 2) Tidak dapat dipalsukan Kelemahan e-KTP

Dalam pelaksanaannya, penggunaan eKTP terbukti masih memiliki kelemahan. Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di permukaan KTP. Tidak tampilnya tanda tangan di dalam e-KTP tersebut telah menimbulkan kasus tersendiri bagi sebagian orang. Misalnya ketika melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, e-KTP tidak di akui karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang e-KTP tidak bisa bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya tanda tangan. Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca bank karena tak punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang e-KTP terpaksa harus meminta rekomendasi dari Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk meyakinkan bank. 2. Syarat dan prosedur pengurusan e-KTP Syarat

1) Berusia 17 tahun 2) Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan 3) Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah mengisi/belum ada data

di sistem informasi administrasi 2) Pemohon menunggu pemanggilan nomor kependudukan) ditanda tangani oleh kepala antrean desa/kelurahan 3) Pemohon menuju keloket yang telah 4) Foto kopi Kartu Keluarga (KK) ditentukan 4) Petugas melakukan verifikasi data Prosedur penduduk dengan basis data 5) Petugas mengambil foto pemohon secara langsung 6) Pemohon membubuhkan tanda tangan pada alat perekam tandatangan 7) Selanjutnya dilakukan perekaman sidik jari dan pemindaian retina mata 8) Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel pada surat panggilan yang sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman foto,tanda Bagan prosedur pembuatan e-KTP tangan dan sidik jari 1) Pemohon datang ketempat pelayanan 9) Pemohon dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil proses pencetakan 2 membawa surat panggilan minggu setelah pembuatan 3. Perbedaan e-KTP dengan KTP Nasional E-KTP tentu saja memiliki perbedaan dari KTP Nasional sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : N Jenis o KTP 1 KTP Nasional 2004 Karakteristik Foto dicetak pada kartu Tanda tangan/ cap jempol Data tercetak dengan komputer Berlaku nasional Tahan lebih lama (tidak mudah lecek) Teknologi Bahan terbuat dari plastik Nomor serial khusus Gulloche Pattrens pada kartu Hanya untuk keperluan ID Pemindaian foto dan tanda tangan/cap jempol Validitasi/verifika si Pengawasan dan verifikasi pengesahan dari tingkat terendah RT/RW dan seterusnya Gambar

KTP Nasional

Bahan terbuat dari Pengawasan dan PVC/PC verifikasi pengesahan dari Nomor serial tingkat terendah khusus RT/RW dan Gulloche Patterns e-KTP seterusnya pada kartu Multi aplikasi Pemindaian foto Diterima secara dan tanda internasional tangan/cap jempol Tidak bisa Terdapat dipalsukan mikrochip sebagai /digandakan media penyimpan data Hanya satu kartu untuk satu orang Menyimpan data sidik jari biometrik Satu orang satu sebagai satu kartu identifikasi unik (menggantikan personal kartu lain) Mampu Tingkat menampung kepercayaan seluruh data terhadap personal yang keabsahan kartu diperlukan dalam sangat tinggi multi aplikasi B. Pencapaian pelaksanaan e-KTP di Februari 2012, meliputi 2348 kecamatan dan 197 kabupaten/kota pada tahun 2011 dan di berbagai provinsi di Indonesia 3886 di kecamatan dan 300 di kabupaten/kota Penerapan KTP Elektronik (e-KTP) pada tahun 2012. merupakan amanat dari Undang-Undang (UU) e-KTP sangat perlu untuk dapat Nomor 23 Tahun 2006 dan serangkaian menciptakan sistem administrasi peraturan lainnya seperti peraturan Undang- kependudukan yang rapi dan teratur dalam Undang Nomor 35 Tahun 2010 yang rangka mempermudah pemberian pelayanan menyatakan aturan tata cara dan implementasi publik oleh pemerintah kepada seluruh teknis dari e-KTP yang dilengkapi dengan sidik masyarakat. Pemanfaatan e-KTP diharapkan jari dan chip. Program e-KTP di Indonesia dapat berjalan lancar karena memiliki fungsi telah dimulai semenjak tahun 2009 dengan dan kegunaan yang sangat membantu ditunjuknya empat kota sebagai proyek pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan percontohan e-KTP nasional. Adapun kota dalam hal pemberian dan pemanfaatan tersebut adalah Padang, Makasar, Yogyakarta, pelayanan publik. Dalam implemenasinya, dan Denpasar. Ditunjuknya empat kota ini banyak kendala yang didadapi baik faktor sesuai dengan Surat Dirjen Administrasi internal itu sendiri maupun dari faktor Kependudukan Departemen Dalam Negeri lingkungan (eksternal). Dari banyaknya data nomor 471. 13/ 3350/MD tentang pelaksanaan mengenai pencapaian pelaksanaan e-KTP e-KTP berbasis NIK Nasional di empat kota mengatakan bahwa pelaksaan e-KTP masih percontohan tersebut. Sedangkan penerapan e- belum maksimal. Berikut ini adalah pencapaian KTP secara nasional dimulai pada bulan 2 eKTP

Foto dicetak pada kartu Data tercetak dengan komputer Berlaku nasional Mampu menyimpan data Data dibaca/ditulis dengan pembaca kartu (card reader)

pelaksanaan program e-KTP di beberapa warga di lima provinsi di Indonesia. Karena ada provinsi yang penduduknya hanya 1 juta. propinsi di Indonesia. Atas prestasinya ini, Gubernur DKI Jakarta 1) Jawa Timur Fauzi Bowo mendapat penghargaan dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Berdasarkan data Dinas Kependudukan tanggal 30 April 2012. dan Catatan Sipil Propinsi Jawa Timur, beberapa wilayah di Jawa Timur belum 3) Sumatera Barat maksimal dalam pendataan untuk e-KTP karena banyak mesin foto untuk e-KTP Kementerian Dalam Negeri bermasalah. Di Madiun misalnya, mesin memberikan apresiasi kepada 7 daerah di fotonya rusak sehingga menghambat proses Sumatera Barat yang telah selesai pembuatan e-KTP. Wilayah-wilayah yang melaksanakan program perekaman Kartu belum maksimal dalam pendataan untuk e-KTP Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) fase ini diantaranya Sidoarjo Ngawi, Sampang, pertama. Hasil yang dicapai dengan upaya Pamekasan, Kota Kediri, Kota Blitar, yang dilakukan pemerintah kabupaten dan kota Kabupaten Malang, Kota Pasuruan, Kota merupakan suatu prestasi. Bahkan ada 2 daerah Mojokerto, Madiun, dan Surabaya. dari 9 kabupaten/kota di Sumatera Barat yang Sedangkan di Surabaya, tercatat bahwa pencapaian perekaman e-KTP-nya melebihi dari 1,8 juta penduduk Surabaya yang wajib target 100 persen, yakni Kota Padang Panjang KTP, baru 1,5 juta yang sudah e-KTP. Jumlah dan Kabupaten Pesisir Selatan. Tujuh daerah ini setara dengan 80% dari keseluruhan jumlah lainnya, Kota Solok, Padang, Bukittinggi, dan penduduk Surabaya. Hal ini menandai Kabupaten Solok, Agam, Tanah Datar, keinginan Dispendukcapil Kota Surabaya Pasaman. mengejar target 100% untuk pelaksanaan eKTP tersendat. Meski pelayanannya juga C. Peningkatan pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pendekatan dibuka di pusat-pusat perbelanjaan, misalnya di pencacatan kependudukan skala mikro. Royal Plaza dan ITC Mega Grosir, tapi capaiannya belum tuntas. Hal ini antara lain Pada hakekatnya fungsi dari adanya disebabkan karena adanya hari libur panjang pencatatan kependudukan adalah terpenuhinya dan adanya cuti bersama yang ditetapkan identitas penduduk secara sah sebagai syarat pemerintah. Selain itu, tidak selesainya seorang penduduk untuk mendapatkan program e-KTP hingga 100% karena sebagian kewarganegaraan atau diakui negara dalam warga Surabaya ada yang bekerja di luar kota koridor hukum. Diakuinya sseorang dimata atau luar negeri. Bahkan, ada anak-anak negata tersebut secara formal bukan merupakan pejabat yang sekolah di Eropa, Australia, tujuan satu-satunya dari pelaksanan pencatatan Amerika dan lainnya sehingga mereka tidak kependudukan akan tetapi dengan adanya bisa mengurus e-KTP. pengakuan tersebut artinya secara langsung negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi 2) DKI Jakarta kebutuhan masyarakatnya dengan kata lain Saat program e-KTP berakhir pada tujuan utama dari pencacatan kependudukan bulan April 2012, DKI Jakarta mampu adalah untuk mensejahterakan masyarakat. memperoleh pencapaian 100 persen perekaman Masyarakat Indonesia yang KTP elektronik atau e-KTP secara massal di multikultural, penyebarannya yang Jakarta. Dalam waktu sekitar enam bulan DKI terkonsentrasi di pulau jawa, kuantitasnya yang Jakarta mampu merekam data 5,6 juta sangat besar serta tingkat pendidikan yang warganya. Angka ini setara dengan jumlah masih rendah membuat data kependudukan

yang di dapat sebagai dasar dalam membuat keputusan sering kali tidak tepat atau tidak valid. Selain disebabkan oleh permsalahan ekstrernal tersebut tidak singkronnya data kependudukan di Indonesia juga disebabkan oleh permasalahan intern seperti permsalahan birokrasi, sistem pencatatan kependudukan yang rumit dan lama, pelayanan yang buruk serta kebijakan yang dinalai masih berbau politis. Dengan kompleknya masalah dalam administasi kependudukan tersebut dikawatirkan terpenuhinya kesejahteraan masyarakat akan menjadi sebuah angan-angan yang tidak akan tercapai. Di negara-negara maju isu menegenai pencatatan kependudukan adalah merupakan isu yang sangat vital dan komprehensif dimana dalam suatu tatanan pemerintahan pencatatan kependudukan adalah sebuah pondasinya. Pemerintah dalam mengambil keputusan dasarnya dari data kependudukan, pemerintah dalam memberikan subsidi dan bantuan kepada masyarakat dasarnya dari data kependudukan, atau bahkan isu mengenai keagamaanpun sering kali di dasarkan pada data kependudukan seperti permasalahan mengenai sistem pernikahan, perayaan hari-hari besar keagamaan, dan lain-lain. Di indonesia sendiri eksistensi pencatatan kependudukan masih belum mendapatka perhatian serius baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Di kubu pemerintah pencatatan kependudukan masih merupakan hal sekunder, dalam mengambil kebijakan pemerintah masih memerlukan survey dan pendataan masyarakat. Pendataan itu pun dalam prakteknya masih sarat dengan permasalahan seperti tidak sinerginya lembaga yang terkait yang berdampat pada tidak songkronya data kependudukan yang diperoleh serta tidak validnya data kependudukan yang disebabkan oleh tidak seriusnya pemerintah dalam hal tersebut. Di kubu masyarakat pencatatan kependudukan juga bukan dipandang sebagai hak pokok bagi mereka dimana segala aktivitas, kebutuhan dan

perlindungan ada di alam pencatatan kependudukan tersebut. Dengan kompleknya masalah di administrasi kependudukan tersebut pemerintah sendiri sebagai stakeholder sentral telah mengambil langkah kebijakan strategis dalam menganai permasalahan tersebut melalui tersedianya pencatatan kependudukan skala mikro atau elektonik kartu tanda penduduk eKTP. Lahir dan adanya e-KTP diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemerintahan dalam membangun dinasti yang berbasis teknologi. Dimana segala langkah kebijakan dapat diambil secara langsung melalaui data kependudukan yang diperoleh dari e-KTP sehingga tidak perlu memerlukan pendataan masyarakat lagi yang beresiko menimbulkan non sinergitas data kependudukan dan kebijakan yang diambil pun pada akhirnya tidak tepat sasaran dan akhirnya jalannya pemerintahan yang efektif dan efisien dapat tercapai. Pada jenjang yang lebih tinggi adanya e-KTP akan mampu tulang punggung bagi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai bidang seperti berikut: 1. Ekonomi Sistem perkonomian Indonesia yang belum stabil akibat dorongan pasal global yang semakin menjamur membuat masyarakat yang menjadi korban. Dalam tataran yang lebih komplek adanya pasar global tersebut juga mengakibatkan goncangan pada usaha kcil menengah yang belum mempunyai semangat dan mental kompetetif tinggi, akibat yang lebih jauh tingkat kemiskinan yang semakin tinggi, pengganguran dan aktivitas impor yang lebih tinggi daripada impor. Memang fluktuatif harga kebutuhan pokok sering kali dianggap sebagai permasalahan yang dapat diselesaikan oleh pemerintah lewat pemberian subsidi dan dilakukannya operasi pasar dalam menekan harga kebutuhan pokok tersebut akan tetapi dimata masyarakat khusunya masyarakat

kecil hal tersebut masih sangat berat. Dalam hal penanganan kemiskinan era reformasi ini terutama pada dekade 2004-2009 pemerintah mererapkan kebijakan pemberian subsidi langsung kepada masyarakat berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kebijakan yang bertujuan untuk menekn angka kemiskinan dengan membeni sejumlah uang tunai yang diberikan oleh masyarakat di seluruh Indonesia, akan tetapi kebijakan ini menuai kritik yang besar dari berbagai kalangan. Kebijakan yang dinilai tidak memiliki konsep strategis dan tidak tepat sasaran adalah nilai negatif dari kebijakan ini. Permasalahan utama yang menjadi akar dari hal tersebut adalah tentu saja dari data kependudukan yang tidak baik dalam artian data kependudukan tersebut tidak valid, tidak singkronnya data yang berada di daerah dan di pusat karena sistem penginputan data yang masih sederhana dan dilakukan secara manual serta dilakukan oleh lebih dari satu lembaga. Dengan permasalan yang seperti itu eKTP berfungsi sebagai tabulasi data secara nasional. Data kependudukan yang diperoleh melalui proses perekaman data kemudian di kelompokan berdasarkan wilayah terirorialnya. Data tersebut kemudian diolah sehingga di ketahui wilayah atau daerah mana yang mempunyai tingkat kemiskinan yang signifikan. Sistem semacam itu memudahan masyarakat juga untuk mendapatkan subsidi tersebut berdasarkan kemampuan perekonimian mereka bukan berdasarkan kedekatan mereka terhadap para pemangku kepentingan (spoil system). Dalam kebijakan lain pemerintah juga dapat dengan mudah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan perekonomian seperti distribusi subsidi bulog, kebijakan ekspor-impor dan lain-lain.

pendidikan dan kebudayaan mererapkan kebijakan wajib belajar 9 (sembilan) tahun serta didukung oleh pendanaan 20 persen APBN. Akan tetapi pada implementasinya kebijakan tersebut masih belum menyentuh masyarakat secara keseluruhan. Dengan adanya data kependudukan yang valid dimana data kependudukan tidak hanya berisi mengenai data penduduk secara formal akan tetapi sudah berisi data yang dapat mengakses tingkat pendidikan pada suatu wilayah atau daerah sehingga daerah yang menjadi prioritas pembangunan dan pengembangan pendidikan dapat dilakukan secara tepat dan komprehensif. 3. Kesehatan

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas kementerian kesehatan mererapkan kebijakan Jamkesmas/Jamkesda yang diperutukan untuk masyarakat yang tidak mampu. Dalam impelementasinya sudah banyak masyarakat tidak mampu yang mendapatkan Jamkesmas/Jamkesda tersebut akan tetapi implementasi kebijakan tersebut asih terknsentrasi di daerah perkotaan, justru di daerah pedesaan yang tidak memilik sarana kesehatan yang baik tidak mendapatkan prioritas dari pemerintah. Masih banyak sekali ditemukan masyarakat tidak mampu di pedesaan khususnya penduduk usia lanjut (lansia) yang tidak memiliki Jamkesmas/Jamkesda dengan demikian masyarakat lebih memilih untuk tidak berobat dikarenakan perekonomia mereka yang memprihatikan. Maka dari itu sistem pencatatan penduduk yang aik dan valid sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Secara garis besar eKTP memberika isyarat kepada stakeholders pembuat kebijakan untuk memberikan prioritas Jamkesmas/Jamkesda kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Dengan sistem 2. Pendidikan pengaksesan tingkat kesehatan pada suatu Dalam rangka meningkatkan mutu dan wilayah atau daerah pemerintah dapat kualitas pendidikan nasional kementerian mengimplementasikan kebijakannya secara

tepat karena e-KTP mampu memberikan indikator pencatatan kependudukan skala gambaran secara spesifik tingkat kesehatan mikro. Implementasi e-KTP di tiga wilayah besar dan utama di Indonesia yaitu Jawa msyarakat pada suau wilayah atau daerah. Timur, DKI Jakarta dan Sumatera Barat 4. Sosial Budaya berjalan secara maksimal. E-KTP sebagai pencatatan penduduk skala mikro mampu Keberagaman kultur, keberagaman memberikan progres bagi pemenuhan budaya serta keberagaman pola pikir masyarat kebutuhan masyarakat di bidang membuat kebijakan yang dibuat oleh perekonomian, pendidikan, kesehatan, sosial pemerintah nasional sering kali tidak dipandan budaya dan agama. adalah sebuah konsensus yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan DAFTAR PUSTAKA masyarakat. Sering kali juga keberadaan pemerintah menjadi hal yang tidak penting bagi Indrajit. R. E. (2002). Electronic Government, sebagian masyarakat kita yang memegang Strategi Pembangunan dan teguh sistem kepercayaan adatnya. Oleh Pengembangan Sistem Pelayanan karenanya, disini e-KTP juga dapat berperan Publik Berbasis Teknologi Digital, sebagai media sosialisai dan pendekatan Andi Offset, Yogyakarta. kepada masyarakat sehingga eksistensi Keban, Y. T., (2008). Enam Dimensi Strategis pemerintah dengan segala kebijakannya Administrasi Publik, Yogyakarta: Gava minimal mampu dipahami oleh masyarakat Media,hal 60. tersebut dan lebih jauh lagi diharapkan mampu Mendagri, Penerapan KTP Elektronik Secara Nasional, Materi Sosialisasi Penerapan meningkatkan standar kehidupan mereka. KTP Elektronik Tahun 2011. 5. Agama Setyowati, E. (2010). Efektifitas Pemanfaatan EGovernment Oleh Pemerintah Daerah, Pengakuan akan keberagaman agama di dalam Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Indonesia menjadikan pemerintah harus lebih Visi Publik, Vol 6, No. 2 Oktober 2009peka dan dapat menjadi jembatan dalam Maret 2010. membuat kebijan serta mampu mengakomodasi Putera, Roni ekha dan Valentina, Rika. seluruh sistem hukum agama tersebut. Maka Implementasi Program KTP Elektronik dari itu secara seporadis e-KTP memberikan (e-KTP) di Daerah Percontohan, Vol pengertian kepada masyarakat bahhwa XXVII, No. 2 Desember 2011. kebijakn yang diambil oleh pemerintah semataSutanta, Edhy dan Ashari, Ahmad. mata adalah untuk kepentingan bersama bukan Pemanfaatan Database Kependudukan hanya kepentingan satu agama, sehingga Pada ragam Aplikasi Sistem Informasi kebijakan yang diambil seperti sistem di Pemerintah Kabupaten/Kota. pernikahan harus mempunyai kepastian hukum Undang-Undang Nomor. 23 tahun 2006, dan tidak memiliki sistem pemerintah disisi Administrasi Kependudukan. lain dan agama disisi lainnya akan tetpi Undang-Undang Nomor. 52 Tahun 2009, pemerintah lebih menekankan pada proses Perkembangan Kependudukan dan bahwa keberadaan pemerintah juga sebagai Pembangunan Keluarga. jembatan dari beragamnya sistem. Devrizon. 2008. Kinerja pelayanan publik,KK dan KTP Siak online. Diakses pada KESIMPULAN tanggal 30 April 2011 melalui E-KTP memiliki keunggulan yang khas (http://etd.ugm.ac.id) dibandingkan KTP nasional sebagai salah satu

Ega Dioni Putri. 2010. Apa dan mengapa e-ktp. Diakses pada tanggal 29 April 2011 melalui (http://egadioniputri.wordpress. com) Hendra. 2006. Berbagai Definisi Teknologi Informasi. Diakses pada tanggal 30 April 2011 melalui (http://www.informatika.lipi.go.id) Nanang. 2010. Sekilas Tentang E-KTP. Diakses pada tanggal 30 April 2011 melalui (http://anangss.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai