Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengejar kehidupan modern. Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi akan mengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi. Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan. Di DKI Jakarta, kontribusi bahan pencemar dari kendaraan bermotor ke udara adalah sekitar 70%. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara pula. Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian ( prevalensi) penyakit pernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat
1

langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya. Jumlah kendaraan bermotor yang tinggi memberikan kontribusi yang besar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas, terutama emisi karbon (karbon dioksida/CO2). Emisi karbondioksida tersebut merupakan komponen utama Gas Rumah Kaca (GRK) yang dapat memperbesar Efek Rumah Kaca (ERK). Efek rumah kaca ini dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang dikenal juga dengan pemanasan global. Penelitian ini kami tujukan untuk mengetahui sikap mahasiswa UNJ khususnya mahasiswa fakultas MIPA terhadap adanya isu pencemaran dari emisi gas kendaraan bermotor dan adanya isu efek rumah kaca serta dampaknya bagi makhluk hidup.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Jumlah kendaraan bermotor yang tinggi memberikan kontribusi yang besar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. 2. Emisi gas buang dari kendaraan bermotor menyebabkan

pencemaran udara. 3. Emisi gas buang berupa karbondioksida merupakan komponen utama gas rumah kaca yang dapat memperbesar efek rumah kaca. 4. Efek rumah kaca ini dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. 5. Efek rumah kaca dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada makhluk hidup.

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 1. Penelitian hanya untuk mencari tentang sikap mahasiswa UNJ fakultas MIPA terhadap adanya isu emisi gas buang kendaraan bermotor yang menyebabkan efek rumah kaca. 2. Penelitian hanya untuk mencari tentang sikap mahasiswa UNJ fakultas MIPA terhadap permasalahan gangguan kesehatan pada makhluk hidup akibat adanya efek rumah kaca.

D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sikap mahasiswa UNJ fakultas MIPA terhadap adanya isu emisi gas buang kendaraan bermotor yang menyebabkan efek rumah kaca. 2. Bagaimana sikap mahasiswa UNJ fakultas MIPA terhadap

permasalahan gangguan kesehatan pada makhluk hidup akibat adanya efek rumah kaca.

E. Manfaat Penelitian 1. Untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup.

BAB II KAJIAN TEORI II.1.Kajian konseptual Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) PFCs dan N2O (Nitrous and Oksida), SF6 HFCs (Sulphur (Hydrofluorocarbons), (Perfluorocarbons)

hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya

konsentrasi GRK di atmosfer. Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya

konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar

matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global. Dari teori diatas peneliatian akan dilakukan untuk mengetahui seberapa pedulinya dan seberapa paham mahasiswa FMIPA UNJ tentang konsep atau pengertian dari efek rumah kaca. Dari teori disebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca adalah emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik. Hal tersebut dapat terjadi

dikarenakan beberapa sikap dari manusia yang egois untuk mengambil keuntungan pribadi tanpa memikirkan kepentingan bersama.

Sebagai contoh sikap mahasiswa yang kurang peduli dengan keadaan bumi, dengan tetap menggunakan kendaraan pribadi tanpa memikirkan sudah berapa banyak emisi gas buang yang telah disumbangkannya untuk atmosfer. Mahasiswa mungkin punya alasan untuk mengelakan pernyataan itu, seperti kurangnya kenyamanan dan keamanan dalam menggunakan kendaraan umum, premanisme dan kriminalitas menambah ketakutan masyarakat atau mahasiswa itu sendiri untuk menggunakan kendaraan umum. Sebenarnya sikap-sikap tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan rasa kepedulian dan tanpa meningkatkan rasa egois, seharusnya masyarakat ataupun mahasiswa memiliki slogan kalau bukan kita siapa lagi. Mungkin slogan itu dapat meningkatkan rasa kepedulian yang tinggi. II.2. Kajian Teori Banyaknya kendaraan bermotor di permukaan bumi mengakibatkan meningkatnya emisi gas buang sebagai residunya. Seperti yang telah diketahui, emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik itu kendaraan beroda, perahu atau kapal, dan pesawat terbang.

Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%. Tidak semua gas beracun dapat menyebabkan emisi CO 2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.

Walaupun emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum terdapat alat untuk mengakumulasi emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru

terbatas pada emisi yang dihasilkan oleh kebakaran hutan yang terdapat di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat ini baik di tepi jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi konsentrasi dari CO2. Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya.

Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek Rumah Kaca ialah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari emisi gas buang. Sumber emisi gas buang itu sendiri berupa HO (air), HC (senyawa hidrat), gas CO (karbon mooksida), CO (karbon dioksida), dan NOx (senyawa nitrogen oksida). Untuk lebih jelasnya akan di uraikan sumbersumber emisi itu dihasilkan. 1. HO HO merupakan hasil pembakaran sempurna dari bensin (senyawa hidrokarbon) yang bereaksi dengan oksigen. Pernahkah kalian mendengar istilah mesin banjir pada kendaraan bermotor? mesin itu banjir karena adanya HO yang merupakan sisa hasil pembakaran yang tidak terbuang sehingga mengakibatkan mesin itu tidak menyala dan akibat banyaknya HO yang tidak terbuang proses pembakaran pada mesin akan terhambat dan dapat menghasilkan emisi-emisi gas yang lain.

2. HC HC merupakan ikatan hidrokarbon berupa senyawa hidrat arang yang dihasilkan akibat proses pembakaran yang tidak sempurna dan sisa hasil pembakaran yang tidak terbuang. Selain itu akibat proses pembakaran pada HC yang tidak sempurna, akan menghasilkan gas-gas buang yang berbahaya bagi kehidupan baik itu pada manusia itu sendiri maupun pada iklim. Gas-gas buang itu diantaranya CO (karbon monooksida) dan NOx (nitrogen oksida). HC (senyawa hidrat) ini hanya akan bereaksi dengan oksigen pada pembakaran sempurna dan akan menghsilkan CO (karbon dioksida) dan HO (air) serta Nitrogen keluar sebagai N. Reaksinya: HC(l) + O(g) CO(g) + HO(aq)

Adapun kemungkinan penyebab emisi HC ini tinggi dan dapat menimbulkan gas-gas buang lain yang berbahaya diantaranya karena Catalytic Conventer (CC) pada kendaraan tidak berfungsi dan AFR (Air to Fuel Ratio) yaitu rasio perbandingan antara udara dan bensin yang tidak tepat sehingga mengakibatkan bensin tidak terbakar sempurna di ruang bakar. 3. Gas CO (karbon monooksida) Gas CO (karbon monooksida) merupakan gas yang beracun yang relative dan mudah bereaksi dengan unsur lain dan karbon monooksida ini timbul akibat berkurangnya campuran udara dalam proses pembakaran atau akibat proses pembakaran pada HC yang tidak sempurna, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. CO (karbon monooksida) ini dapat membahayakan

kesehatan pada manusia karena C dan O ini saling berikatan kovalen tapi tidak memenuhi kaidah oktet maupun duplet dan sangat mudah bereaksi dengan unsur lain. Tetapi emisi CO (karbon monooksida) pada kendaraan ini dapat dikurang dengan mengubahnya ke CO dengan bantuan sedikit tambahan oksigen dan panas pada mesin. Biasanya gas CO ini berupa asap hitam yang di keluarkan kendaraan melalui knalpot kendaraan. 4. Gas CO (karbondioksida) Gas CO (karbon dioksida) merupakan hasil proses pembakaran sempurna dari bensin atau HC (senyawa hidrat) dengan O (oksigen). Konsentrasi CO semakin tinggi maka akan semakin baik, hal ini menunjukan secara langsung status proses pembakaran di ruag bakar pada mesin kendaraan. Sumber CO ini hanya dari ruang bakar pada mesin dan CC. Tetapi pada keadan tertentu konsentrasi CO yang tinggi ini akan berbanding terbalik dengan keadaan iklim di luar sana. Karena CO merupakan sumber emisi terbesar gas rumah kaca. 5. Gas Nox (senyawa nitrogen oksida) Gas NOx (senyawa nitrogen oksida) adalah ikatan kimia antara nitrogen dan oksigen. Senyawa NOx ini dihasilkan karena tingginya konsentrasi oksigen dan suhu di ruang bakar. Dalam kondisi normal atmosfer, nitrogen adalah gas inert yang amat stabil yang tidak akan berikatan dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu tinggi dan tekanan tinggi dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan berikatan dengan oksigen. Emisi senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepaske udara bebas, akan berikatan dengan oksigen dan membentuk NO. senyawa ini lah yang sangat berbahaya karena beracun dan bila terkena air akan membentuk senyawa nitrat.
9

Nah, mungkin dari situ kita tahu bahwa sumber-sumber emisi gas buang pada kendaraan ini saling berhubungan satu sama lain. Apabila proses pembakaran itu tidak sempurna maka akan menimbulkan gas-gas emisi gas buang seperti HC, CO dan NOx. Emisi-emisi ini sangat berbahaya bagi keadaan sekitar kita karena mengandung senyawa beracun, ini akan berdampak pada kesehatan makhluk hidup baik itu manusia, hewan dan tumbuhan. Tapi yang lebih merasakan dampaknya adalah manusia karena manusia sehari-harinya selalu berhubungan dengan kendaraan dan jalan raya. Sedangkan apabila proses pembakaran itu sempurna akan menghasilkan emisi gas CO dan HO . II.3. Kerangka Berfikir Kendaraan bermotor menyebabkan meningkatnya emisi gas buang, emisi gas buang ini adalah factor utama terjadinya efek rumah kaca. Gas-gas yang dibuang seperti gas NOx, CO, CO2 dan gas-gas lainnya ini yang menyebabkan atmosfer menumpukan gas-gas tersebut sehingga pemantulan sinar matahari kebumi tidak dapat di teruskan kembali oleh bumi ke atmosfer, hal tersebut menyebabkan suhu bumi mening

10

BAB III A. Tujuan Penelitian Mengetahui sikap mahasiswa Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan bermotor (CO x, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca. B. Tempat dan waktu Tempat : FMIPA - Universitas Negeri Jakarta Waktu :

C. Populasi dan Sampel Populasi : Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Sampel : Mahasiswa FMIPA (20 sampel) D. Metode Penelitian Pengumpulan informasi Pembuatan angket Survey Analisa data

E. Definisi Konseptual Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK)

11

seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan

meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer. Berubahnya komposisi dan meningkatnya GRK di atmosfer menyebabkan meningkatnya suhu ratarata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. F. Kisi - Kisi Instrumen Sikap Aspek Isu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dimensi Indikator Penyebab Efek Rumah Kaca Kognisi 1. Mengetahui 2. Memahami 1. Mengkritisi 2. Menyarankan 1. Membuat Konasi gagasan 2. Berpendapat 9, 21 11, 23 10, 22 12, 24 1, 13 3, 15 5, 17 7, 19 Gangguan Kesehatan 2, 14 4, 16 6, 18 8, 20

Afeksi

12

BAB IV HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data Data tentang sikap mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan bermotor (CO x, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca.diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang terdiri dari 24 butir pertanyaan yang dibagi dalam 2 dimensi , yaitu dimensi kognisi, afeksi, dan konasi, dimana dalam satu dimensi terdapat 8 butir pertanyaan dengan rentang skor teoritik 8 - 40 dan rentang skor empiris pada dimensi kognisi antara 21 30, pada dimensi afeksi antara 22-33, dan pada dimensi konasi antara 20-27 . Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-ratanya pada dimensi kognisi (M) sebesar = 26.1, modus (Mo) = 26, Median (Me) = 26, standar deviasi (SD) = 2.61, dan Varians (Var) = 6.81, pada dimensi afeksi (M) sebesar = 26.8, modus (Mo) = 28, Median (Me) = 27, standar deviasi (SD) = 2.33, dan Varians (Var) = 5.43, pada dimensi konasi (M) sebesar = 23.65, modus (Mo) = 23, Median (Me) = 24, standar deviasi (SD) = 1.9, dan Varians (Var) = 3.61.Distribusi frekuensi skor sikap mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan bermotor (COx, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca.diperoleh dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3.

13

Tabel 1.Distribusi Frekuensi sikap mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan bermotor (COx, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca dilihat dari dimensi kognisi No. 1 2 3 4 5 Class Interval 21-22 23-24 25-26 27-28 29-30 Jumlah Frequency Absolute 2 2 9 4 3 20 Relative (%) 10 10 45 20 15 100 Cumulative (%) 10 20 65 85 100

Tabel 2.Distribusi Frekuensi sikap mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan bermotor (COx, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca dilihat dari dimensi afeksi No. 1 2 3 4 5 Class Interval 22-24 25-27 28-30 31-33 34-36 Jumlah Frequency Absolute 3 9 7 1 0 20 Relative (%) 15 45 35 5 0 100 Cumulative (%) 15 60 95 100 100

Tabel 3.Distribusi Frekuensi sikap mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan

14

bermotor (COx, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca dilihat dari dimensi konasi No. 1 2 3 4 5 Class Interval 19-20 21-22 23-24 25-26 27-28 Jumlah Frequency Absolute 2 2 9 6 1 20 Relative (%) 10 10 45 30 5 100 Cumulative (%) 10 20 65 95 100

Sedangkan sikap mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta terhadap isu emisi gas buang kendaraan bermotor (COx, NOx, SOx ) yang menyebabkan efek rumah kaca dapat digambarkan oleh histogram berikut ini :

Dimensi Kognisi
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% SS S R Kriteria Sikap TS STS

Gambar 1.Dimensi Kognisi sikap mahasiswa terhadap isu efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor

PERSENTASE

15

Dimensi Afeksi
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% SS S R KRITERIA SIKAP TS STS

Gambar 2.Dimensi Afeksi sikap mahasiswa terhadap isu efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor

PERSENTASE

Dimensi Konasi
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% SS S R KRITERIA SIKAP TS STS

Gambar 3.Dimensi Konasi sikap mahasiswa terhadap isu efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki kriteria sikap Sangat Setuju (SS) yang berarti secara kognisi mampu

PERSENTASE

16

mengetahui dan memahami tentang isu lingkungan yaitu efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor adalah sebesar 10%, kemudian yang memiliki kriteria sikap Setuju (S) adalah sebesar 10%, lalu memiliki kriteria sikap Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah sebesar 20% dan 15%. Jumlah terbesar adalah yang memiliki sikap Ragu -ragu (R) yaitu sebesar 45%. Hasil penelitian pada gambar 1 ini menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki sikap ragu-ragu kurang mengetahui dan

memahami tentang isu lingkungan terkait efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki kriteria sikap Sangat Setuju (SS) yang berarti secara afeksi mampu mengkritisi dan memberikan saran tentang isu lingkungan yaitu efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor adalah sebesar 15%, kemudian yang memiliki kriteria sikap Ragu-ragu (R) adalah sebesar 35%, lalu memiliki kriteria sikap Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah sebesar 5% dan 0%. Jumlah terbesar adalah yang memiliki sikap setuju yaitu sebesar 45%. Hasil penelitian pada gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki sikap setuju mampu mengkritisi dan memberikan saran tentang isu lingkungan terkait efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor. Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki kriteria sikap Sangat Setuju (SS) yang berarti secara konasi mampu membuat gagasan dan berpendapat tentang isu lingkungan yaitu efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor adalah sebesar 10%, kemudian yang memiliki kriteria sikap Setuju (S) adalah sebesar 10%, lalu memiliki kriteria sikap Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah sebesar
17

30% dan 5%. Jumlah terbesar adalah yang memiliki sikap ragu-ragu yaitu sebesar 45%. Hasil penelitian pada gambar 3 ini menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki sikap ragu-ragu kurang mampu untuk memberikan gagasan dan mengemukakan pendapat tentang isu lingkungan terkait efek rumah kaca akibat kendaraan bermotor.

18

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari data hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta yang memiliki sikap kognisi, afeksi, serta konasi yang baik belum terlalu banyak. Hal ini dikarenakan, banyak dari mahasiswa yang kurang mengetahui dan memahami tentang isu lingkungan terkait efek rumah kaca, selain itu jumlah mahasiswa yang memiliki sikap ragu-ragu mengenai efek rumah kaca masih relatif banyak, hal ini ditunjukkan pada data hasil penelitian. Dari data-data yang ada dapat pula diketahui bahwa masih banyak mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Jakarta yang kurang peduli mengenai isu-isu lingkungan khususnya terkait dengan efek rumah kaca. B. Saran Dalam penelitian ini, penulis ingin menyarankan beberapa hal, diantaranya: 1. Sebagai mahasiswa yang sudah memiliki banyak pengetahuan tentang arti penting lingkungan, hendaknya berperan aktif dalam menjaga lingkungan. 2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor 3. Mencari energi alternatif yang tidak mengandung emisi gas yang berbahaya

19

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djohan Asmawi. Emisi gas buang kendaraan bermotor. (Diakses dari:http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/33c5debfb22b0b4 9e2fbf1605eb12fb9c3989094.pdf Iskandar, Soetyono. (2007). Analisis Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Makassar. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan. Vol. III No. 2. Soemarwoto, Otto.2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Malik, Yakub. Efek Rumah Kaca terhadap Iklim, [pdf],

(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1959 01011989011YAKUB_MALIK/EFEK_RUMAH_KACA_TERHADAP _IKLIM_MIKRO.pdf, diakses pada tanggal 22 April 2013)

20

Tri Tugaswati, A. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya terhadap Kesehatan (diakses dari:http://www.kpbb.org/makalahind /Emisi%20Gas%20Buang%20Bermotor%20%26%20Dampaknya %20Terhadap%20Kesehatan.pdf, tanggal 9 April 2013)

21

Anda mungkin juga menyukai