Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mata kuliah vector merupakan mata kuliah yang sulit dipelajari jika hanya sekedar mempelajari teori yang ada saja, karena banyaknya spesies dan perbedaan karakteristik vector. Maka dari itu perlu mempelajari secara langsung pada spesies untuk mempermudah pemahaman materi. Mempelajari secara langsung pada spesies bukanlah hal yang sulit, karena disekitar kita banyak jenis vector yang terdapat di lingkungan ini dan berpotensi menyebarkan penyakit. Dengan mempelajari atau mengamati secara langsung hewan-hewan yang ada di sekitar kita lingkungan sekitar rumah, kita dapat mengetahui ciri, sifat dan karakteristik hewan tersebut. Dari cirri, sifat dan karakteristik kita dapat menentukan klasifikasi setiap spesies hewan invertebrate. Selain dapat menentukan klasifikasi, kita juga dapat mengetahui hubungan antar spesies di dalam suatu wilayah. Kita juga dapat mengetahui dominasi spesies dalam suatu wilayah serta penyakit-penyakit yang ditularkannya dan kita dapat mengetahui cara pencegahan penularan penyakitnya pula. Dari hal hal tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwa lingkungan sekitar kita lingkungan rumah kita sangatberpotensi menjadi tempat perkembang biakan vector penyakit.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana mengetahui ciri-ciri dan perilaku vector dilingkungan sekitar kita serta bagaimana cara mengetahui jenis dan cara pencegahan penularan penyakitnya.

C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan laporan ini ialah: 1. Untuk mengetahui jenis dan perilaku hidup nyamuk 2. Untuk mengetahui cirri-ciri kecoa dan pinjal 3. Untuk mengetahui cirri-ciri jentik dan perilaku hidupnya 4. Untuk mengetahui jenis-jenis lalat dan klasifikasinya.

Page 1

BAB II DASAR TEORI


A. TINJAUAN TENTANG NYAMUK Arthropoda sebagai penular penyakit ada 2 yaitu: Arthropoda sebagai vektor penyakit dan Arthropoda sebagai penyebab penyakit. Arthropoda yang bertindak sebagai vektor penyakit salah satunya yaitu nyamuk. Nyamuk termasuk Ordo Diptera. Ciri-ciri ordo diptera adalah sebagai berikut: 1. Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan). 2. Mengalami metamorfosis sempurna. 3. Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat. 4. Dan memiliki tubuh ramping. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. Ada 3 jenis penularan secara biologic yaitu: 1. Propagative: hama penyakit berkembang biak dengan cara membagi dirinya tanpa siklus hidup. 2. Cyclo propagative: hama penyakit yang berkembang biak selain dengan cara membagi diri juga mengalami siklus hidup ( penyakit malaria ) 3. Development: hama penyakit berkembang dengan cara membesar tanpa membagi-bagi dirinya ( penyakit filariasis ) 4. Hereditaria: hama penyakit yang ditularkan kepada penderita lain dengan melalui telurnya (tungau)
Page 2

Adapun ciri-ciri nyamuk dewasa diantaranya : Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti: 1. Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam. 2. Tidak membentuk sudut 90 3. Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore 4. Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air hujan 5. Penularan penyakit dengan cara membagi diri. 6. Menyebabkan penyakit DBD.

Ciri-ciri nyamuk Culex 1. Palpi lebih pendek dari pada proboscis dan Bentuk sayap simetris. 2. Berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-rawa. 3. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya 4. Menyebabkan penyakit filariasis 5. Warna tubuhnya coklat kehitaman

Ciri-ciri nyamuk Mansonia: 1. Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90 2. Bentuk tubuh besar dan panjang 3. Bentuk sayap asimetris. 4. Menyebabkan penyakit filariasis 5. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya. 6. Warna tubuhnya coklat kehitaman.

B. TINJAUAN TENTANG JENTIK NYAMUK Larva nyamuk, biasa disebut "cacing kecil" atau "wrigglers", harus tinggal di air dari 7 sampai 14 hari tergantung pada suhu air. Larva hidup di air dan muncul ke permukaan untuk bernapas. Mereka berganti kulit empat kali mereka tumbuh lebih besar setelah molting masing-masing. Kebanyakan larva tabung siphon untuk bernafas dan menggantung dari

Page 3

permukaan air larva Anopheles tidak memiliki siphon dan. Mereka berbaring sejajar dengan permukaan air. Pakan larva pada mikro-organisme dan bahan organik di dalam air. Pada meranggas keempat larva perubahan menjadi kepompong. Larva harus datang ke permukaan pada interval yang sering untuk mendapatkan oksigen melalui pipa pernapasan yang disebut menyedot. Larva makan ganggang dan organisme kecil yang hidup di air. elama pertumbuhan, molts larva (gudang kulitnya) empat kali. Tahap-tahap antara molts disebut instar. Pada instar 4, larva mencapai panjang hampir 1 / 2 inci. Ketika larva instar 4 molts itu menjadi pupa. tidak seperti Anopheles Culex dan larva Aedes karena mereka tidak memiliki tabung pernapasan, mereka harus terletak sejajar dengan permukaan air untuk mendapatkan pasokan oksigen melalui lubang pernapasan. Adapun ciri-ciri dari jentik nyamuk ialah sebagai berikut: 1. Ciri-ciri jentik Aedes aegypti siphon besar dan pendek yang terdapat pada abdomen terakhir Bentuk comb seperti sisir Pada bagian thoraks terdapat stroot spine

2. Ciri-ciri jentik nyamuk Culex Bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir. Bentuk comb tidak beraturan. Jentik nyamuk culex membentuk sudut di tumbuhan air(menggantung).\

3. Ciri-ciri jentik nyamuk Mansonia Bentuk siphon seperti tanduk Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air. Pada bagian toraks terdapat stoot spine.

4. Ciri-ciri jentik nyamuk anopheles Tidak memiliki siphon Jentik nyamuk anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor Pada bagian thoraks terdapat stoot spine

Page 4

C. TINJAUAN TENTANG KECOA Kecoa adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub. Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang 1 cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1 cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini. Menurut Depkes RI (2002), kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor. Umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi di celah-celah. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain : a) Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen. b) Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing. c) Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan pada kelopak mata. Jenis-jenis kecoa yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat dan tempat hidupnya pada umumnya berada di dalam lingkungan manusia dan khususnya di dalam lingkungan kapal antara lain : German cockroach (Blatella germanica), American cockroach (Periplaneta americana), Oriental cockroach (Blatta orientalis) Brown-banded cockroach (Supella longipalpa), Australian cockroach (Periplaneta fuliginosa) dan Brown cockroach (Periplanetabrunnea) (Aryatie, 2005)

Page 5

D. TINJAUAN TENTANG PINJAL Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing. Pinjal diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Klasis : Insecta Ordo : Siphonoptera Morfologi Pinjal: Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat. Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7 inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal bersifat lateral dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di antara rambutrambut atau bulu di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke belakang, dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.

Page 6

Gambar I: Bagian Tubuh Pinjal E. JENIS-JENIS PINJAL a. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis) Klasifikasi: Domain : Eukaryota Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Siphonaptera Family : Pulicidae Genus : Ctenocephalides Species : C. felis Ciri-ciri pinjal kucing: a. Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar. b. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras. c. Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala. d. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk. e. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago). f. Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. g. Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan.

Page 7

Perbedaan jantan dan betina: a. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas, antena lebih panjang dari betina. b. Betina : tubuh berakhir bulat, 8ntenna lebih pendek dari jantan.

Gambar II: pinjal jantan & pinjal betina b. Pinjal anjing (Ctenocephalides canis) Klasifikasi: Domain : Eukaryota Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Siphonaptera Family : Pulicidae Genus : Ctenocephalides Species : C. canis Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum menghasilkan telur. c. Pinjal manusia (Pulex irritans) Klasifikasi: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta

Page 8

Ordo : Siphonaptera Family : Pulicidae Subfamily : Pulicinae Genus : Pulex Species : P. irritans Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk yang jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran, kucing rumah, ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar, dan spesies lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara untuk cestode, Dipylidium caninum. d. Pinjal tikus utara (Nosopsyllus fasciatus) Klasifikasi: Domain : Eukaryota Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Siphonaptera Family : Ceratophyllidae Genus : Nosopsyllus Species : N. fasciatus Fasciatus Nosopsyllus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3 hingga 4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak memiliki ctenidium genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga setae di bawah kepala. Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol di bagian depan kepala. Tulang paha belakang memiliki 3-4 bulu pada permukaan bagian dalam. e. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis) Klasifikasi: Kingsdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Siphonaptera Family : Pulicidae

Page 9

Genus : Xenopsylla Species : X. cheopis Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan kontribusi bagi Black Death.

Gambar 3: X.cheopis jantan & X.cheopis betina F. SIKLUS HIDUP PINJAL Siklus hidup pinjal terdiri dari 4 tahapan, yaitu: 1. Tahap Telur; Seekor kutu betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan peliharaan. Telurnya tidak lengket, mereka mudah jatuh dari hewan peliharaan dan menetas dalam dua atau lima hari. Seekor betina dapat bertelur sekitar 1.500 telur di dalam hidupnya. 2. Tahap Larva: Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap sekitar rumah dan makan dari kotoran kutu loncat (darah kering yang dikeluarkan dari kutu loncat). Larva akan tumbuh, ganti kulit dua kali dan membuat kepompong dimana mereka tumbuh menjadi pupa. 3. Tahap Pupa: Lama tahap ini rata-rata 8 sampai 9 hari. Tergantung dari kondisi cuaca, ledakan populasi biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai hangat. Pupa tahap yang paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai satu tahun. 4. Tahap Dewasa: Kutu loncat dewasa keluar dari kepompong nya waktu mereka merasa hangat, getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan memulai siklus baru. Siklus keseluruhnya dapat dipendek secepatnya sampai 3-4 minggu

Page 10

Gambar 4: Siklus Hidup Pinjal Umur rata-rata pinjal sekitar 6 minggu, tetapi pada kondisi tertentu dapat berumur hingga 1 tahun. Pinjal betina bertelur 20-28 buah/hari. Selama hidupnya seekor pinjal bisa menghasilkan telur hingga 800 buah. Telur bisa saja jatuh dari tubuh kucing dan menetas menjadi larva di retakan lantai atau celah kandang. Pertumbuhan larva menjadi pupa kemudian berkembang jadi pinjal dewasa bervariasi antara 20-120 hari.

G. PENGARUH PINJAL TERHADAP KESEHATAN Secara kasat mata pinjal agak sulit ditemui bila jumlah populasinya sedikit, namun dapat dikenali dari kotorannya yang menempel pada bulu. Kotoran kutu berwarna hitam yang sebenarnya merupakan darah kering yang dibuang kutu dewasa. Pinjal yang menghisap darah inang juga menimbulkan rasa sangat gatal karena ludah yang mengandung zat sejenis histamine dan mengiritasi kulit. Akibatnya hewan terlihat sering menggaruk maupun mengigit daerah yang gatal terutama di daerah ekor, selangkangan dan punggung. Pinjal juga dapat menimbulkan alergi oleh karena reaksi hipersensitivitas terhadap antigen ludah pinjal. Pada anjing sering ditandai dengan gigitan secara berlebihan sehingga dapat mengakibatkan bulu rontok dan peradangan pada kulit. Kasus flea allergy bervariasi tergantung kondisi cuaca terutama terjadi pada musim panas dimana populasi kutu meningkat tajam.

Page 11

H. TINJAUAN TENTANG LALAT lalat yang berada di sekitar kandang ayam adalah lalat rumah Musca domestica dan lalat hijau Chrysomya megacephala, dan di kandang sapi umumnya lalat kandang Stomoxys calcitrans. Lalat ini berkembang biak pada habitat di tumpukan kotoran, sampah yang telah membusuk dan penuh dengan bakteri dan organisme patogen lainnya. Populasi lalat yang tinggi atau melimpah dapat mengganggu ketentraman hewan dan manusia karena menimbulakn ketidak nyamanan sekitar dan dapat menularkan berbagai jenis penyakit gangguan pencernaan akibat berbagai jenis bakteri yang ditularkannya. Semua lalat mengalami metamorfosis sempurna dalam perkembangannya. Telurnya diletakkan dalam medium yang dapat menjadi tempat perindukan larva. Larva seringkali makan dengan rakus. Umumnya larva lalat mengalami empat kali molting selama hidupnya. Periode makan ini bisa berlangsung beberapa hari atau minggu, tergantung suhu, kualitas makan, jenis lalat dan faktor lain. Setelah itu berubah menjadi pupa. Kebanyakan larva yang bersifat terestrial ini cenderung meninggalkan medium larva menuju tempat yang lebih kering untuk pupasi. Stadium pupa bisa beberapa hari, minggu atau bulan. Lalat dewasa muncul, kemudian terbang, mencari pasangan untuk kawin, dan yang betina setelah itu akan bertelur. Populasi lalat meningkat tergantung musim dan kondisi iklim, dan tersedianya tempat perindukan yang cocok. Suhu lingkungan, kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup di alam. Larva lalat amat rentan terhadap kelembaban udara, suhu udara yang menyimpang dan curah hujan yang berlebihan. Di daerah tropika, lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari pada suhu 30 0C dalam satu siklus hidupnya, dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat kandang Stomoxys calsitrans siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi optimal. Lalat ini menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari. Di Indonesia, lalat hijau yang umum di daerah peternakan dan permukiman adalah Chrysomyia megacephala., dan jenis lalat hijau di ternak yang digembalakan di padang rumput adalah Chrysomyia bezziana.

Page 12

BAB III METODE PRAKTIKUM


A. WAKTU DAN LOKASI Waktu Praktikum dilaksanakan: Pemeriksaan nyamuk: Pemeriksaan jentik nyamuk; Pemeriksaan pinjal: Pemeriksaan kecoa: Pemeriksaan lalat: Lokasi pemeriksaan pada praktikum vector diatas ialah laboratorium kampus kesehatan lingkungan (jln. Wijaya kusuma I) B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PRAKTEK

Page 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL 1. Pemeriksaan Nyamuk

Page 14

B. PEMBAHASAN 1. Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menggigit dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam keadaan segaris. Jika nyamuk betina ini menggigit seorang pasien yang menderita malaria, darah yang diisapnya mengandung virus dan melalui beberapa taraf perkembangan di dalam tubuh nyamuk hingga akhirnya memasuki kelenjar air liur nyamuk. Virus bersemayam menunggu kesempatan untuk memasuki aliran darah pada orang berikut yang digigit nyamuk pembawa virus. Dan Ciri-ciri nyamuk anopheles: Bentuk tubuh kecil dan pendek Antara palpi dan proboscis sama panjang Menyebabkan penyakit malaria Pada saat hinggap membentu sudut 90 Warna tubunya coklat kehitam Bentuk sayap simetris Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah

2. Nyamuk Culex Nyamuk culex yang menyebabkan penyakit radang otak atau biasa disebut west nile virus alias virus Nil Barat. Penamaan tersebut disesuaikan dengan asal penyakit tersebut dari belahan benua Afrika. Culex Nyamuk yang termasuk kelas Insecta, ordo Diptera, famili Cilicidae, sub-famili culicinae, tribus Culicini. Telur berbentuk lonjong panjang dengan kedua ujung tumpul; pada bagian dasar terdapat mahkota (corolla); telur diletakkan saling berdekatan sehingga membentuk seperti suatu rakit di atas permukaan air. Larva mempunyai kepala, toraks, abdomen dengan sisir seperti duri pada segmen terakhir; mempunyai sifon dengan pecten yang berbentuk seperti duri, bulu-bulu sifon dan segmen anal yang sebagian dilingkari anal plate (pelana). Nyamuk dewasa berwarna cokelat kekuning-kuningan sampai cokelat tua, skutelum berlobus tiga dan sayapnya polos atau berbercak-bercak. Culex jantan mempunyai

Page 15

proboscis lebih pendek daripada palpi dan mempunyai Antena dengan bulu-bulu lebat (plumose). Culex betina mempunyai proboscis lebih panjang daripada palpi dan antena dengan bulu-bulu jarang (pilose; nyamuk). Nyamuk Culex merupakan vektor filariasis bancroti pada manusia, antara lain Culex pipiens fatigans di Jakarta, C. annualirostris dan C. bitaeniohynchus di Irian Jaya. Ciri-Ciri nyamuk Culex Dewasa Rongga dada, kaki, dan urat pada sayap selalu ditutupi dengan sisik berwarna coklat. Ujung perut selalu menumpul Habitat Pada dasarnya perkembangbiakan terjadi di ladang padi, genangan air limbah, dan saluran pipa Ritme gigitan Menggigit pada malam hari dan biasanya berdiam diri di dalam ruangan sebelum dan setelah makan darah. Terkadang nyamuk jenis ini beristirahat di luar ruangan Lebih menyukai warna yang lebih gelap Penerbang jarak jauh Vektor utama untuk Encephalitis B Jepang

3. Jentik Nyamuk Aedes Aegypti larva Aedes karena mereka tidak memiliki tabung pernapasan, mereka harus terletak sejajar dengan permukaan air untuk mendapatkan pasokan oksigen melalui lubang pernapasan. Ciri-ciri jentik Aedes aegypti Bentuk siphon besar dan pendek yang terdapat pada abdomen terakhir Bentuk comb seperti sisir Pada bagian thoraks terdapat stroot spine

4. Jentik Nyamuk Manusia Ciri-ciri jentik nyamuk Mansonia Bentuk siphon seperti tanduk Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air. Pada bagian toraks terdapat stoot spine.

Page 16

5. Kecoa Menurut Depkes RI (2002), kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor. Menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi di celah-celah. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Pada umumnya kecoa merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi.

6. Pinjal Ordo Siphonaptera terdiri atas beberapa famili, tetapi yang terpenting sebagai ektoparasit adalah famili Pulicidae. Dari famili ini, terdapat beberapa genus yang penting yaitu Tunga (pinjal chigoe), Ctenocephalides (pinjal kucing dan anjing), Echidnophaga (pinjal ayam), Pulex (pinjal manusia) dan Xenopsylla (pinjal tikus). Adapun jenis-jenis yang sering dijumpai sebagai ektoparasit utama dan menimbulkan masalah di Indonesia adalah Pulex irritans, Ctenocephalides felis, C. canis, dan Xenopsylla cheopis. Pinjal betina akan meninggalkan inangnya untuk meletakkan telurnya pada tempattempat yang dekat dengan inangnya, seperti sarang tikus, celah-celah lantai atau karpet, di antara debu dan kotoran organik, atau kadang-kadang di antara bulu-bulu inangnya.

Page 17

7. Kutu Busuk kutu busuk termasuk serangga ektoparasit dari ordo Hemiptera, Famili Cimicidae dan jenis yang terdapat di Indonesia adalah Cimex hemipterus. kutu busuk memiliki tubuh yang berbentuk oval dan pipih dorso-ventral dengan panjang sekitar 4-7 cm. Berwarna merah kecoklatan dan mengkilat, dan akan berubah menjadi coklat tua dan membengkak setelah menghisap darah. Pada siang hari, kepinding bersembunyi pada tempat-tempat yang gelap seperti celahcelah kandang atau alas kandang yang juga menjadi tempat bertelur dan menetap kutu busuk. Gigitan kepinding biasanya ditandai dengan benjolan kecil keputihan dikulit yang apabila digaruk berulang-ulang akan berdarah, dan berakibat timbulnya infeksi sekunder.

8. Lalat lalat yang berada di sekitar kandang ayam adalah lalat rumah Musca domestica dan lalat hijau Chrysomya megacephala, dan di kandang sapi umumnya lalat kandang Stomoxys calcitrans. Lalat ini berkembang biak pada habitat di tumpukan kotoran, sampah yang telah membusuk dan penuh dengan bakteri dan organisme patogen lainnya. Populasi lalat yang tinggi atau melimpah dapat mengganggu ketentraman hewan dan manusia karena menimbulakn ketidak nyamanan sekitar dan dapat menularkan berbagai jenis penyakit gangguan pencernaan akibat berbagai jenis bakteri yang ditularkannya. Populasi lalat meningkat tergantung musim dan kondisi iklim, dan tersedianya tempat perindukan yang cocok. Suhu lingkungan, kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup di alam. Larva lalat amat rentan terhadap kelembaban udara, suhu udara yang menyimpang dan curah hujan yang berlebihan. Di daerah tropika, lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari pada suhu 30 0C dalam satu siklus hidupnya, dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat kandang Stomoxys calsitrans siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi optimal. Lalat ini menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari. Di Indonesia, lalat hijau yang umum di daerah peternakan dan permukiman adalah Chrysomyia megacephala., dan jenis lalat hijau di ternak yang digembalakan di padang rumput adalah Chrysomyia bezziana.

Page 18

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN

Page 19

Anda mungkin juga menyukai