Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makhluk hidup memerlukan makanan untuk tumbuh dan berkembang. Makanan diperlukan untuk menghasilkan energi sebagai bahan pembentuk tubuh, metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh, penambah cairan tubuh, mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan membantu proses faal lainnya yang berlangsung dalam tubuh. Gizi dari makanan yang dibutuhkan diantaranya protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Protein (zat putih telur) sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan karena merupakan sumber tenaga yang paling utama. Sumber tenaga kedua sesudah protein bagi ikan adalah lemak, sedangkan sumber tenaga berukitnya adalah karbohidrat (Santoso, 1994). Ikan memerlukan nutrien seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, tapi kebutuhan ini bervariasi sesuai dengan jenis spesiesnya. Protein adalah nutrien yang penting untuk hewan. Tidak hanya diperlukan untuk pertumbuhan tapi juga digunakan sebagai energi. Protein oleh ikan digunakan sebagai sumber energi mereka, karena protein, lemak dan karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sumber energi pada makanan. Protein hanya digunakan untuk perkembangan pada ikan (Fenerci and ener, 2005).
Informasi mengenai pola konsumsi suatu jenis ikan sangat diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan keefektifan dan keefisienan pemanfaatan pakan. Pola konsumsi ikan mola (Hypophthalmichtys molitrix), big head (Aristuchthys nobilis) dan grass carp (Ctenopharingodon idella) (Wang dkk, 1989).

Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang sederhana, kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Lambung merupakan suatu organ tubuh hewan yang berperan dalam proses pencernaan, berperan dalam penyaringan makanan yang masuk kedalam tubuh, menetralisir racun yang ada

dalam makanan, membuang zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh (Elliot dan Elliot, 1997). Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya. Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi, juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan. Ransum yang mempunyai keseimbangan energi-protein yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang terbaik. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat. Apabila energi yang berasal dari non-protein tersebut cukup tersedia, maka sebagian besar protein akan dimanfaatkan untuk tumbuh, namun apabila energi dan nutrien non-protein tidak terpenuhi, maka protein akan digunakan sebagai sumber energi sehingga fungsi protein sebagai pembangun tubuh akan berkurang. Tingkat energi protein dalam pakan juga mempengaruhi konsumsi pakan. Jika tingkat energy protein melebihi kebutuhan maka akan menurunkan konsumsi sehingga pengambilan nutrien lainnya termasuk protein akan menurun. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan yang tepat antara energi dan protein agar dicapai keefisienan da keefektifan pemanfaatan pakan (Haetami dkk, 2007). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum tentang laju digesti pada ikan mas (Cyprinus carpio) adalah: Untuk mengetahui organ lambung pada ikan mas. Untuk memperoleh pengetahuan tentang fisiologi ikan mas, khususnya bagian organ dalam. Untuk mengetahui bagaimana laju digesti ikan mas. Untuk menentukan bagaimana proses pencernaan makanan di dalam lambung ikan mas.

1.3 Kegunaan Praktikum Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah: Sebagai bahan acuan dalam proses praktikum laju digesti pada ikan mas. Sebagai bahan informasi dalam mengetahui proses digesti yang didalami oleh ikan mas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Deskripsi Ikan Mas Ikan mas tergolong dalam family Cyprinidae. Dalam famili ini ada satu

genus yang hamper mirip dengan ikan mas yaitu Carassius. Cara membedakan yang termudah adalah dengan melihat kumisnya, genus Carassius tanpa kumis (Sumantadinata, 1981). Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari ikan mas adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Pisces : Ostariopysi : Cyprinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agtak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang kumis (barbels) yang kadang-kadang satu pasang diantaranya rudimeter, ukuran dan warna badan sangat beragam. Dari segi warna dapat ditemukan ikan mas merah, hitam, hijau, kuning muda, putih, biru keperakan, cokelat keemasan, dan belang yang terdiri dari beberapa warna (Sumantadinata, 1981). Sedangkan bahan yang digunakan dalam Biologi Perikanan adalah ikan gabus, ikan lele, ikan sarden, ikan mujair, ikan lidah, ikan kerapu, dan ikan patin serta tissue yang digunakan untuk membersihkan alat.

Menurut Susanto dan Rochdianto (1999) di alam aslinya, ikan mas sering ditemui di pinggiran sungai, danau atau perairan tawar lainnya yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut (dpl). Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahanbahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit. Keasaman air (pH) yang baik untuk pemeliharaan adalah antara 7 - 8. Suhu air yang baik berkisar antara 20 oC sampai 25 oC (Menegristek, 2003). 2.1 Laju Digesti Ikan Mas Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang sederhana, kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Lambung merupakan suatu organ tubuh hewan yang berperan dalam proses pencernaan, berperan dalam penyaringan makanan yang masuk kedalam tubuh, menetralisir racun yang ada dalam makanan, membuang zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh (Elliot dan Elliot, 1997). Alat-alat pencernaan terdiri atas dua saluran yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, rongga mulut, faring, (Fujaya, 2002). Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme ikan. Pada kondisi temperatur yang optimal bagi ikan maka laju metabolisme ikan meningkat dan meningkatnya laju metabolisme ini harus diimbangi dengan pasokan pakan yang diperoleh dari lingkungannya. Umumnya ikan yang bersifat poikiloterm, pada temperatur air yang meningkat nafsu makan ikan mengalami esophagus, lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaannya terdiri atas hati, empedu, dan pankreas

peningkatan, sedangkan apabila terjadi penurunan temperatur air, nafsu makan ikan juga menurun (Siregar, 1995). Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti di dalam sistem pencernaan sebelum nutrisi pakan tersebut diaborbsi yang akan dimanfaatkan untuk proses biologis pada tubuh ikan. Proses digesti pada sistem pencernaan ikan tersebut akan melibatkan enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh tubuh. Hasil proses digesti tersebut berupa asam amino, asam lemak, dan monosakarida yang akan diasorbsi oleh epitel intestin kemudian disebarkan keseluruh tubuh oleh sistem sirkulasi (Kay, 1998). Molekul pakan yang besar dan kompleks dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana agar dapat diabsorbsi dan selanjutnya digunakan dalam tubuh hewan melalui proses digesti. Pemecahan molekul ini berlangsung sepanjang saluran digesti hewan. Berdasarkan perangkat yang digunakan digesti terjadi secara mekanik maupun kimia yang melibatkan enzim (protease, lipase, karbohidrase) yang berperan sebagai katalisator. Sedangkan komponen pakan yang dapat digunakan oleh hewan disebut nutrisi, yang dapat dikelompokan dalam nutrisi makro (protein, lemak, karbohidrat) dan nutrisi mikro yang terdiri atas vitamin dan mineral (Yuwono, 2001). Proses digesti yang terjadi di dalam lambung, laju digestinya dapat diukur dari laju pengosongan lambung. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti atau laju pengosongan lambung adalah temperatur air, suhu, musim, waktu siang dan malam, intensitas cahaya, ritme internal dan kualitas pakan yang dikonsumsi (Halver, 1989).

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 April 2013 pada

pukul 13.00 WIB sampai selesai. Lokasi praktikum terletak di Laboratorium Fisologi Hewan Air Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air adalah akuarium kaca ukuran 30x50x30 cm sebanyak 1 buah, alat bedah, timbangan analitik stop watch, gunting, tissue, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio) sebanyak lima ekor dan pakan berupa pellet untuk ikan tersebut 3.3 Posedur Praktikum Adapun metode praktikum yang kami lakukan adalah sebagai berikut : 1. Akuarium disiapkan dan diisi air setinggi 25 cm dan diaerasi. 2. Ikan ditimbang dan diukur kepadatan 4-5 ekor per akuarium. 3. Ikan diberi pakan sebanyak 2,5% dari berat total tubuh ikan kemudian didiamkan untuk kemudian dikonsumsi selama 15-20 menit. 4. Salah satu ikan diambil dan kemudian dibedah lambungnya dan dihitung sebagai bobot lambung dalam keadaan kenyang atau nol jam setelah makan. panjangnya, disebar di akuarium dengan

5. Ikan diambil setelah 30 menit diberi pakan kemudian ditimbang bobot lambungnya. Bobot dinyatakan sebagai persentase bobot lambung pada waktu kenyang. 6. Dilakukan lagi pada menit ke 60 pada saat lambung kenyang. 7. Dibuat plot antara lama pengamatan dengan persentase bobot lambung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Gambar Ikan Mas (Cyprinus carpio)

4.1.2 Gambar Lambung Ikan Mas yang dipuasakan

4.1.3 Gambar Lambung Ikan Mas yang diberi pakan

4.1.4 Tabel 4.1.4.1 Tabel 1. Data Morphometrik Ikan Mas (Cyprinus carpio) I II III IV V Total 23 cm 25 cm 24 cm 26 cm 24 cm 250 gram 270 gram 240 gram 250 gram 250 gram 1260 gram TL Berat

4.1.4.2 Tabel 2. Pengamatan Laju Digesti Ikan Waktu (menit) Ikan Mas (Cyprinus carpio) Panjang Lambung Berat Lambung

I II

7 cm 6 cm 6 cm 5 cm 7 cm

1,58 gram 1,25 gram 1,69 gram 1,88 gram 1,90 gram

30

III IV

60

4.2

Pembahasan Laju pengosongan lambung pada kan mas dapat didefinisikan sebagai laju

dari sejumlah pakan yang bergerak melewati saluran pencernaan ikan mas per-satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit. Pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang peristaltik pada antrum lambung ikan mas, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap jalan makanan. Dalam keadaan normal pylorus ikan mas hampir tetap, tetapi tidak menutup dengan sempurna, karena adanya kontraksi tonik ringan pada lambung ikan mas. Volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat meningkatkan pengosongan dari lambung. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan penyebab peningkatan pengosongan karena pada batas-batas volume normal, peningkatan volume tidak menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,. Sebagai gantinya, peregangan dinding lambung menimbulkan refleks mienterik lokal dan refleks vagus pada dinding lambung yang meningkatkan aktivitas

10

pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu. Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung menimbulkan dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum. Hormon ini mempunyai efek yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung yang sangat asam oleh bagian fundus lambung. Akan tetapi, gastrin juga mempunyai efek perangsangan yang kuat pada fungsi motorik lambung. Yang paling penting, gastrin meningkatkan aktivitas pompa pilorus sedangkan pada saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Hasil pemecahan pencernaan protei akan menimbulkan reflex pada tubuh kan mas, dengan memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu untuk pencernaan protein pada usus halus bagian atas. Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan menimbulkan refleks enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan nonisotonik terlalu cepat ke dalam usus halus, karena dapat mencegah perubahan keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh selama absorpsi isi usus.

11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar antara 20-28C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih rendah. 2. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. 3. Lambung pada ikan mas merupakan lambung palsu, dikatakan seperti itu karena lambungnya merupakan usus yang membesar. 4. Semakin tinggi nafsu makan maka laju digesti pun akan meningkat dan sebaliknya semakin rendah napsu makan semakin rendah pula laju digesti yang terjadi. 5.2 Saran Adapun saran dari penulis adalah agar pemanfaatan waktu dapat dipergunakan sebaik mungkin karena butuh waktu yang lumayan panjang untuk melakukan perlakuan terhadap ikan mas.

12

DAFTAR PUSTAKA
Elliot, W. H and Elliot, D. C. 1997. Biochemistry and Moleculer Biology. Oxford Univercity Press. Inc; New York. Fenerci ,S and Sener, Erdal. 2005. In Vivo and in Vitro Protein Digestibility of Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss Walbaum, 1972) Fed Steam Pressured or Extruded Feeds. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 5: 17-22. Haetami, K., Susangka, I., dan Andriani, Y. 2007. Kebutuhan dan Pola Makan Ikan Jambal Siam dari Berbagai Tingkat Pemberian Energi Protein Pakan dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi . http://pustaka.unpad.ac.id [3 April 2013]. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional; Makassar.

Halver, J. A. 1989. Fish Nutrition. Academic Press; New York. Kay, I. 1998. Inttoduction to Animal Physiology. Bios Scientific Publiher Limited, Spinger-Verlag New York; USA. Menegeristek Bidang Penyalahgunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2003. Mas (Cyprinus carpio L.). http:/warintek.progresio.or.id [3 April 2013]. Sanin, H. 1984. Klasifikasi dan Kunci Identifikasi Ikan. Penerbit PT Cipta; Bandung. Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius; Yogyakarta. Siregar, M. 1995. Pakan Alami. Swadaya; Jakarta. Sumantadinata, K. 1981. Perkembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. PT. Satstra Hudaya; Bogor. Susanto, H., dan Rochdianto A. 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya; Jakarta.

13

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto.

LAMPIRAN

Alat dan Bahan

14

Anda mungkin juga menyukai