Anda di halaman 1dari 4

PEMAHAMAN NILAI BUDAYA DALAM PENULISAN BAHAN AJAR.

Sebuah adaptasi dari artikel Considering Culture : Guidelines for ESL/EFL Writers karya Gayle Nelson.

I.

Pendahuluan

Gayle Nelson (penulis) mendapat ide penulisan topik ini berdasarkan pengalaman nya mengajar bahasa Inggris beberapa tahun yang lalu di Afrika bagi murid-murid SMP di Kampala, Uganda. Suatu hari penulis berjalan masuk kedalam kelas membawa beberapa buku, dan ketika penulis meletakkannya keatas meja penulis, seorang siswa menatap buku yang paling atas, sebuah buku tentang puisi Afrika. Dia ragu-ragu dan kemudian bertanya apakah dia boleh meminjam nya. Saya tidak tahu kalau orang Afrika menulis puisi katanya. Pertemuan penulis dengan orang Afrika ini mengilustrasikan sebuah fenomena yang bukanlah hal yang luar biasa 20 tahun yang lalu saat murid-murid SMP di Afrika Barat membaca tulisan-tulisan penulis seperti Charles Dickens untuk persiapan Ujian tahunan nya yang aslinya berasal dari Inggris. Faktanya, seluruh kurikulum bahasa inggris untuk kebanyakan SMP di Afrika Barat di buat di Inggris kemudian di ajarkan di Afrika Barat. Pada kurikulum yang berpusat pada kebudayaan Inggris ini, istilah kebudayaan nyatanya mengacu pada kebudayaan bahasa target. Saat ini kita memandang situasi seperti itu sebagai sebuah tradisi kolonial, dan kita menarik nafas dan merasa kalau masa lalu telah berakhir dan saat ini kita lebih memiliki banyak informasi tentang kebudayaan secara umum. Dan mengetahui secara luas sebuah tradisi kebudayaan pada yang lain dalam bagian-bagiannya. Tapi, faktanya, seberapa banyak informasi tentang kebudayaan yang kita ketahui? Seberapa jauh kita berubah dari tradisi kolonial? Seberapaa banyak kita berfikir serius tentang kebudayaan dan aturannya dalam pembelajaran, pengajaran, dan penulisan buku teks bahasa asing? Pada tahun 1979 buku teks metode pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing/ bahasa asli (ESL/EFL) berisi sebuah tabel checklist untuk guru dan pelaksana program untuk digunakan dalam menentukan buku teks bagi pembelajar ESL/EFL (Daoud & CelceMurcia, 1979). Bukan satu poin dalam tabel checklist yang termasuk pada kebudayaan. Pada masa yang sama, dalam sebuah artikel yang ditulis khusus bagi penulis buku teks untuk ESL/EFL (Taggart, 1978), kebudayaan yang disebutkan, melalui dua pendekatan, salah satunya memperlakukan kebudayaan sebagai sesuatu yang luar biasa untuk menarik minat siswa. Penulis menyebutkan contoh ini karena mereka mengilustrasikan sebuah kekurangan dalam kesadaran berbudaya yang bukan merupakan sesuatu yang luar biasa di masa lalu. Saat ini, walaupun banyak yang terlibat dalam bidang pengajaran ESL/EFL menjadi lebih peduli pada kebudayaan, kita masih memiliki banyak hal untuk dijalani. Penulis buku teks ESL/EFL memiliki peran mungkin hal yang paling penting dalam bagaimana kebudayaan ditampilkan (tidak ditampilkan) dalam bidang kita (Damen, 1987). Dalam membuat keputusan tentang konten kebudayaan dalam sebuah buku teks, penulis pada hakikatnya terpengaruh konten kebudayaan dari kelas yang menggunakan buku teks tersebut. Sebgai perumpamaan, penulis bacaan dari buku teks ESL/EFL tidak hanya memilih bagian dan membuat latihan untuk mengajari siswa membaca, mereka juga mengajari siswa konten kebudayaan dari bagian bacaan. Lebih jauh lagi dalam menampilkan ide untuk kegiatan di

kelas, mereka mengatur kelas melalui cara kebudayaan yang spesifik. Dalam banyak kasus, penulis buku teks ESL/EFL juga menentukan informasi kebudayaan yang dipelajari oleh guru, terutama dalam situasi EFL dimana guru bahasa Inggris tidak berkunjung atau tinggal di negara bahasa target. Pada buku ini pembahasan nilai budaya untuk penulis buku teks terbagi jadi dua bagian. Bagian pertama memberikan sebuah sejarah singkat dari peran kebudayaan dalam bidang pengajaran bahasa inggris sebagai bahasa asing atau bahasa asli, dengan penekanan pada hubungan kebudayaan dalam buku teks dan materi ESL/EFL. Bagian ini mencatat peran kebudayaan dalam buku teks ESL/EFL dari sebuah masa ketika kebudayaan menjadi, untuk semua tujuan praktis, sebuah isu yang tidak dipentingkan bagi penulis buku teks, kesebuah masa ketika istilah kebudayaan berarti kebudayaan Amerika atau Inggris, kesaat ini-sebuah masa ketika sudut pandang kebudayaan lebih luas diperhatikan, yaitu termasuk kebudayaan asli siswa ESL/EFL, komunikasi lintas budaya, dan pembelajaran kebudayaan. Bagian kedua menampilkan sejumlah pertanyaan kebudayaan yang penulis materi dan buku teks ESL/EFL perlu tanyakan pada dirinya sendiri jika tujuannya adalah untuk menulis informasi kebudayaan dan materi dengan kebudayaan yang sesuai. II. Pembahasan

I. Latar Belakang Sejarah Bagian ini menawarkan sejarah singkat peran budaya dalam bidang pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau asing, dengan penekanan pada budaya yang berkaitan dengan buku pelajaran dan materi pada ESL / EFL. Hal ini juga menelusuri peran budaya dalam buku ESL / EFL asal budaya itu, untuk tujuan praktis bagi para penulis buku teks, untuk saat ketika istilah "budaya" berarti budaya Amerika Serikat atau budaya Inggris, sampai sekarang ini. Pada bagian ini, pembahasan di fokuskan pada dua hal, yaitu : a. Fokus pada Bahasa Pada bagian ini diceritakan selama tahun 1960 dan 1970-an, bahasa Inggris menjadi lingua franca (bahasa internasional), dari era pasca perang dan orang-orang di seluruh dunia sedang belajar dalam meningkat pesat jumlahnya. Guru ESL/EFL yang dilatih selama periode ini cenderung menginstruksikan siswa mereka dalam aturan formal bahasa Inggris, dan guru yang menjadi penulis buku teks cenderung berorientasi untuk menulis buku tata bahasa. Sebagian besar dasar teoritis pengajaran bahasa selama periode ini menggunakan teori linguistik. Penekanan pada kompetensi linguistik menghasilkan dekontekstualisasi bahasa, fokus pada bentuk bahasa tanpa banyak pertimbangan untuk fungsi bahasa, atau situasi di mana struktur bahasa tertentu yang digunakan. b. Fokus pada Budaya Penjelasan terbagi menjadi 3 bagian penting, yaitu : Kesadaran Bahasa / Hubungan Budaya Selama periode ini ahli bahasa dan banyak guru dan penulis buku teks menyadari bahwa bahasa dan budaya merupakan hal yang terkait. Tapi itu tidak menggambarkan hubungan definitif antara bahasa dan realitas sosial.

Kesadaran Budaya Target Pada awal 1970-an banyak instruktur ESL mulai merasa tidak nyaman dengan fokus yang sempit dari disiplin ilmu mereka, yang awalnya pada aspek formal bahasa Inggris dan kemudian dikembangkan pada minat dalam aspek fungsional bahasa Inggris. Kesadaran Budaya ESL / EFL Pelajar Istilah "budaya" pada umumnya mengacu pada budaya bahasa target, dan tujuan sosiolinguistik pengajaran bahasa bagi siswa untuk menggunakan bentuk yang tepat dari target bahasa dalam konteks sosial tertentu. Kesadaran Interaksi Bahasa Kedua sebagai Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya merupakan sebuah proses interaktif negosiasi makna yang mencakup individu dari budaya yang berbeda. Dan beberapa penulis sedang mengembangkan hubungan antarbudaya teks ESL. II. Keputusan Mengenai Budaya Bagian ini menyajikan serangkaian pertanyaan tentang budaya yang menjadi bahan untuk penulis buku teks yang perlu pertanyakan pada diri sendiri, apakah tujuan mereka untuk menulis bahan-bahan budaya dan informasi budaya sudah sesuai. a. Siapa siswa yang menggunakan buku Anda? Siswa ESL / EFL memerlukan bahasa dan keterampilan budaya yang akan diperlukan untuk menunjang keterampilan mereka dalam bidang akademis dan / atau untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Konten budaya yang mungkin juga berhubungan dengan masalah antarbudaya seperti penyesuaian budaya, perbedaan budaya siswa / guru dan norma kelas. Keterampilan lintas budaya mungkin termasuk mengajar siswa bagaimana belajar dari berbagai budaya lainnya. b. Siapa guru yang menggunakan buku Anda? Penulis buku teks dapat memasukkan penjelasan budaya tentang konten yang dibahas untuk kepentingan guru dan siswa mereka. Seelye (1974) menjelaskan mengapa guru bahasa asing di Amerika Serikat, yang berbahasa normatif dari bahasa yang mereka ajarkan, tidak memasukkan informasi lebih lanjut tentang budaya target dalam kelas mereka. Dia berpendapat bahwa mungkin karena guru-guru tersebut sering merasa tidak aman karena mereka mungkin tidak tahu banyak tentang budaya bahasa sasaran. c. Apa tujuan dari buku Anda? Buku teks yang berfokus pada bentuk bahasa cenderung men gajarkan bahasa secara umum dan berusaha untuk menjadi netral dari segi budaya. Buku Pelajaran dengan fokus budaya dapat berupa dua jebis, yaitu teks budaya khusus atau budaya-umum. Buku pelajaran budaya-khusus berfokus pada satu budaya tertentu dan teks tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan siswa kompetensi komunikatif dalam konteks tertentu dan teks tertulis untuk situasi

EFL tertentu. Tujuan dari buku Budaya-umum mungkin untuk mengarahkan siswa belajar tentang budaya secara umum, memberikan mereka pengetahuan tentang penyebab kesalahpahaman lintas budaya, pemahaman mereka tentang cara untuk mencapai efektivitas antarbudaya yang lebih luas, atau kemampuan mereka untuk menjadi pembelajar budaya yang lebih baik. d. Metode atau pendekatan apa yang Anda gunakan? Peran budaya dalam buku teks harus konstan dengan metode. Jika Anda menulis sebuah buku dalam paradigma komunikatif, budaya akan disajikan sebagai kehidupan sehari-hari dan akan mencakup situasi sosial di mana interaksi itu terjadi. e. Dimana akan buku Anda akan digunakan? Para wakil pemasaran internasional dari beberapa perusahaan penerbitan AS melaporkan bahwa 20-40 persen dari buku ESL / EFL mereka dijual secara internasional. Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan dibawah ini. Apakah perbedaan lokasi mempengaruhi arah budaya atau isi buku Anda? Apa yang dapat Anda lakukan untuk membuat buku yang lebih tepat untuk pasar internasional? Apakah Anda perlu memberikan daftar kata sulit untuk informasi budaya tertentu? Apakah mungkin untuk merancang sebuah buku yang memenuhi kebutuhan masyarakat internasional? III. Kesimpulan Setiap pilihan yang dibuat oleh penulis buku teks, redaktur, atau ilustrator secara kultural dikondisikan berdasarkan apa isi buku teks dan tampak seperti apa buku itu. Jumlah muatan budaya dalam buku teks dapat bervariasi sepanjang waktu dari sebelumnya. Dan teks yang kurang tata bahasa mungkin memiliki konten budaya lebih baik daripada teks yang baik tata bahasa, tetapi tidak adanya unsur budaya. Yang paling penting, bagaimanapun, adalah menyatakan titik pandang budaya Anda dapat membantu Anda sebagai penulis, untuk memperjelas sikap budaya Anda.

Anda mungkin juga menyukai