Anda di halaman 1dari 44

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia. Masa ini menggambarkan perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Salah satu peneliti mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara sosial dan psikologis sudah mampu mandiri. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari anak-anak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. (1,2) Masa remaja sering disebut juga masa krisis dan masa pencarian jati diri. Oleh karena itu mereka sering terjerumus kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan yang disebut kenakalan remaja. Salah satu bentuk kenakalan remaja adalah pergaulan bebas dan perilaku seksual remaja pranikah. Banyaknya remaja yang kurang mengetahui dan memahami tentang seks, menimbulkan rasa ingin tahu menjadi alasan remaja untuk melakukan hubungan seks diluar nikah . Mereka menyalurkan hasrat seksualnya dengan pacar atau Pekerja Seks Komersil (PSK). Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anakanak mereka mendapat pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya muncul persepsi tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko seperti terkena penyakit menular seksual. (3,4) Semua agama pasti menentang adanya perilaku seks bebas, apalagi penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam yang jelas-jelas menganggap bahwa seks bebas itu haram. Kenyataannya, budaya yang berkembang menganggap bahwa seks bebas itu hal yang biasa, padahal seks itu juga bisa menyebabkan sesuatu hal

yang negatif. Faktor yang menyebabkan banyak remaja terjerumus dengan seks bebas, karena kurangnya pemahaman agama dalam dirinya. (5) Peneliti yang mengadakan penelitian di Atlanta mengatakan bahwa survei diantara para pelajar sekolah menengah di Atlanta menunjukkan bahwa 9% siswa melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum umur 13 tahun. Peneliti lain mengungkapkan hampir empat dari sepuluh (3%) remaja kelas 3 SLTP pernah berhubungan seks, dan hampir tujuh dari sepuluh (66%) remaja kelas 3 SLTA pernah berhubungan seks. Setiap tahun tiga juta remaja di Amerika Serikat atau hampir seperempat remaja yang pernah berhubungan seks, terkena Penyakit Menular Seksual. Remaja mempunyai angka infeksi Gonorrhea lebih tinggi daripada pria dan wanita berusia 20-24 tahun. Menurut salah satu peneliti dalam sebuah penelitian di Baltimore ternyata prevalensi Gonorrhea diantara pelajar putri sekolah menengah cukup tinggi, meskipun sebagian besar asimptomatik. Secara epidemiologi prevalensi infeksi Gonorrhea menempati urutan tertinggi dalam PMS. (6) Gonorrhea merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara Penyakit Menular Seksual. (7) Gonorrhea, jenis PMS klasik yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae, keberadaannya sudah diketahui sejak zaman hipocrates, namun sampai sekarang menjadi masalah kesehatan yang belum dapat diatasi secara tuntas. Penyakit ini banyak ditemukan hampir di semua bagian dunia. (8) Setiap orang bisa tertular Gonorrhea atau nama awam dari penyakit ini adalah kencing nanah . Kecenderungan kian meningkatnya penyebaran penyakit ini disebabkan perilaku seksual yang bergonta-ganti pasangan, dan adanya hubungan seksual pranikah dan diluar nikah yang cukup tinggi. Umumnya Gonorrhea menular melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, orogenital dan ano-genital. Kebanyakan penderita penyakit menular seksual adalah remaja usia 15-29 tahun, tetapi ada juga bayi yang tertular karena tertular dari ibunya. (9) Laporan WHO pada tahun 1999 secara global terdapat 62 juta kasus baru Gonorrhea, 27,2 juta di antaranya terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di

Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI pada tahun 1988, angka insiden Gonorrhea adalah 316 kasus per 100.000 penduduk. Prevalensi infeksi Gonorrhea di Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi infeksi sebanyak 37,4%, Di kota Surabaya prevalensinya sebanyak 19,8%, sedang di Jakarta prevalensinya yaitu 29,8%. Pada penelitian penderita baru Gonorrhea di RSU Dr. Soetomo Surabaya periode 2002-2005 didapatkan bahwa jumlah penderita mahasiswa/pelajar mencapai 18,1 %. Penelitian dengan kelompok umur 10-21 tahun pada pria menderita Gonorrhea sebanyak 89,9% dan pada wanita sebanyak 10,1% di RSU Dr. Soetomo Surabaya periode 1996-1998.
(6,8,9)

Banyaknya insiden pada penyakit Gonorrhea ini menjelaskan jika masih banyak masyarakat umum terutama remaja yang belum mengetahui tentang penyakit tersebut. Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa katakata tidak boleh tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif. Dikatakan tidak efektif karena pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi kehidupannya yang akan semakin sulit. Ketidakjelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya. (1) Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk membuat karya tulis yang berjudul Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea .

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tentang Gonorrhea berdasarkan umur 2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tentang Gonorrhea berdasarkan jenis kelamin 3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tentang Gonorrhea berdasarkan tingkatan pendidikan 1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah a. Menambah pengetahuan peneliti tentang Gonorrhea yang sering terjadi. b. Menimbulkan minat bagi peneliti dan akademisi lain untuk makin memperbanyak penelitian di bidang ini. c. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah. 1.4.2. Manfaat bagi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan : a. Sebagai bahan informasi kepada pihak sekolah untuk memberikan informasi tentang Penyakit Menular Seksual terutama Gonorrhea dikalangan siswa-siswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. b. Sebagai bahan informasi kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan terhadap bahayanya melakukan seks bebas. c. Sebagai bahan informasi kepada SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan untuk menjalankan kegiatan penyuluhan tentang bahaya Gonorrhea dikalangan remaja terutama dalam program usaha kesehatan sekolah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti :

GONORRHEA 2.1. Definisi Gonorrhea Gonorrhea adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhea. (7) 2.2. Etiologi Penyebab Gonorrhea adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N. Meningitidis, dan 2 lainnya yang bersifat komensal N. Catarrhalis serta N. Pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 , panjang 1,6 , dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat negatif-Gram, tampak diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39 0C, dan tidak tahan zat desinfektan. Secara morfologik gonokok ini terdiri dari atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosaepitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Galur N. Gonorrheae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun dengan peninggian dosis. Pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an dan dengan cepat meluas ke berbagai

negara di dunia. Di Afrika Barat dan Timur Jauh, tempat pertama kali ditemukannya, tetap merupakan endemik, dan didapatkan pada lebih sepertiga isolat. Survei di Filipina melaporkan sebanyak 30-40% isolat merupakan NGPP, dan terutama ditemukan pada pekerja seks komersial. Di Indonesia mulai dilaporkan pada tahun 1980 di Jakarta. Di kota-kota besar Indonesia, NGPP terdapat sebanyak 40-60%, sedangkan dikota-kota kecil sampai saat ini belum diperoleh data mengenai hal itu. Galur N. Gonorrheae yang resisten terhadap tetrasiklin (TRNG=Tetracycline resistant N. Gonorrheae) pertama kali dilaporkan di Amerika serikat pada tahun 1985, dan di Belanda pada 1988. Pada tahun 1989 lebih dari 20% isolat gonokokus yang berasal dari pasien yang datang ke klinik di AS termasuk golongan TRNG, dan pada tahun yang sama di Belanda 42% NGPP ternyata juga resisten terhadap tetrasiklin. Akhir-akhir ini banyak laporan tentang TRNG yang berasal dari benua Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika selatan. Di Indonesia TRNG pada beberapa kota ditemukan antara 90-95%. Tipe plasmid resisten tetrasiklin ini tampaknya tidak berhubungan dengan auksotipe atau serotipe gonokokus ataupun tipe plasmid yang mengkode penisilinase. N. Gonorrheae mempunyai membran luar yang khas tersusun dari protein, fosfolipid dan lipopolisakarida yang disebut lipooligosakharida (LOS). Bakteri ini secara khas melepaskan fragmen membran luar yang dinamakan blebs yang berisi LOS selama pertumbuhannya. (6,7) 2.3. Epidemiologi Laporan WHO pada tahun 1999 secara global terdapat 62 juta kasus baru Gonorrhea, 27,2 juta di antaranya terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Amerika Serikat tingkat kejadiannya meningkat secara tetap dari tahun 1955 hingga akhir 1970 dengan 400 hingga 500 kasus per 100 ribu populasi. Di Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI pada tahun 1988, angka insiden Gonorrhea adalah 316 kasus per 100.000 penduduk. Data yang diambil dari beberapa rumah sakit yang bervariasi, di RS Mataram tahun 1989 dilaporkan kasus Gonorrhea yang sangat tinggi yaitu sebesar 52,87% dari seluruh penderita IMS. Di RS. Pringadi Medan 16% sebanyak 326 penderita IMS, sedangkan klinik

IMS Dr. Soetomo antara Januari 1990-Desember 1993 terdapat 3055 kasus uretritis atau 25,22% dari total penderita dan 1853 atau 60,65% diantaranya menderita uretritis Gonorrhea, di RS Kariadi Semarang Gonorrhea menempati posisi ke 3 atau sebesar 17,56% dari seluruh penderita IMS pada tahun 19901994, di RSUP Palembang prevalensi Gonorrhea sebesar 39% pada tahun 1990. Prevalensi infeksi Gonorrhea di Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi infeksi sebanyak 37,4%, di Jakarta prevalensinya yaitu 29,8%, sedang di kota Surabaya prevalensinya sebanyak 19,8%. Setelah tahun 1976 di Amerika dilaporkan temuan kasus Gonorrhea yang resisten terhadap antibiotik yang dikenal Neisseria Gonorrhea penghasil penisilinase (NGPP), penyakit Gonorrhea kembali menjadi masalah. Pada tahun 1982 kasus NGPP meningkat menjadi 4500 kasus dan tahun 1987 diperkirakan menjadi 16.000 pertahun. Di Inggris pada tahun 1976 jumlah NGPP dengan cepat sebesar 2 kali lipat setiap tahunnya. Demikian juga di Thailand dilaporkan pertama kali pada tahun 1997, setelah 3 tahun menjadi 41,6%. Di Indonesia NGPP pertama kali dilaporkan pada tahin 1980 di Jakarta yang kemudian diikuti laporan kasus di Surabaya, Medan, Denpasar, Dll. Prevalensi NGPP di Jakarta dari data yang diambil dari lokasi Kramat Tunggak sebesar 52,7%. (6,8,9,10,11) 2.4. Patogenesis Gonokokus menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonokokus yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis. Gonokokus yang koloninya berbentuk transparan diisolasi dari manusia dari infeksi urethral yang tidak bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari Gonorrhea, termasuk salpingitis. Pada wanita, tipe koloni terbentuk dari sebuah strain gonokokus yang berubah selama siklus menstruasi. Gonokokus yang diidolasi dari pasien membentuk koloni yang pekat atau transparan, tetapi mereka umumnya memiliki 1 hingga 3 protein pada saat tumbuh di kultur primer yang sedang diuji. Gonokokus dengan koloni transparan hampir tidak pernah

ditemukan secara klinis tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di laboratorium. Gonokokus (Neisseria gonorrheae) dapat bertahan didalam uretra meskipun proses hidrodinamik akan membias organisme dari permukaan mukosa. Oleh karena itu, gonokokus harus dapat melekat dengan efektif pada permukaan mukosa. Perlekatan gonokokus dengan perantara pili, dan mungkin permukaan epitel lainnya. Hanya mukosa yang berlapis epitel silindris dan kubis yang peka terhadap infeksi gonokokus. Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan berkembang biak dalam jaringan subepitelial. Gonokokus akan menghasilkan berbagai produk ekstraseluler seperti fosfolipase, peptidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel. Adanya infeksi gonokokus akan menyebabkan mobilisasi leukosit PMN (polymorpho nuclear), menyebabkan terbentuknya mikro abses subepitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN dan gonokokus. Gonokokus menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mengarah ke invasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Proses tersebut dapat menyebar ke epididymis. Sebagian nanah pada infeksi yang tidak diobati, fibrosis dan kadang-kadang mengarah ke urethral strictures. Infeksi urethra pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen. Ini kemudian menyebar ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidaksuburan terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonokokus. Cervicitis kronis yang disebabkan gonokokus atau proktitis seringkali tanpa gejala. Bakteremia yang disebabkan oleh gonokokus mengarah pada lesi kulit yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Gonokokus dapat

dikultur dari darah atau cairan sendi dari 30% pasien yang menderita arthritis yang disebabkan oleh gonokokus. Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonokokus yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran lahir yang terinfeksi. Conjunctivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ini terjadi, pemberian tetrasiklin atau eritromisin kedalam kantung conjunctiva dari bayi yang baru lahir. Gonokokus yang menyebabkan infeksi lokal biasanya sensitif terhadap serum tetapi relatif resisten terhadap antimikroba. Sebaliknya gonokokus yang masuk ke aliran darah dan menimbulkan infeksi yang luas biasanya resisten terhadap serum tetapi mungkin cukup sensitif terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya.(7, 10) 2.5. Gejala Klinis Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimptomatik. a. Pada pria 1. Uretritis Yang paling sering adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya menyebabkan komplikasi lokal, asendens, dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar pus dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi. 2. Tysonitis Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang

10

dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. 3. Parauretritis Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. 4. Litritis Tidak ada gejala khusus hanya pada urin ditemukan benang atau butirbutir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. 5. Cowperitis Kadang-kadang terjadi sebagai suatu sequale dari urethritis posterior. Gejala tambahannya berupa rasa nyeri yang meluas ke rectum dan paha. Kelenjar tersebut hanya teraba pada masing-masing sisi pada raphe perinei medial bila meradang. Terapi dengan istirahat, antibiotik dan pemanasan lokal atau perendaman panggul. 6. Prostatitis Prostatitit akut ditandai dengan adanya rasa panas, tidak enak, pembengkakan pada daerah perineum atau rectum. Infeksi pada alveoli glandula prostata mengakibatkan rasa nyeri, pembengkakan lobus kelenjar yang dapat dipalpasi sewaktu pemeriksaan per rectum. 7. Vesikulitis Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius. Gejala subyektif menyerupai demam, polakisuria, hematuria, nyeri pada waktu ereksi dan ejakulasi, spasme mengandung darah.

8. Funikulitis Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah dan sisi yang sama.

11

9. Epididimitis Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas. 10. Trigonitis Infeksi ascendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria, dan hematuria. (7,11,12) b. Pada wanita Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut dan kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi. 1. Uretritis Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Orificium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen. 2. Parauretritis Kelenjar parauretra dapat terkena, tapi abses jarang terjadi. 3. Servisitis Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. 4. Bartholinitis Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk. 5. Salpingitis Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur dan abnormal.

12

6. Proktitis Terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, dan tertutup pus mukopurulen. 7. Orofaringitis Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Pada pemeriksaan tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang. 8. Konjungtivitis Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. 9. Gonore diseminata Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita asimptomatik sebelumnya, terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis. (7,11,13) 2.6. Diagnosis A. Sediaan Langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok negatif-Gram. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks dan rektum. N. Gonorrhea mudah ditentukan dalam spesimen dari urethra pria sebagai suatu diplococcus Gram-negatif (tercat merah jambu dan phagocytosis). B. Kultur Dua macam media yang dapat digunakan: 1. Media Transpor: Media Stuart, Media Transgrow berdiameter

kira-kira 1 ) yang terletak berpasangan dalam leukosit (menunjukkan

13

2. Media Pertumbuhan: Mc Leods chocolate agar, Media Thayer Martin, Modified Thayer Martin agar C. Tes Definitif 1. Tes Oksidasi Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. 2. Tes Fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. D. Tes Beta-Laktamase Akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase. E. Tes Thomson Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. (11,12,14) 2.7. Uji Laboratorium Diagnostik - Spesimen: Nanah dan sekresi diambil dari urethra, serviks, rectum, konjungtiva, ternggorokan untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur darah diperlukan pada penyakit sistemik karena gonokokus sensitif terhadap polyanethol sulfonate pada media kultur darah standar. - Smear: Smear dari urethra atau eksudat dari endoserviks yang diberi pewarnaan gram akan menampakkan banyak diplokokus didalam sel nanahnya. Hal ini akan memberikan diagnose yang mungkin dapat dipercaya. Smear eksudat dari urethra pria yang telah diberi pewarnaan tersebut memiliki tingkat sensitivitas 90% dan spesifikasi 90%, smear dari eksudat endoservikal yang telah diberi pewarnaan memiliki tingkat sensitivitas 50% dan tingkat spesitifitas 95% ketika diuji dengan mikroskop. Kultur dari eksudat urethral pria tidak lagi diperlukan bila

14

hasil pewarnaannya positif, namun kultur harus dilakukan bila eksudat urethralnya berasal dari wanita. Smear eksudat dari konjungtiva yang telah diberi pewarnaan juga dapat diagnose, namun hapusan dari specimen tenggorokan atau rectum umumnya tidak membantu. Kultur: Sesaat setelah pengumpulan nanah atau selaput lendir, dipindahkan ke dalam media selektif yang telah diperkaya dan diinkubasi pada atmosfir yang mengandung 5% CO2 pada suhu 37oC. - Serologi: Serum dari cairan genital yang mengandung antibody IgG dan IgA bekerja melawan pili gonokokus, membran protein paling luar. Pada individu yang terinfeksi, antibody yang melawan pili gonokokus dan membrane protein paling luar, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan radioimmunoassay dan ELISA. (10) 2.8. Diagnosis Banding 1. Uretritis Non spesifik Biasanya Ostium Uretra externa tidak merah dan tidak edema, memiliki sekret seropurulen. 2. Candidiasis Ostium Uretra Externa merah disertai rasa gatal dan sekret serosa. (15) 2.9. Komplikasi 1. Sindroma Artritis-Dermatitis Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke satu atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya. 2. Infeksi jantung (Endokarditis). 3. Infeksi pembungkus hati (Perihepatitis) Bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.

15

Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat. (7,13,14) 2.10. Pengobatan Pilihan obat utama ialah penisilin + probenesid, kecuali didaerah yang tinggi insiden Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan ialah obat dengan dosis tunggal. 1. Penisilin Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Mengingat tingginya kasus NGPP dan tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP maka saat ini pemakaian penisilin tidak dianjurkan lagi. 2. Ampisilin dan amoksisilin Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Untuk daerah dengan NGPP yang tinggi maka ampisilin dan amoksisilin tidak dianjurkan lagi. 3. Sefalosporin Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1 g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg peroral dosis tunggal kesembuhan >95%. 4. Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. 5. Kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. memberikan angka

16

6. Tiamfenikol Dosisnya 3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan pada wanita hamil. 7. Kuinolon Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, ciprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Mengingat beberapa tahun terakhir ini resisten terhadap ciprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg peroral dosis tunggal. Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi ialah tetrasiklin, streptomisin, spiramisin. (11,13,14) 2.11. Pencegahan dan Edukasi Semua pasien dengan infeksi gonore seharusnya melibatkan pasangan seksualnya dalam evaluasi dan pengobatan. Penggunaan kondom untuk proteksi. Pasien hendaknya diberikan edukasi mengenai resiko komplikasi dari infeksi gonore. Pasien seharusnya menghindari kontak seksual sampai pengobatan selesai dan juga sampai pasangan seksualnya selesai dievaluasi dan diobati. 2.12. Prognosis Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap pengobatan dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap. (14,15)

2.13

Kerangka Teori Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

17

Gonorrhea

Neisseria Gonorrhea

Gejala Klinis

Wanita

Pria

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Uretritis Parauretritis Servisitis Bartholinitis Salpingitis Proktitis Orofaringitis Konjungtivitis Gonore diseminata

1. Uretritis 2. Tysonitis 3. Parauretritis 4. Litritis 5. Cowperitis 6. Prostatitis 7. Vesikulitis 8. Funikulitis 9. Epididimitis 10. Trigonitis Pem. Penunjang

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Penisilin Ampisilin dan amoksisilin Sefalosporin Spektinomisin Kanamisin Tiamfenikol Kuinolon

Penatalaksanaan

- Spesimen - Smear - Kultur - Serologi

Pencegahan dan Edukasi: - Pasien gonore melibatkan pasangan seksualnya dalam evaluasi dan pengobatan. - Penggunaan kondom untuk proteksi. - Berikan edukasi mengenai gonore. BAB 3 - Pasien hindari kontak METODOLOGI PENELITIAN seksual sampai pengobatan selesai.

18

3.1.

Konsep Penelitian Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplikasi dari

kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian. (16)

Tingkat pengetahuan Siswasiswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Gonorrhea

Variabel Variabel Independent Dependent Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2.

Definisi Operasional - Gonorrhea adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh

Neisseria Gonorrhea. - Tingkat Pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan merupakan tingkat kemampuan siswa/i SMA negeri 1 Percut sei Tuan kelas X, XI, XII dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti seputar tentang gonorrhea. 3.3. Variabel Penelitian a. Variabel bebas (Independent) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Didalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah tingkat pengetahuan siswasiswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. b. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Didalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah gonorrhea. 3.4. Jenis Penelitian

19

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tentang gonorrhea, dilakukan pengumpulan data secara primer dengan menggunakan kuesioner. 3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang beralamat di Jl. Irian Barat No.37, Medan Timur. 3.5.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Oktober 2012. 3.6. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X, XI, XII SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2012-2013 yang memiliki populasi sebesar 847 siswa. Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Murid SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kelas X XI XII Jumlah 3.7. Sampel Penelitian Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengambilan sampel secara acak atau simple random sampling. Setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel apabila jumlah populasi sudah diketahui dari Taro Yamane sebagai berikut: Rumus n = N Nd2+1 Jumlah Murid 350 251 246 847

3.5.1. Lokasi Penelitian

20

n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2 = presisi yang ditetapkan (0,1) berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel secara keseluruhan adalah: n= = 89,44 = 89 siswa Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel yang diperoleh sebanyak 89 siswa sebagai sampel penelitian dan ditambahkan 10% untuk mengganti bila sampel tidak mengisi kuesioner secara lengkap. Jadi total sampel yang akan diambil sebanyak 98 siswa. 3.8. Pengumpulan Data Data ialah materi atau kumpulan fakta yang dipakai untuk keperluan suatu analisa, diskusi, presentasi ilmiah, atau tes statistik. (17) 3.8.1. Sumber Data Menurut asal sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Data Primer Data primer didapatkan dari hasil pengisian kuesioner pada siswa yang menjadi responden. 2. Data Sekunder 847 (847)(0,1) 2+1

21

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari instansi sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. 3.9. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Instrumen terdiri dari identitas responden dan pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tentang Gonorrhea. 3.10. Teknik Pengukuran Data Teknik pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tingkatan skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1986). 1. Skor >75% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka tingkat pengetahuan tergolong Baik. 2. Skor 40-75% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka tingkat pengetahuan tergolong Sedang. 3. Skor <40% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka tingkat pengetahuan tergolong Buruk. Pengetahuan Pelajar Untuk mengukur pengetahuan responden digunakan penilaian terhadap 40 pertanyaan kuesioner yang dimana setiap jawaban benar diberi skor 2, jawaban kurang tepat diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai untuk pertanyaan kuesioner: Pertanyaan 1-40 1. Jawaban yang benar di option A diberi bobot nilai 2. Jawaban kurang tepat di option B diberi bobot nilai 3. Jawaban yang salah di option C diberi bobot nilai Jumlah skor Kategori Tingkat Pengetahuan Siswa/i tentang Gonorrhea: :2 :1 :0 : 80

22

1. Baik

: >75% x 80

= >60 = <32

2. Sedang : 40-75% x 80 = 32-60 3. Buruk : <40% x 80

3.10.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah: 1. Pelajar kelas X, XI, XII SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. 2. Masih bersekolah di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. 3. Bersedia mengisi informed consent dan mengikuti wawancara kuesioner. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah: 1. Yang tidak lagi bersekolah di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. 2. Yang tidak bersedia mengisi informed consent dan mengikuti wawancara kuesioner. 3. Yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap. 3.11. Pengolahan Data Data yang telah diperoleh tidak akan banyak manfaatnya apabila tidak diolah dan dianalisis. Proses kegiatan pengolahan data (Data Processing) ini terdiri dari 4 (empat) jenis kegiatan, yakni: 1. Memeriksa data (Editing) Hasil wawancara atau angket yang telah diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out). 2. Membuat lembaran kode (Coding Sheet) Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor pertanyaan. 3. Memasukkan Data (Data Entry)

23

Mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masingmasing pertanyaan. 4. Tabulasi Data (Tabulating) Adalah menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa, sehingga akan dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel. (16,18,19,20) 3.12. Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan pada responden diperiksa secara langsung oleh peneliti sebelum pengumpulan data diakhiri untuk memastikan kelengkapan identitas data dari responden. Setiap ketidaklengkapan data diperbaiki sebelum pengumpulan data ini diakhiri. Dengan melakukan pemeriksaan terhadap masing-masing responden lalu ditampilkan dalam tabeltabel distribusi frekuensi, kemudian dicari besarnya persentase untuk masingmasing distribusi frekuensi tersebut. Kemudian dibuat dalam kalimat narasi yang relevan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

BAB 4

24

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea. Penelitian ini diikuti oleh 98 siswa yang telah memenuhi kriteria inklusi serta telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab lengkap seluruh pertanyaan yang tertulis di kuesioner. 4.1. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan yang terletak di jalan Irian Barat Sampali No. 37, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli serdang. 4.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan yang berjumlah 98 responden. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Variabel X XI XII Total Frekuensi (n) 33 33 32 98 Persen (%) 33,7 33,7 32,6 100

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Dari seluruh responden sebanyak 98 siswa/i didapati 33 responden (33,7%) tingkat X, 33 responden (33,7%) tingkat XI, dan 32 responden (32,6%) tingkat XII.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

25

Variabel 14 15 16 17 18 Total

Frekuensi (n) 5 27 39 24 3 98

Persen (%) 5,1 27,6 39,8 24,5 3 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa 39 responden (39,8%) berumur 16 tahun, 27 responden (27,6%) berumur 15 tahun, 24 responden (24,5%) berumur 17 tahun, 5 responden (5,1%) berumur 14 tahun, serta 3 responden (3%) lainnya berumur 18 tahun. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frekuensi (n) 49 49 98 Persen (%) 50 50 100

Variabel Laki-laki Perempuan Total

Dari 98 responden, 49 responden (50%) berjenis kelamin perempuan, sedangkan 49 responden (50%) sisanya berjenis kelamin laki-laki. 4.1.3 Deskripsi Pengetahuan Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan memberikan kuesioner yang memuat 40 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang Gonorrhea kepada 98 orang responden yang ada di kelas X, XI, XII SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4

Distribusi frekuensi pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea Frekuensi (n) 15 66 Persen (%) 15,3 67,4

Kategori Baik Sedang

26

Buruk Total

17 98

17,3 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea dikategorikan sedang (67,4%) 4.1.3.1 Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi antara Umur dengan Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea No. 1 2 3 4 5 Umur 14 15 16 17 18 TOTAL N 5 4 6 15 Baik % 0 33,3 26,7 40 0 100 Pengetahuan Sedang N % 3 4,5 18 29 14 2 66 27,3 43,9 21,3 3 100 Buruk N 2 4 6 4 1 17 % 11,8 23,5 35,3 23,5 5,9 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan umur maka didapat pada kelompok usia 14 tahun responden berpengetahuan baik tidak ada, berpengetahuan sedang sebanyak 3 responden (4,5%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 2 responden (11.8%). Pada kelompok usia 15 tahun mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 5 responden (33.3%), berpengetahuan sedang sebanyak 18 responden (27,3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 4 responden (23,5%). Pada kelompok usia 16 tahun mayoritas yang berpengetahuan baik sebanyak 4 responden (26,7%), berpengetahuan sedang

27

sebanyak 29 responden (43,9%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 6 responden (35,3%). Pada kelompok usia 17 tahun yang berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (40%), berpengetahuan sedang sebanyak 14 responden (21,3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 4 responden (23,5%). Dan pada kelompok usia 18 tahun mayoritas responden berpengetahuan baik tidak ada, berpengetahuan sedang sebanyak 2 responden (3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 1 responden (5,9%). 4.1.3.2 Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi antara Jenis Kelamin dengan Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea No 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL 16 Baik N % 7 43,8 9 56,2 100 69 Pengetahuan Sedang N % 34 49,3 35 50,7 100 13 Buruk N % 8 61,5 5 38,5 100

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan jenis kelamin, maka didapati pada kelompok berjenis kelamin laki-laki mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (43,8%), berpengetahuan sedang didapati sebanyak 34 responden (49,3%) dan berpengetahuan buruk sebanyak 8 responden (61,5%). Pada kelompok berjenis kelamin perempuan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (56,2%), berpengetahuan sedang sebanyak 35 responden (50,7%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 5 responden (38,5%). 4.1.3.3 Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

28

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi antara Tingkatan Pendidikan dengan Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea

Tingkat Pendidikan X XI XII TOTAL

Baik N 3 5 7 15 % 20 33,3 46,7 100 N 23 22 21 66

Sedang % 34,9 33,3 31,8 100 N 7 6 4 17

Buruk % 41,2 35,3 23,5 100

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan tingkatan pendidikan, maka didapati pada kelas X responden yang berpengetahuan baik sebanyak 3 responden (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 23 responden (34,9%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 7 responden (41,2%). Pada tingkat pendidikan kelas XI didapati yang berpengetahuan baik sebanyak 5 responden (33,3%), yang berpengetahuan sedang sebanyak 22 responden (33,3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 6 responden (35,3%). Pada tingkat pendidikan kelas XII didapati yang berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (46,7%), berpengetahuan sedang sebanyak 21 responden (31,8%) dan yang berpengetahuan buruk didapati sebanyak 4 responden (23,5%). 4.2 Pembahasan Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berada dalam kategori sedang. Ini dikarenakan sudah terdapatnya pembahasan tentang gonorrhea didalam kurikulum pembelajaran responden yaitu dalam mata pelajaran Biologi dan sudah banyaknya media elektronik atau media cetak yang memberikan informasi tentang penyakit ini.

29

Tetapi meskipun sudah ada kurikulum pembelajaran dan media yang memberitakan penyakit ini, tidak semua remaja mengetahui tentang penyakit menular seksual tersebut. Masih banyak remaja yang terjerumus ke seks bebas dan mendapat penyakit menular seksual dikarenakan salah satu faktor yaitu minimnya pengetahuan seks yang benar dan terpadu melalui pendidikan formal (sekolah) maupun informal (orang tua). Orang tua masih menganggap bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu. Sehingga para remaja yang begitu penasaran mencari tahu sendiri informasi terkait seks melalui berbagai media dengan cara yang salah dan akhirnya tanpa sadar telah terjerumus ke seks bebas.
(21)

Menurut Suryanto (2007), informasi adalah salah satu organ pembentuk pengetahuan dan memegang peranan besar dalam membangun pengetahuan. Semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. Banyak juga media elektronik yang memberikan informasi tentang penyakit ini. Media massa merupakan wahana bagi banyak isu dalam masyarakat dan hadir dalam berbagai bentuk dan memiliki peran penting dalam menyebarkan berbagai informasi dan pendapat sehingga menjadi elemen penting dalam masyarakat dan memiliki potensi untuk kepentingan tertentu. (22) Berdasarkan penelitian ini, dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan umur maka didapat pada kelompok usia 14 tahun responden berpengetahuan baik tidak ada, berpengetahuan sedang sebanyak 3 responden (4,5%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 2 responden (11.8%). Pada kelompok usia 15 tahun mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 5 responden (33.3%), berpengetahuan sedang sebanyak 18 responden (27,3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 4 responden (23,5%). Pada kelompok usia 16 tahun mayoritas yang berpengetahuan baik sebanyak 4 responden (26,7%), berpengetahuan sedang sebanyak 29 responden (43,9%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 6 responden (35,3%). Pada kelompok usia 17 tahun yang berpengetahuan baik sebanyak 6

30

responden (40%), berpengetahuan sedang sebanyak 14 responden (21,3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 4 responden (23,5%). Dan pada kelompok usia 18 tahun mayoritas responden berpengetahuan baik tidak ada, berpengetahuan sedang sebanyak 2 responden (3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 1 responden (5,9%). Pada penelitian ini responden berumur 15 tahun (33,3%) memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada yang berumur 16 tahun (26,7%). Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hadi, et al (2008), bahwa pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. (23) Notoadmodjo (2003) mengemukakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi seberapa banyak informasi yang diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh kecepatan seseorang dalam menerima informasi yang diperoleh, sehingga semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baiklah pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperolehnya maka semakin kurang pengetahuannya. (22) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan informasi, dan semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin berkualitas hidupnya. Dilihat berdasarkan tingkatan pendidikan, bahwa pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea didapati pada kelas X responden yang berpengetahuan baik sebanyak 3 responden (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 23 responden (34,9%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 7 responden (41,2%). Pada tingkat pendidikan kelas XI didapati yang berpengetahuan baik sebanyak 5 responden (33,3%), yang berpengetahuan sedang sebanyak 22 responden (33,3%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 6 responden (35,3%). Pada tingkat

31

pendidikan kelas XII didapati yang berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (46,7%), berpengetahuan sedang sebanyak 21 responden (31,8%) dan yang berpengetahuan buruk didapati sebanyak 4 responden (23,5%). Pada hasil ini kelas XII memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada kelas XI dan X. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardi (2009), tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin baik pula pengetahuannya. (22) Ditinjau hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, didapati pada kelompok berjenis kelamin laki-laki mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (43,8%), berpengetahuan sedang didapati sebanyak 34 responden (49,3%) dan berpengetahuan buruk sebanyak 8 responden (61,5%). Pada kelompok berjenis kelamin perempuan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (56,2%), berpengetahuan sedang sebanyak 35 responden (50,7%) dan yang berpengetahuan buruk sebanyak 5 responden (38,5%). Hanifah (2007) mengemukakan bahwa di masyarakat, gender menentukan bagaimana dan apa yang harus diketahui oleh laki-laki dan perempuan mengenai masalah seksualitas, termasuk perilaku seksual, kehamilan, dan penyakit menular seksual (PMS). Kontruksi sosial mengenai atribut dan peran feminin ideal menekankan bahwa ketidaktahuan seksual, keperawanan dan ketidaktahuan perempuan mengenai masalah seksual merupakan tanda kesucian sehingga dikatakan bahwa laki-laki lebih mengetahui masalah seksualitas daripada perempuan, karena perempuan dianggap lebih pasif sedangkan laki-laki lebih aktif dalam mencari informasi mengenai seksualitas. Hail penelitian tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hanifah. Hasil penelitian ini menunjukkan perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada laki-laki.
(23)

Menurut Sarwono adanya kecendrungan yang bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria dan berpeluang mendapatkan pendidikan yang sama atau bahkan lebih tinggi dari pada pria. Dari

32

hasil studi yang dilakukan ahli psikologi dan ahli test IQ, selama 100 tahun belakangan nilai tes IQ baik pria dan wanita mengalami peningkatan, namun wanita meningkat lebih cepat. Perempuan ternyata memiliki setengah hingga satu poin lebih tinggi dari laki-laki sehingga perempuan lebih memahami akan pengetahuan yang diberikan kepadanya.(24) Dapat disimpulkan bahwa yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang Gonorrhea ditinjau dari umur berada pada 17 tahun, dari tingkat pendidikan berada pada kelas XII dan jika dilihat dari jenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada laki-laki.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea dikategorikan sedang. Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan umur, didapati yang memiliki pengetahuan lebih baik berada pada umur 17 tahun (40%).

33

Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan tingkat pendidikan, maka didapati kelas XII (46,7%) memiliki pengetahuan lebih baik daripada kelas X (20%) dan XI (33,3%).

Tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tentang Gonorrhea berdasarkan jenis kelamin, didapati perempuan (56,2%) memiliki pengetahuan lebih baik daripada laki-laki (43,8%).

5.2

Saran Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, maka beberapa saran yang dapat

dikemukakan adalah: 1. Bagi pihak sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan diharapkan agar memperhatikan pentingnya pendidikan seks dan reproduksi kepada siswasiswi secara merata, baik melalui jalur sekolah ataupun diluar sekolah, 2. Bagi siswa-siswi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan disarankan untuk memperdalam pengetahuan seksual dari berbagai sumber yang benar seperti seminar kesehatan, jurnal kedokteran dan sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak mendapat informasi yang salah. 3. Kepada orang tua para siswa agar lebih memperhatikan pergaulan anakanaknya agar bisa terhindar dari dampak negatif di dalam pergaulan. 4. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari dampak negatif di kehidupan sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan agama di lingkungan sekolah atau lingkungan rumah.

34

DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmojo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007: 261-74 2. Universitas Sumatera Utara, Pendidikan Seksual, (online), (http://repository.usu.ac.id, diakses 12 September 2011)
3. Syaiful W, Pergaulan Bebas Remaja di Kota Banjarmasin, Kalsel, (online),

(http://kompasiana.com/post/regional/2012/02/19/pergaulan-bebas-remaja-dikota-banjarmasin-kalsel/, diakses 19 Februari 2012) 4. Kurniawan Yudi, Perilaku Menyimpang pada remaja : Krimal atau (Hanya) Kenakalan remaja?, (online), (http://kompasiana.com/post/edukasi/2012/02/19/

35

perilaku-menyimpang-pada-remaja-kriminal-atau-hanya-kenakalan-remaja/, diakses 19 Februari 2012) 5. Hida Taura, Perilaku Seks Bebas dalam Perspektif Kemanusiaan, Agama, dan Sosial Budaya, (online), (http://kompasiana.com/post/metro/2011/03/30/perilakuseks-bebas-dalam-perspektif-kemanusiaan-agama-dan-sosial-budaya/, diakses 30 Maret 2011) 6. Dewi Puspita I, Barakhah Jusuf. Gonore pada Usia Remaja di Divisi Penyakit Menular Seksual Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Ilmu kesehatan Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001; 13 : 61-7 7. Fahmi Sjaiful D. Gonore. In: Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 : 367-78 8. Jawas Abdullah Fitri, Murtiastutik Dwi. Gonore patients in sexually transmitted disease division, dermato, venereolgy department of dr. Soetomo General Hospital in 2002-2006. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2008 ; 20 : 217-28 9. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Terhadap Infeksi Menular Seksual, (online), (http://skripsi.com/gambaran-pengetahuan-dan-sikap-remajaSMA-terhadap-infeksi-menular-seksual, diakses 4 April 2012) 10. Jawetz, Melnick, Adelbergs. Mikrobiologi Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika, 2001: 419-28 11. Fahmi Sjaiful D. Gonore. In: Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. 3th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002: 347-58 12. Lachlan Mc. Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Yogyakarta: Buku Ilmiah Kedokteran, 1987: 108-32 13. Fahmi Sjaiful D. Gonore. In: Infeksi Menular Seksual. 4th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2009: 65-71 14. Murtiastutik D. Buku ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press, 2008: 84-8, 109-14
15. Hidayat W, Penyakit gonorre, (online), (http://psik-unipdu.blogspot.com, diakses

30 November 2011)

36

16. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010: 171-76 17. Chandra Budiman. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC, 1995: 7-10 18. Sastroasmoro Sudigdo, Ismael Sofyan. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3th ed. Jakarta: Sagung Seto, 2008: 255-76 19. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005: 185-91 20. Imron Moch, Munif Amrul. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2010: 149-54 21. Hasan Muhammad Nur, Sex Education Solusi Dini Terhadap Remaja Masa Kini, (online), (http://kompasiana.com/Sex-Education-Solusi-Dini-Terhadap-RemajaMasa-Kini, diakses 7 September 2012) 22. Pengetahuan dan Hal yang Mempengaruhinya, (online), (http//kmasyarakat.com/ Pengetahuan-dan-Hal-yang-Mempengaruhinya, diakses 15 Maret 2012) 23. Linda Chiuman. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2009, (online), (http://repository.usu.ac.id, diakses 8 November 2010) 24. Studi: Perempuan Lebih Pintar dari Laki-laki, (online), (http//metrotvnews.com/Studi-Perempuan-Lebih-Pintar-dari-Laki-laki, diakses 20 Desember 2012)

37

PENGANTAR dan INFORMED CONSENT Pengantar Saya, Sonda Finka Harahap, mahasiswi FK UISU semester VII, sedang melakukan penelitian untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswa/i SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang tentang Gonorrhea. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka melengkapi penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Partisipasi Saudara/i sangat penting dalam penelitian ini, maka peneliti mohon kesediaannya untuk mengisi daftar pertanyaan di bawah ini. Jawablah pertanyaan sesuai dengan kenyataan yang Saudara/i ketahui dan jawablah dengan jujur, tidak harus sama dengan orang lain. Oleh karena itu, Saudara/i diminta untuk memberikan jawaban apa adanya sesuai dengan apa yang Saudara/i ketahui.

38

Jawaban kuesioner dari Saudara/i sangat diharapkan sehingga hasil dari kegiatan ini dapat bermanfaat. Semua keterangan yang Saudara/i sampaikan akan menjadi rahasia penelitian, tidak akan disebarluaskan, dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian. Informed Consent Setelah membaca pengantar diatas, maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut. Semua keterangan yang saya sampaikan adalah benar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, ........................... 2012 RESPONDEN

(.............................................) KUESIONER PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA/I SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG GONORRHEA I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Suku/Bangsa Pekerjaan Orang tua : : : : : :

39

II.

Ayah Ibu

: : :

Kelas KUESIONER

1. Apakah anda pernah mendengar tentang gonorrhea? a. Pernah b. Lupa c. Tidak pernah 2. Darimana Anda pernah mendengar tentang gonorrhea? a. Media cetak, media elektronik, pelajaran di sekolah, perkataan orang b. Lupa c. Tidak pernah 3. Apakah sebutan lain untuk penyakit gonorrhea? a. Kencing nanah b. Kencing nanah dan raja singa c. Raja singa 4. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan gonorrhea? a. Penyakit Menular Seksual b. Penyakit Menular Seksual dan pernafasan c. Penyakit pernafasan 5. Apa yang dimaksud Penyakit Menular Seksual? a. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual b. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan sentuhan kulit c. Penyakit yang ditularkan melalui sentuhan kulit 6. Wilayah mana saja penyakit gonorrhea ini berada? a. Seluruh dunia b. Asia, Eropa dan Samudera Hindia c. Samudera Hindia 7. Daerah manakah yang paling rentan/berisiko terkena gonorrhea? a. Area Pekerja Seks Komersil b. Diskotik

40

c. Mall 8. Mikroorganisme penyebab gonorrhea termasuk golongan? a. Bakteri b. Bakteri dan juga jamur c. Jamur 9. Mikroorganisme apakah yang menyebabkan gonorrhea? a. Neisseria gonorrhoeae b. Neisseria gonorrhoeae dan Escherichia coli c. Escherichia coli 10. Darimanakah penularan penyakit gonorrhea? a. Berganti-ganti pasangan seksual b. Berganti-ganti pasangan seksual dan memakai alat suntik bersama c. Memakai alat suntik bergantian 11. Gonorrhea dapat ditularkan melalui? a. Hubungan seksual b. Hubungan seksual dan pegangan tangan c. Berpegangan tangan 12. Bagaimanakah cara penularan gonorrhea? a. dari alat kelamin-alat kelamin b. dari alat kelamin-alat kelamin dan juga dari mulut-mulut c. dari mulut-mulut 13. Apakah gonorrhea bisa menular melalui alat-alat seperti handuk, pakaian, air? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 14. Bagian tubuh mana yang mudah terinfeksi gonorrhea? a. Alat kelamin b. Alat kelamin dan kulit c. Kulit

41

15. Apakah ibu yang menderita gonorrhea bisa menularkan penyakitnya ke anak yang dikandungnya? a. Bisa b. Ragu-ragu c. Tidak bisa 16. Jika bayi dalam kandungan tertular gonorrhea dari ibunya, bagian tubuh mana yang terjangkit? a. Mata b. Mata dan mulut c. Tidak ada karena bayi tidak dapat tertular gonorrhea dari ibunya 17. Jika bayi dalam kandungan tertular gonorrhea dari ibunya, apa tanda-tanda bayi tersebut tertular gonorrhea? a. Mata bengkak dan keluar nanah b. Mata dan mulut bernanah c. Tidak ada karena bayi tidak dapat tertular gonorrhea dari ibunya 18. Pada penyakit gonorrhea, berapa kali penderita gonorrhea melakukan hubungan seksual dengan pasangannya sehingga pasangannya itu dapat tertular gonorrhea darinya? a. Sekali b. 1-10 kali c. >10 kali 19. Apakah anda tahu gejala dari gonorrhea? a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu 20. Apakah gejala-gejala dari gonorrhea? a. Buang air kecil bernanah, nyeri pada saat buang air kecil, rasa gatal, panas b. Nyeri pada saat buang air kecil, gatal, panas, buang air kecil berdarah c. Penurunan berat badan, mencret, bintik-bintik kemerahan disekitar alat kelamin

42

21. Jika wanita terkena gonorrhea, apakah selalu timbul gejala dan tanda jika ia terjangkit penyakit tersebut? a. Tidak b. Ragu-ragu c. Ya 22. Siapakah yang paling cepat merasakan timbulnya gejala/tanda jika seseorang terkena penyakit gonorrhea? a. Pria yang tertular penyakit ini b. Pria dan wanita yang tertular penyakit ini c. Wanita yang tertular penyakit ini 23. Apa gejala dan tanda jika seseorang menderita gonorrhea di mulutnya? a. Nyeri tenggorokan dan susah menelan b. Nyeri tenggorokan dan batuk c. Tidak ada gejala dan tanda karena gonorrhea tidak menulari daerah mulut 24. Apa salah satu cara untuk mencegah terkena penyakit gonorrhea? a. Setia pada satu pasangan dan memakai kondom pada saat berhubungan intim b. Setia pada pasangan dan menggunakan pil KB c. Menggunakan pil KB 25. Siapa yang harus diberikan pengobatan jika ada seseorang yang menderita gonorrhea? a. Si penderita gonorrhea b. Si penderita gonorrhea dan ibunya c. Ibu dari penderita gonorrhea 26. Apakah penyakit yang paling tinggi angka kejadiannya diantara penyakit menular seksual? a. gonorrhea b. gonorrhea dan HIV/AIDS c. Sifilis 27. Siapakah orang yang paling berisiko terkena gonorrhea?

43

a. Pekerja Seks Komersil b. Pekerja Seks Komersil dan Ibu rumah tangga c. Pekerja kantoran 28. Umur berapakah seseorang rentan terkena penyakit gonorrhea? a. Semua usia jika memiliki faktor yang dapat menyebabkan ia terkena gonorrhea. b. 15-30 tahun c. >80 tahun 29. Adakah vaksin untuk mencegah seseorang terjangkit penyakit gonorrhea? a. Tidak ada b. Ragu-ragu c. Ada 30. Dapatkah gonorrhea sembuh sendiri tanpa diobati? a. Tidak b. Ragu-ragu c. Ya 31. Dapatkah gonorrhea menyebar ke bagian tubuh lainnya? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 32. Untuk mengobati penyakit gonorrhea digunakan obat? a. Antibakteri b. Antibakteri dan Antijamur c. Antijamur 33. Selain diberikan pengobatan, apa yang dapat mencegah seseorang tertular gonorrhea? a. Penyuluhan tentang gonorrhea b. Penyuluhan dan pemberian pil KB gratis c. Dilakukan sunat massal gratis 34. Jika seseorang dalam masa pengobatan penyakit gonorrhea, bisakah ia melakukan hubungan seksual dengan pasangannya?

44

a. Tidak b. Ragu-ragu c. Ya 35. Dapatkah mikroorganisme gonorrhea mati jika dipanaskan? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 36. Bisakah mikroorganisme gonorrhea kebal terhadap obat-obatan? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 37. Dapatkan terjadi kemandulan pada pria/wanita yang terjangkit gonorrhea? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 38. Dapatkah penyakit gonorrhea merusak siklus haid/menstruasi pada seorang wanita yang tertular penyakit ini? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 39. Dapatkah pelaku hubungan seksual sesama jenis tertular penyakit gonorrhea? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak 40. Apakah Anda merasa sudah mengetahui tentang penyakit gonorrhea ini? a. Sudah b. Ragu-ragu c. Belum

Anda mungkin juga menyukai