Anda di halaman 1dari 15

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI PRESENTASI KASUS IDENTITAS Nama lengkap Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Masuk RS tanggal Bangsal Preceptor : Bp. P : 54 tahun : Laki laki : Wiraswasta : Ketanggungan 46/10, Yogyakarta : 1 September 2012 Pukul 17.00 WIB : Bougenvil Kelas III : dr. Ardi Pramono., Sp.An Ko-asisten

NO.RM :

577121

: Arif Handoko

I.

DATA SUBJEKTIF (alloanamnesis 5 September 2012 PUKUL 18.30 WIB) DI BANGSAL BOUGENVILLE A. Keluhan Utama: BAB sering dan cair B. Riwayat Penyakit Sekarang 1MSMRS Pasien mengeluh BAB besar sring dan cair lebih dari 7x sehari. Pasien juga merasakan sedikit pusing dan lemas. Pasien tidak merasakan nyeri saat BAB, tidak ada darah. Tidak ada benjolan di bagian anus. Pasien juga tidak merasakan nyeri perut, tidak ada mual dan makan minum pasien baik. Pasien memeriksakan diri ke puskesmas dan mendapatkan obat anti diare. HMRS Keluhan dirasakan meningkat, BAB masih sering, cair dan sedikit-sedikit. BAB lebih dari 10x sehari. Pasien merasa khawatir akan penyakitnya sehingga pasien memutuskan untuk memeriksakan diri ke RSUD. Di rumah sakit pasien disarankan untuk dilakukan colon in loop dan didapatkan hasil tumor recto sigmoid. Sehingga direncanakan operasi.

C.

Riwayat Penyakit Dahulu RM.01.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI 1. Keluhan yang sama disangkal

NO.RM :

577121

2. Diabetes diderita sejak 5 tahun yang lalu, kontrol rutin di puskesmas dengan meminum metformin 500mg 2x1 langsung setelah makan. Riwayat ngedrop atau mondok karena diabetes disangkal. Keluhan nyeri dada/sesak, pandangan kabur, sering terasa kleyengan paska duduk/tidur ke berdiri dan luka lama sembuh disangkal. Pola makan sudah berusaha selalu dijaga baik jumlah/jadwal/jenis dan konsultasi dengan ahli gizi di puskesmas. Olah raga kadang-kadang. Riwatat infeksi terutama saluran kemih disangkal. Hasil pemeriksaan gula darah terakhir 1 bulan yang lalu 195mg/dl. Pemeriksaan HbA1C belum pernah. 3. Asma disangkal 4. Alergi obat dan atau makanan/minuman disangkal 5. Penyakit batuk lama/flek/TB disangkal 6. Penyakit jantung/ginjal/hati disangkal 7. Riwayat mondok disangkal 8. Riwayat operasi sebelumnya disangkal D. Riwayat Penyakit pada keluarga Pasien tidak mengetahui dengan pasti tentang pola penyakit pada keluarganya. E. Riwayat Pribadi 1. Sosial ekonomi: keluarga dengan ekonomi berkecukupan

F.

Anamnesis Sistem Sistem SSP Sistem respirasi Sistem urogenital : Demam (-), penurunan kesadaran (-), kejang (-) : Sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), bunyi ngik-ngik (-) : Nyeri berkemih (-), sulit berkemih (-), warna air kemih kuning jernih (+) RM.02. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-) Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), diare (+), sembelit (-)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

Sistem integumentum : Kebiruan (-), pucat (-), kuning (-), bengkak-bengkak (-) Sistem muskuloskletal : Gerakan otot dan tulang bebas (+), bungkuk dan kelainan tulang belakang (-), nyeri sendi/otot (-). II. DATA OBJEKTIF (5 September 2012 ) PUKUL 18.30 WIB) DI BANGSAL BOUGENVIL A. PEMERIKSAAN FISIK 1. KESAN UMUM: cukup, compos mentis 2. Tanda Utama : TD Nadi Suhu : 120/70mmHg : 93 x/menit, isi & tegangan cukup, teratur, simetris : 36,5OC (axila)

Pernapasan : 25 x/menit, tipe thorakoabdominal Hipotensi ortostatik: 3. Status Gizi :

Relative Body Weight = (BB/(TB-100))x100% = 70/(165-100) = 91,4% Klasifikasi : Kurus ( Underweight ) : RBW < 90 %; Undernutrisi : RBW < 80 % Normal ( Ideal ) : RBW 90 100 % Gemuk ( Overweight ) : RBW > 110 % Obesitas apabila RBW > 120 % : Obesitas Ringan 120 130 %; Obesitas Sedang 130 140 %; Obesitas Berat > 140 %

4. Pemeriksaan Umum a. Kulit: sianosis (-), pucat (-), ikterik (-), rash (-) b. Otot: eutrofi (+), tonus baik (+), tanda radang (-), kekuatan otot c. Tulang: tanda radang (-), deformitas (-) d. Sendi: tanda radang (-), gerakan bebas (+) RM.03. 5 5 5 5

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

5. Pemeriksaan Khusus dan Status Interna a. Kepala: mesosefal, rambut: hitam, tidak mudah dicabut Mata: CA -/-, SI -/-, edema palpebra -/Hidung: rhinorea -/-, epistaksis -/Sinus: tanda peradangan (-) Mulut: mukosa bibir basah (+), stomatitis (-), gusi berdarah (-), hiperemis faring (-), tonsil TO Telinga: ottorea - /-, tragus pain - / -, mastoid pain - / -, serumen - / -, korpus alienum - / b. Leher Simetris (+), pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar gondok (-), pembesaran massa (-), peningkatan JVP (-), kaku kuduk (-) c. Thorak Pemeriksaan Thorax Anterior Pemeriksaan Thorax Posterior Inspeksi: Inspeksi: - Bentuk dada simetris (+) N - Tidak dilakukan - Hiperinflasi dada (-) - Nafas thorakoabdominal (+) - Ketinggalan gerak (-) - Retraksi (-) - Iktus kordis SIC V LMC sinistra Palpasi: Palpasi: - Fremitus suara hemithorak dextra = sinistra - Tidak dilakukan (+) - Pergerakkan dada kesan simetris - Ictus kordis teraba di SIC V linea mid clavikularis sinistra - Emfisema subkutis (-) - Tumor (-) Perkusi: Perkusi: - Sonor pada semua lapang paru, - Tidak dilakukan - Pemeriksaan batas paru hepar SIC V Auskultasi: Auskultasi: RM.04.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI - Suara paru: Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-. - Suara jantung: S1 - S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-) d. Abdomen e.

NO.RM :

577121

- Suara paru: Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.

Inspeksi: DD > DP (+), hernia (+), venektasi (-), sikatrik (-), darm contour (-), darm steifung (-). Auskultasi: BU (+) meningkat, metalic sound (-) Perkusi: Timpani (+), meteorismus (-), undulasi (-) Palpasi: Supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien ttb, balotement (-), massa ttb, hernia (-).

Ekstremitas Pemeriksaan Perfusi akral Pulsasi a.brachialis Pulsasi a. dorsalis pedis Capilarry Reffil Edema Gerakan bebas Kekuatan Tonus Klonus Trofi Reflek Fisiologis Reflek Patologis Meningeal Sign Sensibilitas +/+, N < 2 -/+/+ 5/5 normal -/eutrofi +/+, N (reflek tendo bisep) -/(hoffman, trommer) Superior Dex/sin hangat +/+, kuat +/+, < 2 -/+/+ 5/5 normal -/eutrofi +/+. N (reflek patela dan achiles) -/(babinski dan chadok) -/+/+, N RM.05. kuat Inferior Dex/sin hangat

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI c. Peradangan sendi Kuku sendok Clubing finger -/-/-/-

NO.RM :

577121

-/-/-/-

Anogenital: tidak dilakukan.

6. Status Anestesi a. b. c. d. Airway: Jalan nafas bersih, Mallampati 1, buka mulut > 3 jari, gigi palsu (-), pembesaran kelenjar tiroid (-). Breathing: Suara dasar vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-, sesak (-), ekspansi paru simetris (+) Circulation: s1-s2 reguler, bising (-), gallop (-), akral hangat nadi kuat dengan CRT < 2 Disability: GCS E4V5M6, Kesadaran kompos mentis, KU: baik

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hasil pemeriksaan Patohematologis 1 September 2012 Pukul 10.00 WIB PARAMETER HASIL HEMATOLOGY AUTOMATIC Leukosit 9,5 Eritrosit 4,52 Hemoglobin 11,8 Hematokrit 33,4 MCV 72,5 MCH 24,2 MCHC 33,6 Trombosit 295 Differential Telling Mikroskopis Basophil 0 Eosinophil 0 Netrofil Stab 0 Netrofil 41 Segmen Limphosit 45 Monosit 0 Penunjang NILAI NORMAL 4.6-10.6 4.2-5.4 12.0-18.0 37-47 81-99 27-31 33-37 150-450 0 0-5 0-3 40-74 18-48 0-8 UNIT 10e3/ul 10e3/ul gr/dl % Fl Pg Gr/dl 10e3/ul % % % % % % RM.06.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI Gol. Darah Waktu Perdarahan Waktu Penjendalan 200 910 <6 <12

NO.RM :

577121
Menit Menit

2. Hasil Pemeriksaan Patoimunologi 8 September 2012 Pukul 10.00 WIB Parameter HbsAg Hasil Negatif Metode Imunochromatography

3. Hasil Pemeriksaan Patobiokimia 1 September 2012 Pukul 10.00 WIB Parameter Glukosa Sewaktu Hasil 201 Nilai Normal 85-140 Unit mg/dl

Hasil Pemeriksaan Patobiokimia 5 September 2012 Pukul 10.00 WIB Parameter Glukosa Sewaktu Hasil 130 Nilai Normal 85-140 Unit mg/dl

4. Foto Thorak PA: Pulmo dan besar cor dalam batas normal 5. Colon in loop : kesan: Massa rectisigmoid

III.

DIAGNOSIS KERJA 1. Aktif: Tumor rectosigmoid 2. Pasif: DM tipe II

RM.07.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

IV.

PLANNING DAN PERSIAPAN PRE-OPERASI 1. Planning Medikamentosa dan Premedikasi a. Konsul UPD Bolus Injeksi Actrapid 20 U b. Valsartan 80mg, 1x1 c. Hentikan obat hipoglikemi oral 2. Planing Penunjang a. Evaluasi GDS; minimal 1 jam sebelum operasi, 1 kali intraoperasi dan 2 jam setelah operasi b. Urin rutin keton, protein dan sedimen, mikroalbuminuria c. Hemoglobin A1C d. Tes fungsi hati e. Kolesterol 3. Planing Diet Puasa 9 jam sebelum induksi anestesi. 4. Planing Monitoring dan Sasarn a. Pagi sebelum operasi cek GDS lagi - Operasi dilanjutkan jika GDS < 200 mg/dl, KU dan VS dalam batas toleransi b. Sasaran: - Meredakan kecemasan dan ketakutan - Mengurangi mual-muntah pasca bedah, memperlancar induksi anestesi dan meminimalkan jumlah obat anestesi 5. Planing Edukasi Lakukan relaksasi dan berdoa Patuhi apa yang disampaikan medis dan paramedic guna keberhasilan operasi RM.08.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI V. STATUS ANESTESI (INTRAOPERASI) Nama Umur Berat Badan Bangsal/ kelas Premedikasi : Bp.P : 54 tahun : 70 Kg : Bougenville/ III : Midazolam 5mg dan Fentanyl 100mcg

NO.RM :

577121

Diagnosis Pra-Bedah : Tumor recto sigmoid Diagnosis Pasca Bedah: Tumor recto sigmoid ASA Ahli anestesi Ahli bedah Perawat anestesi :1 : dr. Ardi Pramono, Sp.An : dr. Yunada, Sp.B KBD : Wasti

Jenis anestesi: Regional Anestesi Induksi: Propofol 100mg Pemeliharaan: O2 + N2O + Halothane : General Anestesi : (+) : 10 September 2012 : laparotomi : 120 mg/dl

Teknik anestesi Ijin Operasi Tanggal Operasi Jenis Operasi GDS

Permulaan pembiusan : jam 10.00 Permulaan Operasi Akhir operasi Pasien ke bangsal : jam 10.15 : jam 12.00 : jam 10.55 dengan Aldrete skor 10

Nilai Warna (merah muda: 2) RM.09.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI Obat-obat Pernapasan (Bernapas dalam: 2)

NO.RM :

577121

Sirkulasi (Tekanan darah menyimpang < 20% dari normal: 2) Kesadaran (Sadar siaga dan orientasi: 2) Aktivitas (Seluruh ekstremitas dapat digerakkan: 2) : Ondansentron 4 mg pukul 10.30 Ketorolac 30 mg pukul 10.30

Jumlah Cairan Infus: Puasa: 9 jam Jadi, PP adalah 9 (jam) x 70(kg) x 2 cc = 1260 cc Maintenance : 70 x 2 cc = 140 cc/ jam Stres Op sedang: 6 Jadi 6 x 70 = 420 cc Pada jam I : 50%(1260) + 140 +420 = 1190 cc/jam Pada jam II/III : 25%(1260) + 560 = 875 cc/jam Darah: (-) Urine: 50 cc a. Infus b. Antibiotika c. Analgesika d. Anti muntah f. Roboratia g. VI. PROGNOSIS RM.010. : RL 20 tpm : Sesuai operator : Ketorolac 30 mg / 8 jam/ IV : Ondansentron 1 ampul / KP : Awasi KU,vital sign, balance cairan dan perdarahan. Lain-lain :-

Instruksi Pasca Bedah

e. Posisi pasien : Supinasi dengan bantal selama 24 jam

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI 1. 2. 3. VII. Dubia et vitam Dubia et sanam Dubia et fungsionam : dubia et bonam : dubia et bonam : dubia et bonam

NO.RM :

577121

PEMBAHASAN Sampai saat ini diabetes masih menjadi masalah di seantero dunia. Dari laporan yang ada, prevalensi makin meningkat bersama peningkatan decade umur. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prevalensi tertinggi terdapat pada usia lanjut. Patofisiologi timbulnya diabetes tipe 2 yaitu adanya produksi insulin dan resistensi insulin. Kontrol terhadap gula darah dan terhadap komplikasi merupakan tujuan akhir. Target kadar gula darah agar dapat menghindari komplikasi adalah: pada saat puasa antara 80-120mg% serta 120-160 pada 2 jam sesudah makan. Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi kronik pada pembuluh darah (mikroangiopati dan makroangiopati) serta pada saraf (neuropati), sedangkan hiperglikemia akut akan menyebabkan efek langsung terjadinya disfungsi endotel, gangguan hemoreologi (trombosit, eritrosit, leukosit dan makrofag). (Rochmah walisah, 2011). Disfungsi endotel, hemoreologi dan peningkatan kadar gula darah dapat meningkatkan viskositas dan memperlambat laju oksigenasi dan nutrisi jaringan yang pada akhirnya dapat mnyebabkan hipoksia. Perubahan fisik karena perubahan komposisi tubuh yang menyertai pertabahan umur umumnya bersifat fisiologis, seperti turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, turunnya berbagai fungsi tubuh, termasuk turunnya fungsi system endokrin dalam mempertahankan toleransi tubuh terhadap glukosa. Menurunnya berat jaringan sasaran (khususnya jaringan otot), merupakan salah satu faktor yang menurunkan kecepatan ambilan glukosa, sehingga akan mengakibatkan kadar gula darah meninggi. Demikian juga turunnya jumlah cairan tubuh akan ikut meningkatkan kadar gula darah tersebut. Peningkatan jumlah jaringan lemak pada usia lanjut dianalogikan dengan keadaan kegemukan, oleh karena itu kenaikan kadar gula darah diduga karena terjadinya

RM.011.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

resistensi insulin. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka kenaikan kadar gula darah pada usia lanjut, mekanismenya dianggap sama dengan DM tipe2 (Rochmah wasilan, 2011). Dasar pemeriksaan perioperatif adalah anamnesa dan pemeriksaan fisik yang komperhensif. Sebagaimana diperkirakan bahwa sepertiga pasien diabetik tidak menyadari penyakitnya, mungkin penting untuk menskrining semua pasien rencana operasi sedang atau besar dengan memeriksa glycosylate hemoglobin(HbA1c). Pada penelitian pasien nondiabetik yang datang untuk penangana emergensi infeksi jaringan lunak, kurang dari 5% memiliki GDS >180mg/dL. Sebagai tambahan untuk informasi perioperatif yang standar, penanganan dari penyakit DM harus didokumentasikan lamanya pengobatan, pengobatan spesifik, dan isu resistensi insulin (Rothen, 2006). Pada pasien pemeriksaan yang tidak dilakukan meliputi urin rutin keton, protein dan sedimen, mikroalbuminuria, Hemoglobin A1C dan tes fungsi hati. Dalam management pasien DM perioperatif, kadar HbA1C merupakan sandaran yang bisa diandalkan dengan ketentuan < 6,5 menurut American Association of Clinical Endocrinoloist. Menurut Robertshaw (2000), pemeriksaan klinis termasuk penilaian adanya hipotensi orthostatik sebagai potensial dari neuropati otonom. Pemeriksaan funduskopi memberi informasi adanya kemungkinan pasien buta post operatif khususnya pada pasien operasi spinal yang memanjang (posisi prone) dan operasi jantung bypass. Pada pasien DM tipe 1 dihubungkan dengan sindroma Stiff joint yang berpotensi secara signifikan memberi resiko selama penanganan airway saat general anestesi. Mengenai sendi temporomandibula, atlanto occipital, dan vertebra servical lainnya, perawakan pendek kulit spt lilin yang dihubungkan dengan hiperglikemia kronik dan tidak adanya ensim glikosilasi kolagen sehingga menumpuk pada sendi. Adanya prayer sign dapat diketahui dengan mengamati pasien yang tidak dapat merapatkan permukaan kedua telapak tangan pada sendi falangs hal ini menggambarkan kekakuan sendi vertebra servikal dan berpotensi kesulitan intubasi. Lebih jauh, evaluasi airway seharusnya penilaian kelenjar tiroid dimana DM tipe 1, 15% diuhubungkan dengan penyakit autoimun seperti tiroiditis Hasimoto dan graves desease. Evaluasi laboratorium perioperatif pada semua pasien diabetes rencana operasi sedang atau mayor, operasi jantung atau nonjantung seharusnya termasuk konsentrasi gula serum, HbA1c, elektrolit, BUN, dan kreatinin (memperkirakan GFR). Sebagai tambahan urinalisis RM.012.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

seharusnya dinilai proteinuria dan mikroalbuminuria. Penelitian telah menunjukkan hubungan antara proteinuria preoperatif dengan angka kematian postoperatif bypass yang meningkat secara proporsional dengan konsentrasi protein di urine.EKG menilai R-R interval selama respirasi mungkin penting dalam mengetahui neuropati otonom (hilangnya variabilitas R-R saat denyut jantung pada ekspirasi maksimal menunjukkan neuropati otonom pada jantung. Hal lain yang tidak boleh terlupakan adalah penghentian OHO, pasien yang menggunakan metformin seharusnya menghentikannya karena beresiko terjadinya asidosis laktat. Chlorpropamida seharusnya dihentikan 3 hari sebelum operasi karena masa kerjanya memanjang, glibenclamid seharusnya dihentikan sekurang-kurangnya 24 jam sebelum operasi. Sebaiknya hindari penggunaan laktat. Pada pasien ini infus yang digunakan masih menggunakan RL, ini dapat meningkatkan konsentrasi gula darah. Pada management intraoperatif, tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada penyandang diabetes harus dipersiapkan seoptimal mungkin (sasaran kadar glukosa darah puasa <150 mg/dL (PERKENI 2002). Berikut beberapa gambaran tatalaksana pada operasi minor dan mayor pada DM tipe 1 dan 2: Bedah Minor DM tipe 1: Berikan insulin kerja sedang dengan dosis separuh total insulin pagi secara subkutan bila glukosa darah pagi sekurang-kurangnya 126 mg/dL. Gula darah diperiksa 1jam preoperasi dan sekurang-kurangnya 1 kali intraoperasi serta setiap 2 jam setelah operasi. Pemberian insulin rutin dimulai saat penderita mulai makan. DM tipe 2: Hentikan hipoglikemik oral pada hari operasi, gula darah diukur 1 jam sebelum operasi dan sekurang-kurangnya 1 kali intra operasi. Penderita yang mendapat terapi insulin sebelumnya di injeksi insulin subcutan dengan dosis separuh dari total dosis pagi bila kadar gula darah pagi sekurang-kurangnya 126mg/dL. Setelah operasi gula darah diperiksa per-2 jam selanjutnya per8 jam setelah penderita dapat makan.

RM.013.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

Bila konsentrasi gula darah >10mmol penderita ditangani sama seperti penanganan bedah mayor. Bedah Mayor Pasien diusahakan terjadwal sebagai operasi pertama di hari operasi tersebut terutama pada DM tipe 1 memudahkan pengelolaannya. Bila gula kadar darah pagi sekurang-kurangnya 150 mg/dL, (sumber yang lain >=126 mg/dL) pasien biasanya diberikan insulin dengan dosis setengah pemberian pagi secara SC diikuti pemberian infus glukosa 5% 1,5 cc/jam. Pada pasien tidak dilakukan seperti yang kita kemukakan diatas, hal ini dikarenakan keadaan dan sumber daya yang dimiliki.

Yogyakarta, September 2012

dr. Ardi Pramono., Sp.An

RM.014.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

CASE REPORT SESSION STASE ANESTESI

NO.RM :

577121

RM.015.

Anda mungkin juga menyukai