Sudah seberapa besarkah cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, apakah kita
lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun di dunia ini, termasuk
nyawa kita sendiri..?
Di bab Perang Uhud, buku Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa'id Ramadhani
Al-Buthy menuliskan hal berikut ini,
[start kutipan]
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda kepada para
sahabatnya:
“Siapa di antara kalian yang bersedia mencari berita untukku tentang
keadaan Sa‘ad bin Rabi? Masihkah ia hidup atau sudah matikah?”
Sa‘ad menjawab: “Beritahukan kepada beliau, bahwa aku sudah mati, dan
sampaikanlah salamku kepada beliau. Katakan kepada beliau, bahwa Sa‘ad
bin Rabi menyampaikan ucapan kepada anda (yakni Rasulullah SAW):
Semoga Allah SWT melimpahkan kebajikan sebesar-besarnya atas
kepemimpinan anda sebagai seorang Nabi yang telah diberikan kepada
ummatnya! Sampaikan juga salamku kepada pasukan Muslimin, dan
beritahukan bahwa Sa‘ad bin Rabi berkata kepada kalian:
“Allah tidak akan memaafkan kalian jika kalian meninggalkan Nabi SAW,
sedangkan masih ada orang-orang hidup di antara kalian.“
Meskipun Rasulullah SAW tidak hidup bersama-sama kita, bukan berarti kita
bisa mengaku-ngaku saja cinta kepadanya. Perlu ada bukti dari setiap
ucapan, perlu ada wujud dari setiap perkataan.
Buktikan rasa cinta kita kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan
mempelajari al-Quran dan sunnahnya, memahami kandungannya,
mentadaburi sejarahnya, dan mengamalankannya –sebisa kita- dalam
kehidupan sehari-hari.
Hadits riwayat Anas bin Malik RA: Bahwa seorang Arab badui bertanya
kepada Rasulullah SAW: "Kapankah kiamat itu tiba?" Rasulullah SAW
bersabda: "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?" Lelaki
itu menjawab: "Cinta Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah SAW bersabda: "Kamu
akan bersama orang yang kamu cintai" (HR Muttafa‘alaihi)
---000---