Anda di halaman 1dari 3

Nama : Npm :

Ahmad Nazaruddin 2011.01.0009

2)

Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan di dalam PHT ? Jawaban A. Pengendalian secara Biologi Pengendalian secara Biologi yaitu dengan melakukan pelestarian dan pemanfaatan Agen Pengendali Hayati (Agen Biokontrol). Agen Biokontrol diantaranya adalah musuh alami seperti Predator (laba-laba), Parasitoid (Trichogramma sp), Cendawan Entomopatogen (Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae), Bakteti entomopatogen (Bacillus

thuringiensis), Nematoda entomopatogen (Famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae) (Adam & Nguyen, 2002), virus entomopatogen (Nuclear Polyhedrosis Viruses /NPV, Granuloviruses /GV), dan Microsporodia. Sedangkan agen biokontrol (agen antagonis) untuk penyakit tanaman diantaranya adalah bakteri antagonis (Pseudomona fluorescens), cendawan antagonis (Gliocladium sp, Trichoderma sp). Pengendalian gulmapun banyak dikaji dengan menggunakan agen-agen hayati terutama kelompok fungi karena memiliki spesifisitas yang tinggi. Sebagai contohnya, pengendalian gulma Sesbania exaltata dengan fungi Colletotrichum truncatum (Jackson, 1996) dan Striga hermonthica dengan fungi parasit fakultatif Fusarium nygamai (Sauerborn, 1996).

B. Pemanfaatkan tumbuhan yang berpotensi sebagai biopestisida (Pestisida Nabati). Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial pestisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae (Arnason et al., 1993; Isman, 1995). Adapun contoh tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati adalah P. Retrofractum, Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon), Azadirachta indica, Tithonia diversifolia (daun paitan), Piper betle Linn. (daun sirih), Philodendron martianum (akar philodendron), Philodendron

bipinnatifidum (akar philodendron jari), Monstera deliciosa (akar monstera), dan Derris elliptica (akar tuba).

C. Penggunaan feromon, yaitu senyawa pemikat untuk mengundang serangga datang ke suatu tempat yang selanjutnya dijebak dan dibunuh juga termasuk kedalam aspekN pengendalian ramah lingkungan (Furlong & Pell, 1995). Bahkan dengan metode rekayasa, berbagai senyawa protein anti hama dapat diproduksi oleh tanaman sehingga pengembangan tanaman resisten semakin terbuka kemungkinannya (Kramer et al, 2000 dan Grisham, 2000).

D. Pengendalian secara Fisik dan Kultur Teknis. Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan membunuh/mengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan secara manual, sedangkan secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam. Beberapa teknik bercocok tanam antara lain :

Budidaya tanaman sehat (varietas toleran) Yaitu penanaman varietas tahan yaitu dengan melakukan penanaman benih sehat, melakukan pergiliran tanaman dan varietas,

Sanitasi Lingkungan, salah satunya dengan pengendalian gulma. Hal ini dikarenakan gulma dapat menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit tumbuhan.

Penetapan masa tanam Tanam serentak dan pengaturan jarak tanam Penanaman tanaman perangkap/penolak Penanaman tumpang sari (diversifikasi tanaman) dan rotasi tanaman Pengelolaan tanah dan air

Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi, Penggunaan kompos bioaktif yang berkualitas tinggi, juga berperan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman, terutama penyakit yang menyerang dari dalam tanah Pengendalian fisik dan mekanis ini bertujuan untuk menekan/mengurangi populasi OPT/kerusakan, mengganggu aktivitas fisiologis OPT yang normal, dan mengubah lingkungan fisik menjadi lingkungan yang kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan OPT.

Penggunaan pestisida sebagai alternatif pengendalian terakhir secara selektif. Selektivitas pestisida berdasarkan pada sifat fisiologis, ekologis dan cara aplikasi. Keputusan tentang penggunaan pestisida dilakukan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan ambang ekonomi/pengendalian. Pestisida yang digunakan harus yang efektif, terdaftar dan diizinkan. Disamping itu penggunaan pestisida berdasarkan ketepatan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat sasaran, tepat aplikasi, dan tepatwaktu.

Pengendalian Penyakit Tanaman secara Terpadu : Kegiatan pengendalian penyakit tanaman berdasarkan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu.

(PHT) dimulai dari masa pra-tanam sampai panen, bahkan rekomendasi pengendalian pada beberapa jenis tanaman juga menyangkut pasca panen. Dalam pelaksanaan pengendalian terjadi pada setiap fase tumbuh tanaman dengan melakukan pengamatan dan monitoring terhadap penyakit yang menyerang. Adapun prinsip pengelolaan terhadap penyakit tumbuhan adalah dengan strategi sebagai berikut : 1. Strategi untuk mengurangi inokulum awal 2. Strategi untuk mengurangi laju infeksi, dan

3. Strategi untuk mengurangi lamanya epidemi.

Anda mungkin juga menyukai