Anda di halaman 1dari 20

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Dalam laporan kali ini akan dijelaskan mengenai anatomi, fisiologi dan patofisiologi dari sistem respirasi. Hal tersebut akan dibahas dalam tinjauan pustaka

sedangkan dalam pembahasan akan dijelaskan mengenai hubungan hasil pemeriksaan yang dilakukan dengan keluhan utama pasien. Harapan penulis agar laporan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan skenario ini.

1.2

RUMUSAN MASALAH Bagaimana anatomi dan fisiologi paru-paru manusia normal Bagaimana penatalaksanaan penderita penyakit sistem respirasi?

1.3

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN Mengetahui anatomi dan fisiologi dari system respirasi. mengetahui patofisiologi penyakit Tuberkolosis, Efusi Pleura dan Karsinoma Paru.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ANATOMI SISTEM RESPIRASI

Secara garis besar urutan saluran pernapasan manusia adalah sebagai berikut : Rongga hidung - faring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).

ALAT-ALAT P[ERNAPASAN :
Rongga Hidung Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,

palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal) Laring Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil. Trakea Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah

belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak bersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.

Cabang-cabang Trakea (Bronkus) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

. PARU-PARU Paru-Paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Paru-paru terbagi 2 bagian yaitu paru kiri (pulmo sinister) yang terbagi menjadi 2 lobus dan paru kanan (pulmo dexter) yang terbagi 3 lobus. Paru-paru di bungkus oleh dua selaput yang tipis disebut pleura. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

2.1

MEKANISME RESPIRASI

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran gas yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler Pernapasan dalam adalah pertukaran gas yang terjadi antara udara dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi), maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan

luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar. Pernapasan Perut Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otototot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut. 1. Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. 2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1

KASUS Seorang pasien laki-laki, perokok, berusia 45 tahun. Datang dengan keluhan utama batuk

darah, sesak sejak 1 hari yang lalu. Penderita mengelu batuk berdahak sejak 2 bulan disertai demam hilang timbul dan keringat malam hari serta rasa tertindih benda berat pada dada kanan. Tidak mau makan 2 hari ini, dan berat badan menurun 4 kg dalam 1 bulan. Riwayat penyakit, tiga tahun yang lalu penderita mendapat pengobatan paket dari puskesmas selama 6 bulan. Saat mendapat pengobatan tersebut penderita pernah dirawat di rumah sakit karena muntah-muntah dan mata kuning. Penderita mempunyai anak yang masih balita. Pada pemeriksaan didapatkan konjunctiva pucat, auskultasi suara ronkhi pada paru kanan. Foto toraks tampak gambaran fibroinfiltrat dan kavitas di paru kanan. Gambaran sarang tawon pada apex paru kiri. Direncanakan pemeriksaan sputum, dan bila perlu bronkoskopi. 3.1.1 KATA KUNCI: 1. Usia 45 tahun 2. Perokok 3. Batuk darah 4. Sesak 5. Demam 6. Keringat malam hari 7. Tidak nafsu makan dan penurunan BB 8. Pengobatan paket puskesmas selama 6 bulan 9. Muntah-muntah

10. Konjunctiva pucat 11. Suara ronkhi 12. Pemeriksaan sputum dan bronkoskopi 3.1.2 PEMBAHASAN KATA KUNCI 1. Usia 20 tahun masih tergolong dalam usia produktif, dimana seseorang aktif dalam beraktivitas baik di dalam maupun di luar ruangan dan kemungkinan pasien tidak terlalu memperhatikan kesehatan dirinya. 2. Perokok: merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas basar, sel mukosa membesar (hipertrofi)mdan kelenjar mucus bertambah bnyak (hiperplasia). 3. Batuk darah (hemoptisis): umumnya penyebaban terjadinya batuk darah adalah karna robeknya saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek, adnya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex batuk. 4. Sesak nafas akibat penyempitan saluran napas akibat peningkatan sekresi / penumpukan secret. 5. Demam: akibat adanya infeksi pada saluran napas mengakibatkan adanya perlawanan antigen-antibody pirogen endogen asam arakidonat prokstakglandin meransang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. 6. Keringat malam hari: vasodilatasi menyebabkan hilangnya panas ke lingkungan dalam bentuk berkeringat. 7. Tidak nafsu makan dan penurunan BB: uk dan sesak yang penurunan nafsu makan akibat batuk dan sesak napas yang diderita mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi sehingga terjadi penurunan berat badan. 8. Pengobatan paket puskesmas selama 6 bulan: merupakan program kesehatan gratis pemerintah untuk penderita tuberkolosis paru. 9. Muntah-muntah: akibat peningkatan asam lambung dan menyebabkan dehidrasi.

10. Konjunctiva pucat: anemia / dehidrasi akibat muntah-muntah dan kurangnya asupan nutrisi. 11. Suara ronkhi: yaitu suara kasar yang terdengar pada auskultasi paru yang disebabkan oleh terhalangnya aliran udara yang melewati bronkus oleh eksudat. 12. Pemeriksaan sputum: dilakukan untuk mengetahui jenis mikoorganisme penyebab penyakit. Bronkoskopi : teknik visualisasi langsung dari trakea dan cabang-cabang utamanya, juga dapat digunakan untuk membuang benda asing.

3.1.3 PERTANYAAN TUBERKOLOSIS PARU 1. Jelaskan definisi dari tuberkolosis paru! 2. Jelaskan etiologi dari tuberkolosis paru! 3. Jelaskan patofisiologi Tuberkolosis paru! 4. Jelaskan manisfestasi klinis Tuberkolosis Paru! 5. Komplikasi apa saja yang dapat timbul dari Tuberkolosis paru? 6. Bagaimana penatalaksanaan medic Tuberkolosis Paru? 7. Sebutkan pemeriksaan diagnostic Tuberkolosis Paru! 3.1.4 JAWABAN PERTANYAAN

1. Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). 2. ETIOLOGI: Predisposisi: - usia

-jenis kelamain -genetika Presipitasi: -alergen -gaya hidup (perokok) -faktor lingkungan -cuaca -sosial ekonomi 3. PATOFISIOLOGI Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan, pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel dari orang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya berada di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala ini dapat sembuh dengan sendirinya.

Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi berkembang dan terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan fokus ghon disebut kompleks ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti keju, dapat mengalami kalsifiksi membentuk lapisan protektif sehingga kuman menjadi dorman.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif dapat juga

terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman. Hanya sekitar 10% yang awalnya terinfeksi yang mengalami penyakit aktif. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah yang dikenal denga penyebaran limfohematogen ke berbagai organ lain seperti usus, ginjal, selaput otak, kulit dan lain-lain.

4. Manifestasi klinik Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik: 1. Gejala respiratorik, meliputi: 1.1 Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan. 1.2 Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. 1.3 Sesak napas Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain. 1.4 Nyeri dada Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena. 2. 2.1 Gejala sistemik, meliputi: Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek. 2.2 Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia. 5. KOMPLIKASI Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. 6. PENATALAKSANAAN MEDIS TB Paru diobati dengan obat anti tuberkulosis selama periode 3 -9 bulan. Lima medikasi garis depan : Isoniasid (H), Ripamfisin (R), Streptomisin (S), Etambutol (E) dan Pirazinamid (Z). Pengobatan diberikan dalam 2 tahap : tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan tahap lanjutan penderita minum obat 3 kali seminggu.

Panduan obat yang ada di Indonesia meliputi : 1) Kategori 1 ; tahap intensif terdiri dari HRZE selama 2 bulan dan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan. Panduan ini diberikan pada penderita baru BTA positif, BTA negatif rontgen positif yang sakit berat dan TBC ekstra paru berat. 2) Kategori 2 ; tahap intensif diberikan selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan dengan HRZE dan suntikan Streptomisin setiap hari, 1 bulan dengan HRZE. Untuk tahap lanjutan. penderita diberi HRE selama 5 bulan. Panduan ini untuk penderita kambuh,gagal atau setelah lalai (after default). 3) Kategori 3 ; tahap intensif dengan HRZ selama 2 bulan dan tahap lanjutan dengan HR selama 4 bulan. Panduan ini untuk penderita BTA negative rontgen positif sakit ringan, ekstra paru ringan. Pencegahan: Imunisasi BCG pada anak balita Bila dicurigai sebagai sebagai penderita TBC harus segera diobati sampai tuntas. Jangan minum susu sapi mentah. Bagi penderita tidak membuang ludah sembarangan. Tidak melakukan kontak udara langsung dengan penderita. Pemenuhan nutriri yang adekuat Hidup bersih dan sehat, memperhatikan ventilasi udara dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah. Bagi penderita tutup mulut dengan sapu tangan, dan membuang dahak di tempat yang telah disediakan. Serta minum obat secara rutan.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

o o o o o o

Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). Pemeriksaan patologi anatomi (PA). Rontgen dada (thorax photo). Uji tuberkulin.

PATOFLOW DIAGRAM

Factor predisposisi

Inhalasi droplet oleh udara Bakteri masuk melalui slran pernapasan Mencapai alveoli

Factor presipitasi

Hidung

Bronkus

Saliva

System imun Melepas prostatglandin Merangsang hipotalamus posterior

Daya tahan tbuh kuat Bakteri Dorman

Bakteri berkembangbiak Inflamasi Fagosit (netrofil, makrofak & bakteri) Penumpukan sekret

Demam & metabolic

Fungsi saliva Batuk berdahak Bunyi mengi

Menyerang bronkus

TB paru

Makrofag mengelilingi bakteri

Granulomas dikelilingi o/ makrofag & membntuk dinding protektif Tuberkel kohn Sesak Jaringan fibrotik Pe otot-otot per. abdomen Reflex esofagus

Peradangan pd pleura

Pleuritis

Mengecil & pecah Msuk kpiler pmbuluh drah

Nekrotis

Mual, Muntah

Bakteri bereplikasi & membentuk seperti keju Tulang Otak Hati

Nafsu makan Batuk berdahak BAB Batuk berlendir Nutrisi krang dari kebutuhab tbuh Ggn. Difusi gas Hipoksemia Hipoksia

Asidosis metebolik

3.2

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN - Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap. - Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, keletihan, batuk dan terbentuknya sputum. - Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi, frekuensi batuk dan nyeri dada. - Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni, dan perkusi pekak. - Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri. - Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis dan pengobatannya. - Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN / POTENSIAL KOMPLIKASI - Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak. - Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang. - Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam. - Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen kuman TBC. - Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi. - Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan / anoreksia. - Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak adekuat.

- PK : efek samping medikasi. - PK : TB miliaris. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN 1) Peningkatan bersihan jalan napas. - Pantau tanda-tanda kental,dispnea,ronki) bersihan jalan napas tak efektif (sputum

- Tingkatkan masukan cairan yang adekuat. - Anjurkan menghirup uap hangat dengan kelembaban tinggi. - Anjurkan posisi yang nyaman untuk drainase sputum. - Kolaborasi pemberian ekspektoran. 2) Peningkatan regimen terapeutik. - Kaji tingkat kepatuhan pasien untuk pengobatan jangka lama. - Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol pengobatan dengan baik. - Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang faktor pendukung dan penghambat pengobatan. 3) Meningkatkan toleransi terhadap aktifitas. - Kaji faktor-faktor yang menimbulkan keletihan. - Pantau tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas. - Jelaskan manfaat aktivitas untuk mempercepat proses penyembuhan. - Tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri, bantu jika keletihan terjadi. - Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat. 4) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal. - Kaji tanda-tanda peningkatan suhu tubuh. - Jelaskan bagaimana suhu tubuh dapat meningkat akibat infeksi. - Pertahankan hidrasi adekuat.

- Kolaborasi pemberian antipiretika bila perlu. 5) Mengatasi nyeri akut. - Kaji tingkat nyeri (PQRST). - Jelaskan penyebab terjadinya nyeri. - Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi - Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu. 6) Meningkatkan nutrisi yang adekuat. - Kaji status nutrisi dan faktor-faktor yang mungkin mengganggu nafsu makan. - Jelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. - Anjurkan makan porsi kecil tapi sering. - Kolaborasi diet dengan ahli gizi. - Kolaborasi pemberian vitamin. 7) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pencegahan penularan. - Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara mencegah penularan. - Diskusikan faktor-faktor yang pendukung dan penghambat penularan. - Instruksikan pasien dan keluarga tentang prosedur pengendalian infeksi (menutup mulut saat batuk,mencuci tangan,membuang sputum pada tempatnya) 8) Mencegah komplikasi efek samping obat. - Pantau tanda / gejala efek samping obat. - Jelaskan efek samping masing-masing OAT. - Jelaskan hal-hal yang harus dihindari /dilakukan terhadap masing-masing jenis OAT. - Pantau kadar enzim-enzim hepar, BUN, Kreatinin untuk mendeteksi fungsi hepar dan ginjal.

- Instruksikan pasien menghubungi perawat/dokter bila terjadi efek samping.

Anda mungkin juga menyukai