Anda di halaman 1dari 17

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG PENANGANAN DISMENORE DI SMPN 1 JATINANGOR Diajukan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Nursing Research

Oleh: Nurul Khaira Rd. Gita Mujahidah Monika Rohmatika Dwiesty Fathia Noverina Elga Kristi Ginting Suci Perdana Putri Wina Tresnawati Anah Rostianah Putri Yani Lubis Mika Ginting Eka Wahyu Ningsih 220110100006 220110100017 220110100025 220110100026 220110100050 220110100071 220110100076 220110100095 220110100113 220110100118 220110100128

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang. Tumbuh kembang bertujuan untuk mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar kita dapat mendeteksi kelainan yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan dan segera dapat mengatasi permasalahannya. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. (Suganda Tanuwidjaya, 2002) Masa remaja adalah suatu konsep perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan kecepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. (Nancy Pardede, 2002) Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah tahap transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks primer yaitu menarche. Menarche terjadi pada remaja wanita antara 11-15 tahun (rata-rata 13 tahun). (Nancy Pardede, 2002) Menarche merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Menarche adalah menstruasi pertama kali dimana darah keluar dari vagina. Datangnya menarche justru membuat sebagian remaja, takut dan gelisah karena beranggapan bahwa darah haid merupakan suatu penyakit (Rosidah, 2006). Namun beberapa remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche, terutama mereka yang telah mengetahui tentang menarche. Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Pada masa ini tingkat kesuburan seorang wanita mencapai puncaknya dan secara seksualitas sudah siap untuk memiliki keturunan. Menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding

rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Menstruasi pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat reproduksi yang dipengaruhi hormon cukup baik untuk kehamilan. Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi (Proverawati dan misaroh, 2009). Namun pada beberapa wanita terdapat kelainan atau gangguan yang ada hubungan dengan menstruasi, salah satunya dismenore (rasa nyeri saat menstruasi) (Manuaba, 1999). Dismenore adalah menstruasi yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostagladin tertentu, prostaglandin F2 alfa, dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan kontriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat. ( Elizabeth J. Corwin) Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun.Ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga yang benar-benar muntah. Hal ini sangat mengganggu aktivitas wanita sehari-hari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja (Kingston, 1995). Menurut peneliti dari Jurusan Keperawatan STiKes Muhammadiyah Gombong, Siti Purwani dkk, sebanyak 55 dari 67 responden kurang memahami tentang pengetahuan dan penanganan dismenore. Menurut (Notoatmodjo, 2003) bahwa pengetahuan sesesorang dipengaruhi oleh beberapa faktor : sosial, ekonomi, kultur (budaya, agama) pendidikan dan pengalaman

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati tentang remaja putri yang mengalami menstruasi di Surakarta terhadap 85 responden, didapatkan hasil 60 siswi mengalami dismenore dan terkadang ada yang sampai meminta izin

untuk pulang karena tidak tahan terhadap dismenore yang dialami. Dari daftar kehadiran siswa di sekolah, didapatkan data bahwa hampir disetiap bulannya sekitar 10% selalu ada siswa perempuan yang tidak hadir dikarenakan sakit atau mengalami dismenore. Sekitar 30% siswi yang mengalami dismenore

mengonsumsi analgetik sebagai pereda nyeri, dan yang tidak mengonsumsi analgetik sebesar 70%. Namun menurut Wiknjosastro (2007) upaya pencegahan dismenore yang telah dilakukan oleh sebagian remaja tidak ada hasil yang memuaskan, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan para remaja tentang pencegahan dan penanganan dalam mengatasi dismenore itu sendiri.

(studi pendahuluan)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan tentang penanganan dismenore.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian adalah Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswi terhadap penanganan dismenorrea di SMPN 1 Jatinangor? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi pengetahuan siswi SMPN 1 Jatinangor terhadap penanganan dismenore. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang penanganan dismenorrea siswi SMPN 1 Jatinangor pada tingkat baik 2. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang penanganan dismenorrea siswi SMPN 1 Jatinangor pada tingkat sedang.

3. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang penanganan dismenorrea siswi SMPN 1 Jatinangor pada tingkat kurang. 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Perawat Mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari. 1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi Instansi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kajian bagi instansi terkait dalam upaya memberikan penyuluhan tentang penanganan dismenore bagi siswi di SMPN Jatinangor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan obyek dengan tepat dan

mempresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek (Martin dan Oxman, 1998). Pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu

pengetahhuan prosedural (procedural knowledge), pengetahuan deklaratif (declaratif knowledge). Pengetahuan prosedural lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu. Pengetahuandeklaratif menjawab

pertanyaan apakah sesuatu bernilai salah atau benar. Sedangkan pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang tidak dapat diungkapakan dengan bahasa. Misalnya: bagaimana cara kita menidahkan tangan. (Kusrini. 2006. Sistem pakar, Teori dan Aplikasi. Ed. 1. Yogyakarta: ANDI) 2.1.2 Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni: 1. Know (tahu) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari sebuah bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Comprehension (memahami) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek, yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi yang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

3. Application (Aplikasi) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analysis (analisis) Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materiatau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata kerja. 5. Synthesis (sintesis) Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluation (evaluasi) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penelitian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) ada enam faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan antara lain : 1. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan menunjukan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat dengan demikian pengetahuan juga meningkat. 2. Informasi Seseorang yang mempunyai sumbeer informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. 3. Budaya Tingkah laku manuasia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan. 4. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. 5. Sosial ekonomi Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat ekonomi akan menambah pengetahuan. 6. Umur Semakin bertambah umur maka akan semakin bertambah

pengetahuannya.

2.2 Menstruasi 2.2.1 Pengertian Menstruasi/ perdarahan periodik normal uterus, merupakan fungsi fisiologis yang hanya terjadi pada wanita. Pada dasarnya menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh hormon hipofisis dan ovarium. Interval antar periode menstruasi bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan emosi serta lingkungan. Cairan menstruasi mengandung darah, sel epitel vagina dan endometrium yang terkelupas, lendir serviks dan bakteri. Prostaglandin dapat ditemukan pada darah menstruasi bersama dengan enzim dan fibrinolisin dari endometrium. Fibrinolisin ini mencegah menggumpalnya darah menstruasi kecuali terjadi perdarahan yang berlebihan. Faktor-faktor berikut dapat memengaruhi perdarahan menstruasi perdarahan menstruasi : (a) fluktuasi kadar hormon ovarium, hipofisis, prostaglandin dan kadar enzim, (b) variabilitas sistem saraf otonom, (c) perubahan vaskularisasi (statis, spasme-dilatasi), (d) faktor lain seperti status nutrisi dan psikologis yang tidak biasa. (Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll. 2009. Buku saku obstetri & Ginekologi.JKT.EGC) 2.2.2 Gangguan menstruasi Gangguan menstruasi merupakan salah satu dari 10 kondisi yang paling sering dijumpai (Scambler dan Scambler, 1993). Masalah menstruasi yang umum terjadi meliputi :

1) Menoragi Menoragi terjadi pada sekitar 10% wanita dan biasanya didefinisikan sebagai perdarahan menstruasi lebih dari 80 ml. Perdarahan tersebut dapat sangat banyak maupun memanjang, atau bahkan keduanya. Pada wanita muda, menstruasi yang terkadang sangat banyak tidak perlu dilakukan pemeriksaan khusus tetapi perubahan apapun dalam pola menstruasi wanita lanjut usia harus diperiksa secara seksama. 2) Amenora Definisi amenora dalam Oxford Concise Medical Dictionary adalah tidak terjadi atau terhentinya menstruasi . 3) Oligomenore Oligomenore adalah menstruasi yang tidak teratur. Penyebab oligomenore dan amenore sekunder antara lain : o Kehamilan o Gangguan makan o Stress, gangguan emosi o Olahraga berat o Tumor hipofisis atau hiperprolaktinemia o Adhesi uterus atau sindrom asherman o Sindrom ovarium polikistik o Gagal ovarium prematur o Radioterapi dan kemoterapi 4) Dismenore A. Pengertian Dismenore adalah menstruasi yang sangat nyeri, banyak wanita yang merasakan ketidaknyamanan pada awitan menstruasi. Tetapi tingkat ketidaknyamanan dismenore jauh lebih tinggi, dengan nyeri yang sering kali dirasakan dipunggung bawah dan menjalar kebawah hingga ke bagian atas tungkai. Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan 10-15% dan di

Swedia sekitar 72%. Angka kejadian dismenore primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalami. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa beraktivitas, adapula yang tidak mampu melakukan aktivitas apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing

(Proverawati dan misaroh, 2009). Achmad Suparto (2009) menyebutkan hasil dari penelitian sebelumnya, mengganggu yang sekitar menyatakan 50% dari bahwa dismenore dalam dapat periode

perempuan

reproduksi, dan 60-85% untuk usia remaja. Hal ini menyebabkan mereka absen dari sekolah dan kantor. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ninik Fajaryati (Maret 2011) di SMP N 2 Mirit Kebumen dengan metode wawancara, didapatkan 10 responden mengalami dismenore primer setiap menstruasi. Responden melakukan penanganan dismenore primer dengan beberapa cara, diantaranya menggunakan minyak kayu putih sebanyak 3 responden (30%), istirahat 2 responden (20%), dan yang tidak pernah melakukan penanganan dismenore 3 responden (30%). Sebagian kecil siswi sebanyak 2 responden (20%) mengalami penurunan dismenore setelah melakukan olahraga dan 8 responden tidak pernah melakukan olahraga secara teratur. Dari 8 responden yang tidak pernah melakukan olahraga secara teratur, sebanyak 6 responden (60%) malas untuk melakukan olahraga dan 2 responden (20%) tidak mengetahui manfaat olahraga yang dapat menurunkan dismenore. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Purwani dkk (2010) di SMAN I Petanahan Desa Tresnorejo, Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen, berdasarkan informasi yang di dapat dari guru biologi para siswa belum mendapatkan informasi yang jelas tentang penanganan dismenore tapi para siswi sudah di

kenalkan tentang alat- alat reproduksi dan siklus menstruasi. Setelah dilakukan wawancara dengan siswi dikelas X3 yang berjumlah 10 orang mereka mengatakan belum mengetahui tentang dismenore dan penangananya. Dan kebiasaan yang dilakukan para siswi untuk mengatasi dismenore adalah cukup dengan istirahat di tempat tidur atau ijin tidak mengikuti pelajaran dan minum jamu kalau di rumah. B. Penanganan Dismenore Berikut ini beberapa penanganan untuk mengatasi dismenore : 1. Terapi musik Musik dikenal melalui penelitian sebagai fasilitas perangsang relaksasi non farmasi yang aman, murah dan efektif. Musik memiliki peran signifikan dalam merawat pasien dengan kecemasan dengan jalan mempengaruhi proses fisiologis dan psikologis sehingga mampu membuat pasien mengalami keadaan yang aman dan menyenangkan, tetapi musik tidak seperti obat yang berpotensi menyebabkan ketergantungan. Dengan mendengarkan musik tertentu,

terutama yang mengandung unsur ritme yang sesuai ritme tubuh manusia secara seksama dalam durasi yang cukup panjang selama dysmenorrhea dapat mengurangi intensitas nyeri yang diderita. Efek penurunan nyeri dari mendengarkan musik disebabkan oleh relaksasi yang mempengaruhi otak dan menimbulkan perubahan fisiologis yang cukup bermakna. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Krishna Vidya Amelia, Ratna Indriawati, pada responden yang diperdengarkan jenis musik A (instrumental yang terdiri hanya melodi saja) kurang memberikan respon penurunan nyeri yang bermakna. Kebanyakan dari mereka tidak dapat mencapai kondisi nyeri hilang sepenuhnya pada menit terakhir pencatatan data, yaitu menit ke 90. Sedangkan pada responden yang diperdengarkan jenis musik B (akustik yang memiliki

komponen melodi dan vokal) lebih menunjukkan adanya perubahan bermakna, namun data tersebut kurang bermakna dibanding responden yang diperdengarkan jenis musik C (slow band yang merupakan perpaduan antara melodi, vokal dan ritme ). Pada responden yang diperdengarkan jenis musik B didapatkan 4 orang responden sudah tidak merasakan sakit yang bermakna pada menit ke 60. Dan dari data yang diperoleh tercatat 5 orang responden yang diperdengarkan musik jenis C sudah tidak merasakan sakit yang bermakna pada menit ke 60, sehingga dari keseluruhan data yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa jenis musik C mampu memberikan efek penurunan nyeri paling bermakna dibandingkan dengan jenis musik yang lain. 2. Senam dysmenorrheal Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Dengan melakukan senam dismenore gerakan sederhana minimal selama 3 hari sebelum menstruasi setiap pagi dan atau sore hari. merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/ senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry,2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga/ senam 3. Aktivitas fisik Latihan olahraga mampu meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasasakit alami tubuh), dapat

meningkatkan kadar serotonin. Latihan olahraga yang teratur dapat menurunkan stress dan kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri. Membiasakan olahraga

ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari, bersepeda, ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau berkurang.Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu. 4. Merilekskan anggota badan a. Merilekskan lengan Angkat kedua tangan dan lengan tegangkan samapi bahu. Tarik napas dalam, kemudian hembuskan dalam hitungan ketiga secara perlahan-lahan sembari melapaskan tegangan lengan sehingga lengan terjatuh. Lengan yang rileks akan terjatuh terkulai. b. Merilekskan bahu Tarik napas dalam, tegangkan kedua bahu, kemudian hembuskan napas selagi melepaskan tegangan pada bahu. c. Merilekskan kaki dan tungkai Untuk merilekskan kaki, balikkan jari kaki ke bawah atau meregangkannya ke atas dan ke belakang, sampai terasa tegang pada area betis,tarik napas dalam ,saat mulai terasa tegangan di betis, hembuskan napas secara perlahan sambil mengembalikan posisi kaki seperti semula d. Merilekskan tungkai Tegangkan lutut dengan cara mendorong tempurung lutut kearah bawah, kaki dan tangan akan terasa berat dan tidak mau menggerakkan kembali. e. Merilekskan paha Tekan kedua paha, maka akan terasa regangan dan dan tegangan pada puncak kedua tungkai (leg) dan perut bagian bawah. Kemudian tarik napas dalam maka tungkai akan terbuka ke samping dengan sendirinya sehingga jari kaki akan mengarah ke barat dan timur.

f. Merilekskan leher Ada dua cara untuk menambah ketegangan pada leher, yaitu mendorong dagu kearah bawah dada selanjutnya dengan menaikkan dagu kearah utara dan mendorong bagian belakang kepala ke bawah kearah bantal. Ketika menghembuskan napas naikkan atau turunkan dagu sampai posisi yang nyaman (tidak merasakan tegangan dibagian bawah bahu atau si sekitar rahang). g. Merilekskan badan (torso) Rilekskan otot payudara dorong kearah depan setinggi mungkin sembari menarik napas maka akan merasakan tegang dikedua sisi. Hembuskan napas sambil

menurunkan badan dan jatuhkan kedua bahu pada saat yang bersamaan. Sekarang bayangkan anda menggunakan korset yang ketat dan mengempiskan perut lebih dari biasanya. Tariklah napas yang dalam sehingga membuat pantat akan mengencang. Lanjutkan dengan

menghembuskan napas dan biarkan perut mengendur. (Beryl Arcan) Kingston.1991.Mengatasi Nyeri Haid.Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memaparkan peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi. (Nursalam, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran tingkat pengetahuan pada siswi kelas VII mengenai penanganan dismenore di SMPN 1 Jatinangor.

3.2

Populasi, Sampel dan Seting Penelitian 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yangmemenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2003). Populasi adalah universum. Universum itu dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi target (target population) dan populasi survei (survey population). Populasi target adalah seluruh unit populasi, sedangkan populasi survey adalah subunit dari populasi target; subunit dari populasi survei untuk selanjutnya menjadi sampel penelitian. (Sudarwan Danim, 2003) Populasi dalam penelitian ini adalah siswi VIII di SMPN 1 Jatinangor yang berjumlah... 3.2.2 Sampel Sampel adalah subunit populasi survei atau populasi survey itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan mewakilinya (Sudarwan Danim, 2003). Sampling adalah prose menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Sedangkan tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. (Nusrsalam, 2003) Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. (Nursalam, 2003). 1) Kriteria inklusi

2) Kriteria eksklusi 3.2.3 Setting Penelitian 1) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama....dimulai dari....sampai dengan...di SMPN 1 Jatinangor 2) Alur Penelitian 3.3 Pengertian Istilah/Konsep/Variabel 3.3.1 Variabel Penelitian 1) Variabel bebas (Independent) Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang

berhubungan dengan penanganan dismenore pada siswi di SMPN 1 Jatinangor . Sub-Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang penanganan dismenore 2) Variabel Terikat (Dependent) Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu penanganan dismenore pada siswi SMPN 1 Jatinangor. 3.3.2 Definisi Operasional dan Skala pengukuran

3.4 3.5

Instrumen Penelitian Prosedur Pengumpulan Data 3.5.1 3.5.2 Administratif Pelaksanaan

3.6

Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 PengolahanData

3.6.2 Analisis Data 3.7 Etika Penelitian

Anda mungkin juga menyukai