Anda di halaman 1dari 6

No.

ID dan Nama Peserta :

/ dr. Yuliana R. Pasila

No. ID dan Nama Wahana: RSUD LASINRANG Topik: Sindrom Ekstrapiramidal e.c Metoclopramide Tanggal (kasus) : 26 Maret 2013 Nama Pasien : Ny. S Tanggal presentasi : No. RM : Pendamping: dr. H. Agus Salim

Tempat presentasi: Ruang Komite Medik RSUD LASINRANG Obyek presentasi : Keilmuan Diagnostik Neonatus Bayi Keterampilan Manajemen Anak Remaja Penyegaran Masalah Dewasa Lansia Tinjauan pustaka Istimewa Bumil

Deskripsi: Perempuan, 67 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan gemetar seluruh badan Tujuan: menegakkan diagnosis sindrom ekstrapiramidal dan mengarahkan untuk penanganannya Bahan bahasan: Cara membahas: Tinjauan pustaka Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos Riset Kasus Audit

Data Pasien: Nama klinik

Nama: Ny.S

No.Registrasi:

Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/gambaran klinis: 2. Riwayat pengobatan: Metoclopramide 3. Riwayat kesehatan/penyakit: Gastritis 4. Riwayat keluarga: sudah menikah 5. Riwayat pekerjaan: Ibu Rumah Tangga 6. Lain-lain: Daftar Pustaka: a. b.

c. http://emedicine.medscape.com/article Hasil pembelajaran: 1. Definisi sindrom ekstrapiramidal 2. Anatomi yang berkaitan dengan sindrom ekstrapiramidal 3. Etiologi/faktor penyebab terjadinya sindrom ekstrapiramidal 4. Patofisiologi terjadinya sindrom ekstrapiramidal 5. Diagnosis sindrom ekstrapiramidal 6. Penatalaksanaan sindrom ekstrapiramidal

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio: 1. Subyektif: Pasien datang ke UGD RSUD LASINRANG dengan keluhan gemetar seluruh tubuh. Dialami sejak 1 jam yg lalu SMRS. Awalnya osi mengeluh sakit ulu hati, mual dan muntah, sehingga keluarga membawa osi berobat ke praktek dokter dan diberi tiga macam obat yaitu metoclopramide dan 2 jenis obat lainnya yang tidak diketahui namanya. Setelah 6 jam setelah minum obat tersebut osi merasa lemas, berkeringat, sulit berbicara, dan gemetar seluruh tubuh. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat konsumsi obat-obat anti psikosis dan obat lain dalam jangka waktu lama tidak ada. Nyeri ulu hati (+), Mual (+), Muntah (-). BAB : biasa, warna kuning. BAK : Lancar, kesan normal 2. Obyektif: Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh : Status Present : SS/GC/CM; BB = 50 kg; TB = 156 cm; IMT = 23 kg/m2 (Normal) Tanda Vital : TD = 130/80 mmHg; N = 120 x/i; P = 24 x/i; S = 36,6 0C. Mata : Bibir : Kering (+) Mulut : Tidak ditemukan kandidiasis oral Leher : Leher terasa kesemutan dan selalu menoleh ke satu arah berulang-ulang tidak didapatkan massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar leher. DVS R-2 cmH2O. Thoraks : Inspeksi Palpasi Perkusi : simetris kiri dan kanan, ikut gerak napas, bentuk normochest : tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus kiri = kanan. : sonor kedua lapangan paru, batas paru hepar sela iga VI anterior dextra

Auskultasi : bunyi pernapasan vesikuler, tidak ada bunyi tambahan

Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi : iktus kordis tidak tampak : iktus kordis tidak teraba. : pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan terletak pada linea sternalis

kanan, batas jantung kiri sesuai dengan ictus cordis terletak pada sela iga 5 6 linea medioklavikularis kiri) Auskultasi : bunyi jantung I/II murni reguler, bunyi tambahan (-) Abdomen : Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi Ekstremitas : Jari-jari tangan kaku sulit ditekuk dan bergetar terus-menerus Edema (-)/(-) Akral hangat (+)/(+) WBC 19,7. 103/L RBC HgB HCT PLT GDS 4,21.103/L 11,5 gr /dL 34,2 % 354.103/L 155 mg/dl : Cembung ikut gerak napas : Peristaltik (+) kesan normal. : Massa Tumor (-), Nyeri Tekan (+) di regio epigastrium, lien tidak teraba : Timpani (+) , Asites (-)

Hasil laboratorium 19 Maret 2012:

3. Assesment: Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis didapatkan bahwa pasien masuk rumah sakit dengan tremor, sulit berbicara,dan adanya gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh pasien, kondisi ini dialami 6 jam setelah meminum obat metocloparmid dan jenis obat lainnya yang tidak diketahui jenisnya. menyimpulkan Kemungkinan pasien ini mengalami sindrom ekstra piramidal(EPS), kecurigaan terbesar obat yang bisa menyebabkan kondisi seperti ini adalah metoclopramide. Gejala-gejala yang bisa didapatkan pada EPS adalah akatisia, distonia, pseudoparkinsonism dan diskinesia, atau dengan kata lain adanya kontraksi otot yang tidak disadari yangmempengaruhi gaya berjalan, pergerakan dan sikap tubuh. Sindrom ekstrapiramidal adalah gangguan yang berkaitan dengan pergerakan akibat lesilesi yang melibatkan bagian otak selain jalur kortikospinal, terutama ganglia basalis. Ganglia

basalis merupakan bagian dari sistem ekstrapiramidal yang mempengaruhi awal, modulasi, dan akhir pergerakan dan mengatur gerakan automatis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri. Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin. Sindrom ekstrapiramidal terjadi karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamin dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). JALUR DOPAMIN DALAM OTAK 1. Jalur dopamin mesolimbik: mengatur perilaku dan terutama menciptakan delusi dan halusinasi jika dopamin berlebih. Dengan jalur ini dimatikan maka diharapkan delusi dan halusinasi dapat dihilangkan. 2. Jalur dopamin nigrostriatal: mengatur gerakan. Reseptor dopamin pada jalur ini dihambat gangguan gerakan yang muncul serupa dengan penyakit Parkinson (drug-induced Parkinsonism). Jalur nigrostriatal ini merupakan bagian dari sistem ekstrapiramidal disebut juga reaksi ekstrapiramidal. 3. Jalur dopamin mesokortikal: masih merupakan perdebatan bahwa blokade

reseptor dopamin pada jalur ini akan menyebabkan timbulnya gejala negatif dari psikosis, yang disebut neuroleptic-induced deficit syndrome. 4. Jalur dopamin tuberoinfundibular: mengontrol sekresi dari prolaktin. Blokade dari pada jalur ini peningkatan level prolaktin sehingga menimbulkan galaktorea. 4 4. Plan: Diagnosis: Dari anamnesa dan pemeriksaan fisis, diagnose pasien tersebut adalah Sindrom ekstrapiramidal e.c. Metoclopramide

Pengobatan: Pengobatan untuk

Pendidikan: .

Konsultasi: Dijelaskan adanya konsultasi dengan

Rujukan: Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Pinrang, Mei 2013 PESERTA, PENDAMPING,

(dr. Yuliana R. Pasila)

(dr. H. Agus Salim)

Anda mungkin juga menyukai