Anda di halaman 1dari 77

ACARINA PADA TANAMAN BUDIDAYA

By FATMAWATI PATANG

Famili TARSONEMIDAE
a. Polyphagotarsonemus ( = Hemitarsonemus ) latus Banks. Yellow tea mite (sin. Tarsonemus translucens Green), Umumnya gejala serangan, daun berwarna coklat, daun menebal dan mati pada bagian pucuknya. Brasil, Uganda, dan Kongo: kacang-kacangan dan dahlia Afrika Selatan; teh di Ceylon dan Jawa serta beberapa tanaman lainnya. Di Philipina hama pada tanaman muda di green house (yaitu tomat, kentang, dan tembakau) dan di kebun-kebun bunga. Di Indonesia : tomat, lombok, karet, dan teh. Tungau ini merupakan hama yang cukup serius pada tanaman teh dan juga kadang-kadang pada tanaman kopi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan (Kalshoven, 1981).
2

Pada tanaman teh, yaitu di pucuk diantara bulu-bulu pada sisi bawah daun muda. Akibat serangan pada daun-daun muda, pucuknya memanjang dan mengalami khlorosis serta mengeriting. Setelah pemetikan daun teh biasanya tungau tersebar pada suatu tempat di atas daun-daun muda. Gejala serangan pada tanaman teh serupa dengan yang disebabkan oleh pink mite (Eriophyes sp.). Pada tanaman karet, tungau berada di atas daun muda yang lunak dan tidak dapat hidup pada daun tua, serta serangan umumnya terjadi setelah musim hujan. Kerusakan tanaman karet juga terjadi pada tanaman muda di persemaian. Tungau yang menyerang juga dapat mendorong terjadinya penyakit yang disebabkan oleh jamur Helminthosporium (Kalshoven, 1981).
3

Menurut Aart van Schoohoven (1978) bahwa, tungau juga dapat menyerang tanaman kedele dan menyebabkan kerusakan setelah pembungaan, khususnya pada cuaca lembab dan kering sehingga dapat menurunkan produksi sampai 56 persen. Gejala serangan tungau pada tanaman kedelai - kerusakan pada tepi (ujung) daun yang menggulung ke atas dan berwarna terang. - daun muda tidak tumbuh dengan normal, sering menjadi kering; - polong dapat diserang dengan menunjukkan jaringan luka berwarna agak kecoklatan.
4

Gambar Polyphagotarsonemus latus (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Larva (Bagian Lateral), c. Larva (Bagian Ventral), d. Nimfa Bagian Ventral, e. Imago Betina, f. Imago Jantan
5

Morfologi
Tungau berukuran 0,25 mm tubuhnya licin hampir jernih, berwarna hijau kekuningan dengan kaki tipis dan bergerak cepat. Bentuk tungau trianguler, nimfanya berwarna putih transparan. Biasanya nimfa terdapat pada daun-daun muda Imago betina makan daun muda dan meletakkan telur pada daun yang sama. Telur tungau berdiameter 0,1 mm berwarna putih bersinar yang terletak di daun bagian bawah.

Siklus hidup
setiap fase sekitar 1 3 hari dan rata-rata 2 hari pada temperatur 27 0C. Tungau jantan hidup selama 12 hari, sedangkan yang betina 15 hari dan meletakkan telur rata-rata 48 butir (Aart van Schoohoven, 1978). Imago betina yang tidak kawin hanya akan menghasilkan tungau jantan (Pelley, 1968).

b. Steneotarsonemus (= Tarsonemus) bancrofti Mich., Morfologi Tungau betina berukuran 0,4 mm dan yang jantan berukuran 0,3 mm. Tungaunya bertungkai 4 pasang dan sangat peka terhadap cahaya matahari, dan lebih suka menyembunyikan diri di tempat-tempat yang gelap seperti di bawah daun.

tungau pada tanaman tebu yang tersebar di daerah Pasifik Barat Daya. Tungau ini banyak terdapat di dekat nodes (tunas-tunas baru) di celah-celah atas poros daun, sedang di bagian tepi tidak terlihat dengan jelas (Kalshoven, 1981). Tungau ini menyebabkan kerusakan seperti gall (pembengkakan), dengan ciri khusus kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan sampai hitam.

Steneotarsonemus (= Tarsonemus) pallidus


Banks., cyclament (sin. Tarsonemus fragariae Zimm.),

strawberry tarsonemid mite. Tanaman yang terserang daunnya menggulung, tunas gugur pada waktu membuka atau dengan bunga-bunga kecil yang menggulung (Metcalf dan Flint, 1979). Tubuh tungau sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata, berwarna putih, hijau, atau coklat keperakan. hama pada strawberry, anggur, dan tanaman bungabungaan. Ditemukan pertama kali di New York pada tahun 1898 dan di Kanada tahun 1908 serta umumnya menyebar di green house. memakan pada beberapa bagian tanaman diantaranya bulu-bulu daun dan antara lipatan-lipatan daun muda pada tunas. 10

Gambar Steneotarsonemus pallidus (Cyclamen Mite) (Metcalf dan Flint, 1979). a. Imago Betina, b. Imago Jantan
11

Tungau dewasa panjangnya 0,25 mm yang pada tingkat pertumbuhan larva berkaki 6 dan tingkat pertumbuhan nimfa berkaki 8. Pasangan kaki belakang pada tungau betina terdapat seperti benang dan yang jantan seperti catut (penjapit) (Metcalf dan Flint, 1979). Setiap imago betina menghasilkan sekitar 90 butir telur, dan 80 persen diantaranya akan berkembang menjadi tungau betina.

12

2. Famili TETRANYCHIDAE
Famili tungau ini sebagian besar terdiri dari jenis fitofag Ukuran tubuhnya tidak melebihi 1 mm dan berwarna kuning, coklat, kehijau-hijauan, atau merah dan mempunyai mata. Jenis tungau ini bervariasi dengan panjang tubuhnya antara 0,25 0,5 mm. Tungau ini aktif merayap yang dapat diketahui oleh mata kita sebagai bintik merah pada ujung depan tubuhnya Biasanya berlindung pada permukaan daun dengan pelindung yang baik. Bagian ujung pada masing-masing tarsus mempunyai rambut yang khas dengan kait yang melintang pada ujungnya, Bagian mulutnya menyerupai jarum serta terlindung pada bagian dasarnya oleh lempeng mandibula (mandibular plate). Umumnya bentuk respirasinya melalui sistem tracheal yang sederhana dengan stigmata dorsal sekitar mandibular plate.
13

Tingkatan hidup tungau ini terdiri dari telur, larva (dengan 3 pasang kaki), 2 tingkatan nimfa (protonimfa dan deutonimfa) yang mempunyai 4 pasang kaki, dan imago. Setiap pergantian kulit didahului dengan keadaan diam selama 1 atau 2 hari; selama keadaan ini tungau sangat resisten terhadap pengendalian dengan kimia. Tungau betina meletakkan telur setiap hari selama 2 3 minggu. Pada kondisi lingkungan yang sesuai, maka siklus hidupnya berkisar antara 15 20 hari. Jenis kelamin tungau sangat ditentukan oleh adanya pembuahan. Tungau jantan dihasilkan dari telur yang tidak dibuahi, sedangkan tungau betina dihasilkan dari telur yang dibuahi.
14

a. Tetranychus cinnabarinus (Boisduvall), carmine atau red spider mite. Jenis tungau ini pertama kali ditemukan di Jawa pada cassava (ketela pohon) oleh Leefmans pada tahun 1915 Bersifat polifag yaitu terdapat juga pada tanamantanaman seperti jeruk, kapas, kacang-kacangan, dan tanaman hias serta pada tumbuhan pengganggu (gulma). Pada daun cassava (ketela pohon) menunjukkan adanya bintik kuning, yang kemudian menyatu sehingga jaringan daun seluruhnya menjadi kuning dan akhirnya merah (hama merah). Tungau terlihat seperti bercak-bercak merah (red spot) menyerupai jarum yang merayap di bagian bawah daun. Apabila tanaman cassava terserang sangat berat, maka daun menjadi mengkerut dan akhirnya gugur akan tetapi tanaman tidak mati.
15

Pada tanaman kina akan terlihat daun pada pembenihan menjadi berbintik dan mengeriting sehingga tanaman layu. Pada tanaman kedelai terlihat tungau dewasa meletakkan telur di permukaan bawah daun. Telur berwarna kuning pucat berbentuk bulat berukuran + 0,15 mm. Pertumbuhan mulai dari telur sampai menjadi tungau dewasa berlangsung selama kurang lebih 15 hari.. Larva berwarna kemerah-merahan dan lebih besar daripada telur serta berkaki 3 pasang. Pada tingkat selanjutnya adalah nimfa (protonimfa dan deutonimfa) berkaki 4 pasang dan nimfa berwarna kehijauhijauan atau kemerah-merahan dengan total periode nimfa 6 10 hari. Imago tungau ini berukuran 0,5 mm berwarna merah tua dengan kaki dan bagian mulut berwarna putih.
16

Gambar Tetranychus cinnabarinus (Kalshoven, 1981)


17

Pada tanaman ketela pohon yang disukai oleh tungau adalah daun muda yang ada di tengah-tengah, dan meletakkan telur sekitar 10 butir setiap hari. Tungau makan dalam jumlah yang tidak begitu banyak, namun demikian perkembang biakannya sangat cepat khususnya pada musim kering. Sewaktu populasi tungau sangat banyak maka daun seringkali berubah warna menjadi keabu-abuan atau berwarna hitam kotor. Tanaman inang tungau ini yang tercatat di Bogor adalah karet, pepaya, pupuk hijau, dadap, tanaman polong, tomat, dan beberapa tanaman hias (Harnoto dkk., 1985). Kerusakan pada ketela pohon umumnya cukup berat khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, untuk itu pembersihan gulma dianjurkan sebagi pengendalian utama.
18

Di Eropa pengendalian tungau di dalam green house telah berhasil dengan menggunakan predator Phytoseiulus persinilis (Ath Henr.) dan P. macropilis (Banks.). Ke dua jenis tungau predator ini berkembangbiaknya lebih cepat daripada jenis tungau famili Tetranychidae, dan telah diproduksi secara komersial. Di Jawa diketahui pula beberapa jenis famili Coccinelidae (Stethorus sp.) juga diketahui menyerang tungau.

19

b. Tetranychus urticae (= telarius, bimaculatus) Koch., two spotted mite. Tungau ini bersifat kosmopolit dan polifag, yang merupakan hama utama pada buah-buahan (apel dan pepaya), kapas, ketela pohon, dan lain sebagainya. Di Indonesia juga dijumpai menyerang tanaman kedelai, walaupun serangannya tidak berat (Oka, 2005). Tungau ini berada pada seluruh permukaan bawah daun, terutama pada daun yang letaknya terlindung. Serangan tungau pada populasi tinggi akan menyebabkan rusaknya khlorofil pada jaringan palisade, sehingga tanaman yang terserang menjadi berkilau atau menunjukkan bercakbercak putih pada daun. Serangan berat yang terdapat pada daun akan menunjukkan warna terang, mengering, sering berwarna coklat kemerahan sehingga tanaman menjadi lemah dan akhirnya mati.
20

Gambar Tetranychus urticae


21

Tungau ini pernah menjadi salah satu hama utama pada tanaman anggur. Selama musim panas kerusakan pada tanaman anggur menjadi kekuning-kuningan, mengeriting,daunnya rusak, dan pertumbuhan daun pucuk terhambat. Tanaman menjadi merana dan menghambat pemasakan buah, bahkan tungau sering menyerang bagian kayunya. Bentuk tubuh tungau betina oval dengan ukuran 0,3 0,35 mm, bahkan perkembang biakan selama musim kemarau dapat mencapai 6 generasi dan kadang-kadang dapat lebih. Pada kelembaban nisbi 60 70 persen, suhu siang hari 28 0C dan suhu malam hari 25 0C, rata-rata jumlah telur setiap betina dapat mencapai 40 butir. Pada tabel berikut ini akan disajikan siklus hidup tungau T. urticae pada daun ketela pohon.
22

23

Di daerah Kediri dan Kepanjen (Malang), T. urticae merupakan hama penting pada tanaman bawang putih. Gejala serangan pada mulanya menunjukkan permukaan daun bawang putih ada bercak-bercak berwarna, selanjutnya daun akan menguning, layu, dan akhirnya kering. Tingkat serangan tungau yang ringan biasanya daun akan menjadi kuning, sedangkan pada serangan berat dapat menyebabkan tanaman mati. Tungau T. urticae yang menyerang tanaman apel seperti halnya tungau yang lain, yaitu memiliki stadium telur, larva, nimfa, dan imago. Tungau lebih suka menyerang daun apel muda dan daun setengah tua dengan gejala serangan terlihat adanya bercak berwarna kuning, buram, coklat, dan kering. Tungau ini menghisap cairan sel yang mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis.
24

Telur putih, nimfanya warna merah kekuningan dg 4 ps kaki.

Tungau dewasa merah tua dg 2 bercak gelap pada punggungnya dan berkaki empat pasang, dengan ukuran panjang tubuh 0,6 mm. Lama hidup tungau dari stadium telur - dewasa lebih kurang 12 hari.

Gambar Siklus Hidup Tetranychus urticae Koch. (Johansen, 1978) a. Telur, b. Larva, c. Protonimfa, d. Deautonimfa, e. Imago

25

Gambar Gejala Serangan Tungau pada Daun Tanaman (Anonim. 2008)


26

Di alam ada beberapa jenis agen biotis, seperti predator Lycosa sp. (laba-laba) dan parasit Aphidius sp. yang perlu diperhatikan kelangsungan hidupnya. Apabila serangan terus meningkat dapat digunakan akarisida yang berbahan aktif propargite (Omite 57 EC) atau berbahan aktif fenpropatin (Meothrin 50 EC), atau berbahan aktif dikofol (Kelthane MF) yang disemprotkan pada interval1 2 minggu sekali dengan dosis 0,6 1 liter akarisida yang dilarutkan dalam 500 800 liter air untuk penggunaan setiap hektar lahan. Bagian daun yang terserang adalah bagian bawah, sehingga menyebabkan daun agak keriting. Permukaan daun akan tampak adanya bercak-bercak kuning, coklat, dan kering. Serangan tungau ini akan meningkat pada musim kemarau yang panas dan kering. Tanaman pepaya yang baru ditanam di lahan tegalan pada musim kemarau (Agustus sampai Oktober), dan lahannya bekas tanaman ubi kayu, maka akan mendapatkan serangan tungau tersebut. 27

Oligonychus coffeae (Nietn.), red tea mite.


Tungau ini namanya diambil tanaman kopi di Ceylon oleh Nietner pada tahun 1861. Beberapa sinonimnya adalah Tetranychus bioculatus Wood-Mason (1884), dan Oligonychus merwei Tucker (1926). Tungau ini menyebar di daerah tropis dan tercatat sebagai hama pada tanaman kopi, teh, kapas, dan tanaman lain. Tungau telah lama diketahui di Ceylon pada tanaman kopi, akan tetapi sekarang ditemukan pada lapisan atas daun teh yang tua dan warna daun berubah menjadi coklat kekuningan berkarat atau berwarna ungu. Telur berwarna merah terang berbentuk bola berukuran 0,15 mm. Telur yang menetas kulitnya meluruh sehingga dapat dilihat dengan mata seperti bintik putih. Imagonya berukuran 0,4 0,5 mm berwarna merah pada bagian anterior dan berwarna terang bagian posteriornya, Fase nimfanya berukuran sedikit lebih kecil daripada imagonya.
28

Tungau pada fase sebelum dewasa memerlukan waktu 2 minggu pada suhu 21 22 0C, dan masa sebelum peletakan telur 1 2 hari. Siklus hidupnya sekitar 3 minggu pada ketinggian 1.350 m. Imago betina dapat menghasilkan 40 50 butir telur.

Gambar Oligonychus coffeae (Kalshoven, 1981) a. Telur b. Imago

29

d. Olygonychus ilicis McGregor,

hama kopi di Sao Paulo dan Brasil. Tungau hidup pd lapisan atas daun dgn pelindung dari tenunan yang kuat, dan menyebabkan daun menguning khususnya disekitar urat daun. Penyebaran tungau dari daun ke daun melalui benang atau terbawa oleh adanya angin (Le Pelley, 1968). Tungau menyerang tanaman tua dan muda, khususnya pada tanaman di daerah kering. Populasi terbesar sebelum musim hujan, dan menyenangi keadaan kering. Pengendalian tungau ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan akarisida Parathion.
30

Tungau betina bertelur 10 24 butir, masa bertelur 6 10 hari pada suhu 22,5 0C. Lama hidup imago betina sekitar 15 hari dan masa sebelum peletakan telur 3 hari. Telur yang dihasilkan oleh tungau betina steril, hanya akan menghasilkan imago jantan. Hasil pencatatan di lapang ternyata sekitar 80 persen dari telur yang dibuahi, akan menghasilkan imago betina.

31

Olygonychus exiccator (Zehnt.)


tungau pada daun tebu di Jawa dan Hawaii. Tungau ini membentuk koloni pada daun sebelah bawah yang berwarna kuning kehijauan dengan sedikit bintik merah. Daun yang terserang menjadi layu, selanjutnya kering dan akhirnya mati sebelum tua; akan tetapi kerusakan ini terbatas pada pucuk ke dua dan tidak merugikan Tungau dapat berkembang dengan cepat sekitar 10 hari.

32

f. Brevipalpus (= Tenuipalpus) phoenicis (Geijsk.) Brevipalpus obovatus (Donn.), scarlet tea mite.
Tungau ini penyebarannya meluas di daerah tropis dan subtropis yaitu di pertanaman kopi di Brasil, Meksiko, Tanzania, Kenya, dan India. Di Jawa diketahui bahwa tungau ini merusak tanaman teh. Pada tanaman teh di Jawa Barat perkembangbiakannya dari telur sampai dewasa kurang dari satu bulan. Tungau ini hidupnya polifag yaitu pada kopi, apel, mangga, jeruk, pepaya, ketela pohon, dan lain sebagainya. Tungau yang hidup pada tanaman teh berada di bagian bawah daun, tangkai daun, dan ranting muda.

33

Tungau ini lebih menyukai pada tempat yang terlindung, pada sisi tulang daun atau pada luka-luka di tangkai daun dan ranting muda. Warna coklat akan tampak pada tangkai daun dan pangkal daun yang terserang. Warna coklat ini dapat memanjang sepanjang tulang tengah daun sampai ke ujung, kemudian pangkal daunnya mati dan mengering. Serangan berat akan menyebabkan bagian daun yang lainnya menjadi kecoklatan dan rontok.

34

Gambar Brevipalpus obovatus (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Imago Betina, c. Imago Jantan

35

selain tungau jingga (Brevipalpus obovatus) pada tanaman teh, - tungau kuning / yellow mite (Polyphagotarsonemus latus Bank) - tungau laba2 merah / red spider mite (Oligonychus coffeae Nietn.) - tungau merah jambu / pink mite (Acaphyla theae Watt) - tungau ungu / purple mite (Calacarus carinatus Green). Semua tungau ini dapat ditemukan hampir di semua tempat dan setiap waktu pada tanaman teh. Serangan tungau ini jarang diketahui karena tungau mempunyai ukuran tubuh yang kecil, dan hidup bersembunyi sehingga pengendaliannya sering terlambat. Tungau betina bentuknya oval, warnanya kemerah-merahan dan ukuran tubuhnya sekitar 0,25 x 0,12 mm Tungau jantan bentuknya trianguler dan lebih kecil daripada betina. Telur berbentuk elips berwarna kemerahan dan diletakkan secara tunggal atau mengelompok di bawah lapisan daun.

36

g. Tenuipalpus orchidarum Parf. (sin. Brevipalpus pereger Donn), tungau merah pada bunga anggrek Tungaunya berukuran sangat kecil hanya 0,2 mm dan ditemukan pada daun. Perkembangan tungau ini sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan yang berat. Telur berwarna merah, memanjang (empat persegi panjang) yang diletakkan pada sisi atas. Kerusakan dapat meluas baik pada tanaman maupun pembibitan. Jenis-jenis tanaman anggrek yang dapat terserang yaitu Phalaenopsis, Dendrobium, Oncidium, Grammathophyllum dan Vanda (Toerngadi dkk., 1980).

37

Serangan pada tingkat awal menunjukkan bahwa daun anggrek terlihat bintik-bintik putih dan kadang-kadang bergerombol. Khusus pada anggrek bulan (Phalaenopsis), bercak putih itu berwarna keperak-perakan dan transparan terlihat pada permukaan daun. Pada anggrek jenis lainnya bercak putih keperak-perakannya hanya terdapat pada permukaan bawah saja, sedangkan permukaan atasnya hanya kelihatan menguning. Pada tingkat selanjutnya bercaknya berubah menjadi merah kecil atau besar, hal ini tergantung tingkat serangannya; sedangkan warna bagian daun yang tidak diserang akan menjadi lebih tua. Daun yang terserang jg akan memperlihatkan adanya lekukanlekukan kecil. Serangan ini kalau tidak segera diberantas, daunnya akan mati dan gugur sehingga tanaman anggrek tumbuh merana. Tungau merah ini sangat berbahaya pada anggrek bulan, karena serangan awal dapat mematikan.

38

Gambar Tenuipalpus orchidarum (Kalshoven, 1981)


39

h. Panonychus (= Metatetranychus) ulmi Koch. (sin. Paratetranychus pilosus)

european red mite. Hama menyebar di Benua Eropa, dan pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1911 Tungau ini menjadi salah satu hama penting di Canada dan Amerika Serikat yang menyerang tanaman apel dan peer. Bentuk tungau amat kecil dan aktif biasanya berada di bagian bawah daun Pada serangan ringan daun akan berbintik dan pada serangan berat daun yang sakit berwarna kecoklatan dan dalam waktu singkat akan terlihat tertutup oleh debu dan daun gugur Kerusakan pertama kali tampak pada tunas merekah sehingga pucuk-pucuk dan daun-daun tidak tumbuh dengan normal, dan akhirnya menunjukkan adanya lubang-lubang kecil pada bagian tepi yang terang.

40

Buah menjadi kecil dan mutunya rendah, bahkan tunas buah lemah sehingga bentuk buah tidak normal. Tungau-tungau memakan pada lapisan bawah daun, tetapi akan menunjukkan warna tidak normal pada daun bagian atas dimulai dari pangkal daun menyebar sepanjang tulang daun; yang akhirnya seluruh daun dan pucuk serta kemungkinan daun gugur sebelum tua. Apabila serangan berat dapat dilihat dengan mata seperti sumbat kemerahan dibawah tunas.

41

Gambar Siklus Hidup Panonychus (= Metatetranychus) ulmi Koch. (Kalshoven, 1981). a. Telur, b. Larva, c. Protonimfa, d. Deutonimfa, e. Imago Jantan f. Imago Betina bagian lateral

42

Warna tungau ini merah bata sampai coklat kemerahan dengan bintik putih yang menarik pada bagian dasar duri punggung. (Johansen, 1978) Tungau pada musim dingin berada pada fase telur berwarna merah terang sampai oranye dan dapat bertahan selama 150 200 hari pada temperatur dibawah 10 0C. Telur berukuran sekitar 0,1 mm yang diletakkan di bagian sisi bawah daun dan menetas pada permulaan musim panas, kemudian larva mengelompok pada daun-daun muda Larva yang baru saja menetas berwarna merah terang berkaki 6, panjangnya sekitar 0,15 0,20 mm setelah melalui tingkat protonimfa dan deutonimfa kemudian tungau tumbuh menjadi imago.

43

Bentuk tungau jantan ramping dan pendek (panjangnya 0,3 0,35 mm) berwarna hijau kekuningan atau coklat kemerahan Betina berbentuk elips berwarna merah gelap (sekitar 0,5 mm) dapat meletakkan telur sekitar 15 50 butir. Lama hidup tergantung pada iklim, umumnya 8 15 generasi per tahun. Perkembangbiakan tungau sangat cepat pada cuaca panas dan kering. Siklus hidup mulai menetas sampai imago, rata-rata 20 hari pada suhu udara 12,5 0C; sedang pada suhu 25 0C hanya berlangsung selama 4 hari (Metcalf dan Flint, 1979). Imago betina hidup sekitar 19 hari dan dapat meletakkan telur sekitar 20 butir pada musim kemarau. Telur imago betina yang dihasilkan tanpa perkawinan akan menetas menjadi tungau jantan, Telur yang dihasilkan akibat perkawinan akan menetas menjadi tungau betina sekitar 63 persen dan selebihnya menjadi tungau jantan.

44

Tetranychus pasificus McGregor (pasific mite) dan Tetranychus schoenei McGregor (schoenei mite). Kedua tungau ini merupakan hama di kebun buah-buahan. Daun tanaman yang terserang menjadi kekuning-kuningan, dan kalau serangan berat daun akan berselaput. Serangan berat juga dapat menyebabkan tidak terbentuknya daun, serta buah akan jatuh sebelum dipanen. Tanaman inangnya adalah apel, peer, kapas, dan lain sebagainya. Tungau ini mirip dengan tungau two spotted mite (Tetranychus urticae), dan hanya dapat dibedakan oleh para ahli.

45

Kedua tungau ini panjangnya 0,4 mm dan imago betina pada musim kemarau berwarna kehijauan dengan bintik gelap. Tungau tersebut pada musim dingin, imago betinanya berwarna oranye terang berada di bawah kulit pohon atau daun dan sampah-sampah diatas tanah. Pada saat menjelang musim kemarau tungau pindah ke atas tanaman, yaitu pada ujung tanaman yang berwarna hijau dan memakan bagian tanaman yang baru tumbuh. Dalam waktu singkat setelah migrasi, setiap betina meletakkan telur sekitar 50 butir yang berwarna putih dan kecil.
46

Semua telur yang steril menghasilkan imago jantan, dan yang fertil hanya 80 persen yang menjadi imago betina serta sisanya menjadi imago jantan. T ungau yang baru muncul adalah fase larva dengan 6 kaki, kemudian protonimfa dan deutonimfa sebelum menjadi imago. Siklus hidup tungau Tetranychus schoenei mulai menetas sampai imago berkisar 28 hari pada suhu 12,5 0C, dan hanya 5 hari pada suhu 25 0C. Masa sebelum peletakan telur 1 5 hari dan jangka waktu hidup imago betina 38 40 hari.

47

j. Bryobia arborea Morgan & Anderson (brown mite). Pada musim kemarau tungau ini seringkali menimbulkan kerugian pada tanaman apel, dengan menghisap getah tunas dan daun. Daun yang terserang akan berbintik dan berwarna kekuningan, serta pada musim kemarau yang panjang maka banyak daun yang jatuh. Selama masa istirahat (hibernasi) akan ditemukan telurtelur berwarna merah, berukuran kecil yang tertahan di lapisan kulit pohon sekitar tunas dan ujung ranting tanaman. Tanaman inangnya antara lain apel, peer, dan lain sebagainya. Daerah penyebarannya meliputi Amerika dan Kanada.
48

Telur-telurnya menetas menjelang musim kemarau, kemudian tungau memakan daun pada malam hari atau dibawah intensitas cahaya yang rendah. Pada waktu siang hari tungau berkumpul pada bagian kayu. Tungau mungkin memakan pada kedua lapisan daun, akan tetapi lebih menyukai lapisan daun bagian atas. Telur-telur pada musim kemarau diletakkan pada ranting dan daun sampai pada bulan September. Imago berwarna coklat sampai kemerahan, bentuknya kecil dan ramping menyerupai jarum. Sepasang kaki depan lebih panjang daripada ketiga pasang kaki yang lainnya.
49

A. Gambar Bryobia arborea (Brown Mite) B. Gambar Telur dan Imago B. praetiosa (Metcalf dan Flint, 1979) (Clover mite) (Gomez dan Mizell, 2008)
50

Panonychus (= Metatetranychus) citri McGregor (citrus red mite), Eotetranychus (= Tetranychus) sexmaculatus Riley (sixspotted mite), Eotetranychus lewisi McGregor (lewis spider mite), Brevipalpus lewisi McGregor (flat mite), Eutetranychus banksi Pritchard & Baker (= Anychus clarki) (texas citrus mite) jenis-jenis tungau yang sering ditemukan sebagai hama perusak tanaman jeruk.
51

Citrus red mite (Panonychus citri McGregor) mengakibatkan daun berbintik dan serangan berat menjadi berwarna coklat dan akhirnya rontok, sedangkan buah berwarna abu-abu atau kuning. Serangan six-spoted mite (Eotetranychus sexmaculatus) terbatas pada bagian bawah daun, dan tungau membentuk koloni yang akhirnya daun mengecil serta menguning sehingga daun sering gugur. Lewis spider mite (Eotetranychus lewisi McGregor) menyerang buah dan menyebabkan buah berwarna kuning kemerahan sampai merah. Flat mite (Brevipalpus lewisi McGregor) menyebabkan lubang atau bintik pada buah jeruk, texas citrus mite (Eutetranychus banks) menyebabkan kerusakan pada daun serupa dengan citrus red mite. 52

Telurnya ditempatkan pada daun atau pada tenunan benang halus yang dihasilkan oleh tungau tersebut. Tungau betina Panonychus citri meletakkan 20 50 butir telur selama 2 3 hari baik pada daun, ranting, atau buah. Telurnya berwarna merah terang mempunyai tangkai vertikal seperti tiang yang ujungnya menyebar garis-garis pada daun. Tungau yang berada pada tingkatan larva berkaki 6 dan pada tingkat protonimfa dan deutonimfa berkaki 8 selanjutnya tumbuh menjadi imago. Siklus hidupnya memerlukanwaktu 3 5 minggu tergantung pada suhu, serta dalam satu tahun dapat mencapai 12 15 generasi.
53

Imago Panonychus citri berwarna merah beledu atau agak ungu, dan sekitar bulu-bulu keras yang sangat menarik muncul dari bonggol yang tampak nyata. Kehidupan tungau six-spotted mite (Eotetranychus sexmaculatus) sangat sederhana, telurnya tidak berwarna hingga kuning kehijauan yang disimpan diantara selaput pada koloni dan terdapat tongkat tetapi tidak membentuk garis-garis yang menyebar di ujungnya. Imagonya agak kemerah-merahan, kehijauan, atau kekuningan dengan 6 bintik gelap dan bulu-bulu keras tidak muncul dari bonggol yang tampak nyata. Pengendalian kelima jenis tungau ini juga masih dititik beratkan dengan cara mekanis dan khemis.

54

Gambar Panonychus citri (Citrus Red Mite)

55

3. Famili ERIOPHYIDAE
Jenis-jenis tungau famili ini bentuknya memanjang dan hanya mempunyai 2 (dua) pasang kaki pada bagian anterior tubuhnya, serta tungau ini dapat mengakibatkan timbulnya gall pada daun dan batang. Bentuk telur menyerupai gelembung yang transparan dan penyebaran tungaunya melalui angin (Kalshoven, 1981).
56

a. Calacarus (= Eriophyes) carinatus (Gr.).

Tungau ini menjadi hama tanaman teh di pantai timur Sumatra dan juga terjadi di Jawa. Spesies tungau ini pertama kali menyebar di India, akibat serangan tungau ini dapat menyebabkan tanaman berwarna ungu, dan daun tertutup dengan tepung halus diantara jaringan. Imagonya kecil dengan ukuran 0,15 0,20 mm dan berwarna ungu gelap. Pembibitan tanaman teh pada musim kemarau kadangkala terserang oleh hama ini.
57

Gambar Calacarus carinatus (Kalshoven, 1981)


58

b. Eriophyes boisi Gerb. (= doctersi Nal.), tungau yang menyebabkan gall pada tanaman kina. Ukuran badannya hanay 0,12 0,14 mm. Daun muda yang baru membukua kadangkadang terserang sehingga berwarna kuning keunguan.
59

Gambar Eriophyes sp. dan Gejala Serangan Tungau (Kalshoven, 1981) a. Eriophyes boisi, b. Gall pada Daun akibat Serangan Tungau, c. Eriophyes indigoferae
60

c. Eriophyes ( = Acaphylla ) theae Watt., pink tea mite.


Tungau ini ditemukan di Indonesia dan India sebagai hama pada tanaman teh. Tanaman teh yang masih muda sering mendapat serangan, dan gejala pertama kali kelihatan pada daun berwarna keputihan dan akhirnya menjadi kering. Walaupun demikian tungau ini ternyata merupakan hama yang kurang penting.

61

Gambar Eriophyes theae (Kalshoven, 1981)


62

Phyllocoptruta oleivora Ashmead, citrus rust mite. menurunkan mutu dan daya tarik buah. Hama ini menyerang semua jenis buah jeruk, dan merupakan hama penting di California. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan menggunakan penghembusan sulfur atau penyemprotan kapur sulfur 2 4 kali atau dengan menggunakan Zineb, dan Chlorobenzilate juga sangat efektif (Metcalf dan Flint, 1979). Serangan tungau ini selain ada setiap tahun, akan tetapi populasi terendah terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Tungau betina dapat menghasilkan telur sampai 30 butir yang berbentuk bola, licin, dan warnanya kuning pucat yang diletakkan pada buah dan daun; setelah 2 8 hari nimfa muncul dan kemudian menyerang tanaman. Tubuhnya berukuran 0,13 mm dengan 2 pasang kaki dekat kepala dan abdomennya meruncing seperti lingkaran-lingkaran cincin, serta populasinya tungau tertinggi pada bulan Juli.

63

Gambar Phyllocoptruta oleivora (citrus rust mite) (Metcalf dan Flint, 1979) a. Imago (perbesaran 700 kali), b. Telur (perbesaran 825 kali)
64

e. Aceria ( = Eriophyes ) sheldoni Ewing, citrus bud mite.

Tungau ini tersebar luas pada daerah tropis dan subtropis diantaranya di pulau Jawa. Penyerangannya secara sporadis dan merupakan hama yang cukup serius pada semua jenis tanaman jeruk, bahkan menjadi hama yang serius pada jeruk melon di Kalifornia. Hidupnya berada di dalam tunas dan bunga serta di bawah kelopak (calyx), sehingga menyebabkan pembentukan yang aneh pada buah, daun, bunga, tunas, dan ranting. Selain tanaman jeruk, tungau ini juga dapat menyerang tanaman anggur. Tungau ini menyerang bunga dan buah, khususnya pada buah-buah yang masih muda; akibat serangan pada buah bentuknya menjadi tidak normal, akan tetapi tidak rontok serta buah masih dapat dimakan. Tungau muncul pada musim kemarau dan penghujan, serta menghindari cahaya.
65

Telur tungau bentuknya bulat berwarna putih dalam tempat-tempat yang terlindung pada tanaman dan menetas 2 6 hari. Tungaunya sangat kecil, berwarna coklat kekuningan sampai kemerah-merahan, dan bentuknya seperti sekrup berukuran 0,1 mm. Pengendalian tungau ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, yaitu Chlorobenzilate.

66

f. Eriophyes pyri Pagenstecher, pear leaf blister mite. Hama ini hampir selalu berada pada setiap pertumbuhan tanaman peer. Gejala serangan akan kelihatan bisul kecoklatan pada bagian bawah daun peer dan apel. Bisul-bisul mengelompok pada bagian ujung sisi bawah daun, apabila diamati dengan menggunakan lensa pembesar maka pada bisul-bisul akan ditemukan tungau mengelompok dan berukuran sangat kecil. Tungaunya berwarna agak putih atau kemerahan, memanjang, lonjong, dan tubuhnya berbentuk seperti cincin-cincin dan hanya mempunyai 2 pasang kaki yang berada dekat kepala. Tunas-tunas buah yang berwarna coklat dan membuka selama musim dingin, akan menghasilkan bunga yang lemah dan tungau ini berada di bawah tunas buah.

67

Penyebarannya diketahui sekitar tahun 1870 di Amerika Utara pada tanaman buah-buahan. Tungau dewasa berukuran 0,2 mm panjangnya, masuk dalam tunas pada buklan Agustus dan September, serta keluar pada musim dingin. Pada daerah-daerah tropis, telur disimpan di dalam tunastunas yang akan muncul dan berkembang selama musim dingin pada bagian tunas tanaman. Tungau yang menyerang buah akan menyebabkan timbulnya bintik kuning kemerahan, sehingga dapat menyebabkan buah kecil dan tidak normal.

68

Gambar Eriophyes pyri (bagian bawah) (Metcalf dan Flint, 1979)


69

4. Famili PHYTOSEIIDAE
Tungau pada famili ini merupakan jenis tungau yang hidupnya sebagai predator, khususnya pemangsa famili Tetranychidae; sehingga dapat digunakan dalam usaha pengendalian pada sejumlah tungau yang merusak buah-buahan dan sayur-sayuran yang ada di green house maupun di lapang. Tungau famili Phytoseiidae sering berkembangbiak dengan cepat, dan akan mati apabila kekurangan makanan. Jenis tungau yang sangat memberikan harapan untuk usaha pengendalian secara hayati yaitu Phytoseiulus persimilis, akan tetapi spesies ini belum digunakan di Indonesia.
70

Gambar Phytoseiulus persimilis a, Imago Phytoseiulus persimilis b, Memangsa tungau T. urticae


71

Jenis tungau pada famili ini selain memangsa semua tungau yang merugikan tanaman, juga memangsa binatang-binatang kecil lainnya seperti Thrip, telurtelur ngengat dan lain sebagainya. Spesies lainnya yang berperan sebagai predator adalah Typhlodromus luvea Oud. dan Typhlodromus luvearum Oud. yang telah ditemukan pada tungautungau yang menyerang tanaman karet, bunga tanaman kelapa dan juga pada koloni rayap serta sekitar telur-telur belalang.
72

5. Famili ACARISIDAE (TYROGLYPHIDAE)


Tungau ini hidup pada bahan simpanan dan sampah, Umumnya bertubuh lunak, licin, berkaki pendek, berwarna putih atau abu-abu dan tidak begitu aktif. Pada keadaan yang tidak menguntungkan akan istirahat, dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama tanpa makan. Penyebaran tungau dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan melalui hewan lain. Jenis-jenis tungau ini sering ditemukan pada biji dan beberapa bahan simpanan diantaranya bungkil, daging kering atau ikan, keju bahan fermentasi, jerami dan lain sebagainya. Beberapa bahan makanan yang terserang tidak dapat dimakan, bahkan mengganggu bahan simpanan yang disimpan terlalu lama (misalnya kopra).
73

a. Acarus siro L. (= Tyroglyphus farinae ), flour atau grain mite.


Tungau sering ditemukan dalam tepung, keju, dan sejumlah produk lainnya serta bersifat kosmopolit; khususnya pada kelembaban tinggi dan setelah terjadi penyerangan cendawan. Tungau menyerang seluruh biji pada bagian embrio, dan tidak menyebabkan bahan simpanan berbau. Siklus hidup tungau minimal 17 hari, yaitu pada keadaan suhu optimal 20 0C, dan kelembaban nisbi 90 persern. Setiap imago betina dapat menghasilkan 100 butir telur bahklan masih dapat hidup pada suhu rata-rata 0 0C. Perkembangbiakan-nya dapat terjadi pada suhu 2,5 - 30 0C dan kelembaban nisbi rendah sampai 12 persen. Jenis tungau lain yang dapat dijumpai pada bahan simpanan yaitu A. farris, A. chaetoxysilos, Glycyphagus destructor dan Tyrophagus longior (Anonim, t th.).

74

Gambar Acarus siro Linnaeus


a, pada Keju dan b, pada Tepung)
75

b. Rhyzoglyphus echinopus (Fumouse & Robin), bulb mite.


Tungau bersifat kosmopolit dan sering ditemui pada umbi bunga, umbi akar, rhizome, akar, dan lain sebagainya. Tungu ini belum dapat dipastikan sebagai hama utama, karena pernah dilaporkan oleh Nesbitt pada tahun 1945 bahwa tungau hanya hidup pada substrat yang terlalu lembab. Tanaman yang tumbuh dari bulb (tunas) sakit, akan menjadi kering dan umumnya akan kelihatan sakit. Daun tanaman tidak tumbuh dan menggulung, sehingga tanaman akan gagal menghasilkan bunga atau jika menghasilkan akan menjadi jelek.

76

Pengendalian tungau merah ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian hama secara terpadu (PHT), yaitu : a. Budidaya tanaman sehat,
Pemeliharaan tanaman (misal anggrek yang baik), terdiri dari penyiraman teratur, pemupukan berimbang, penambahan atau penggantian media tumbuh. Sanitasi, membersihkan gulma, memotong dan memusnahkan daun-daun yang terserang organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

b. Pemanfaatan Agensia Hayati


Memberi peluang dan memanfaatkan agensia hayati predator, seperti Phytoseiulus persimilis, Typhlodromus sp. dan Athias henriot (Sianturi, 2005).

c. Monitoring - Lakukan pengamatan secara rutin, yaitu mingguan. d. Penggunaan Pestisida secara Bijaksana
Apabila hasil pengamatan mingguan menunjukkan intensitas serangan 15 persen, maka dapat menggunakan akarisida yang direkomendasikan pada saat ini.

77

Anda mungkin juga menyukai