Anda di halaman 1dari 26

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam melakukan tindakan medis, terdapat faktor lain yang nantinya juga akan mempengaruhi kesembuhan pasien. Hal tersebut yaitu mengenai hubungan antara dokter dan pasien. Hubungan terjadi ketika dokter bersedia menerima klien itu sebagai pasiennya. Hubungan antara orang yang memerlukan pertolongan dan orang yang diharapkan memberikan pertolongan pada umumnya bersifat tidak seimbang. Dokter pada posisi yang lebih kuat dan pasien berada pada posisi yang lebih lemah. Dalam hubungan yang demikian, dokter diharapkan akan bersikap bijaksana dan tidak memanfaatkan kelemahan pasien sebagai keuntungan bagi dirinya sendiri. Selain itu dokter juga mempunyai kewajiban moral untuk menghormati hak pasiennya sebagai manusia. Ketika dalam hubungan itu disertai dengan permintaan dokter untuk mendapatkan imbalan jasa dari pasien dan pasien bersedia memenuhinya, maka terjadilah hubungan yang disebut sebagai hubungan kontraktual. Dalam hubungan kontraktual terdapat kewajiban dan hak dari kedua belah pihak yang harus saling dihormati, serta tanggung jawab jika ada yang tidak memenuhi kesepakatan tersebut. Karena sifat hubungan yang tidak seimbang tersebut maka faktor kepercayaan memegang peranan penting. Apabila terjadi

ketidakseimbangan hubungan dokter-pasien maka salah satu akibatnya terjadilah perilaku dokter shopping. Untuk itu harus diperlukan pemahaman mengenai hak dan kewajiban bagi dokter, maupun hak dan kewajiban bagi pasien agar tidak ada yang dirugikan baik dokter maupun pasien.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja hak dan kewajiban pasien ? 2. Apa saja hak dan kewajiban dokter ?

1.3 Tujuan Pembelajaran Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan : 1. Hak dan kewajiban pasien 2. Hak dan kewajiban dokter

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Doctor Shopping Dokter shopping adalah kebiasaan pasien untuk berpindah dari satu dokter ke dokter lainnya dalam waktu yang singkat untuk memperoleh kesembuhan Dokter shopping adalah konsultasi ke beberapa dokter selama masa penyakit yang sama (Hagihara et all, 2005). Alasan perilaku dokter shopping : a. Pasien ingin memperoleh obat tertentu yang sering digunakannya b. Pasien merasa tidak puas karena dokter kurang komunikatif dan atau pasien tidak aktif memberikan informasi yang jujur dan terperinci Akibat perilaku dokter shopping : a. Pasien tidak mendapatkan hasil perawatan yang optimal. b. Ketergantungan obat karena mendapat obat yang sama. c. Obat yang di gunakan pasien sering tercampur antara resep dari 1 dokter dan dokter lainnya. d. Pasien mengalami kerugian finansial (terjadi pemborosan ) dan kerugian waktu. e. Pasien memiliki citra buruk terhadap dokter akibatnya citra dokter menjadi jelek. f. Paparan radiasi yang berlebihan dapat menambah potensi terjadinya kanker.

2.2 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan

pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: a. Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala. b. Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan

kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih. Tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi dokter adalah: a. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien). b. Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien, untuk

kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial. c. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien. d. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah yang dihadapinya. e. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien.

Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien. Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya: a. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis. b. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik. c. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya (Kurtz, et al. 1998)

MAPPING

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Hak dan Kewajiban Pasien 3.1.1 Hak Pasien 1. Hak Pasien Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 52.

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak: a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3); Pasal 45 ayat 3 : (3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup : a. diagnosis dan tata cara tindakan medis; b. tujuan tindakan medis yang dilakukan; c. alternatif tindakan lain dan risikonya; d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. Menolak tindakan medis; dan e. Mendapatkan isi rekam medis.

2. Hak Pasien Menurut Buku Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan Edisi 4 Dalam hubungan dokter dengan pasien, pasien memiliki hak-haknya yang harus dihormati oleh para dokter. Hak-hak asasi itu dapat dibatasi atau dilanggar apabila tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya

persetujuan utuk tindakan medic, persetujuan untuk tindakan medis, persetujuan menjadi donor dalam tindak transplantasi (untuk kepentingan orang lain) atau kesediaan ikut dalam penelitian biomedik. Dalam KODEKI terdapat pasal-pasal tentang kewajibandokter terhadap pasien yang merupakan pula hak-hak pasien yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya hak-hak pasien adalah sebagai berikut : 1. 2. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standart profesi kedokteran. 3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya. 4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik. 5. 6. 7. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akna diikutinya. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam risek kedokteran. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut. 8. 9. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.

10. Berhubungan dengan keluarga, penasihat, atau rohaniwan, dan lain-lain yang diperlukan selama perawatan di rumah sakit. 11. Memperoleh penjeasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Rontgen, Ultrasonografi (USG), CT-scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan sebagainya, (kalau dilakuakan) biaya kamar bedah, kamar bersalin, imbalan jasa dokter, dan lain-lainnya.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa hak memperoeh informasi atau penjelasan merupakan hak asasi pasien yang paling utama. Dalam memberikan informasi kepada

pasien, kadangkala agak sulit menentukan informasi yang mana yang harus diberiakn, karena sangat bergantung pada usia, pendidikan, keadaan umum pasien, dan mentalnya. Namun pada umumnya dapat dipedomani hal-hal berikut : 1. 2. Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien. Pasien harsu dapat memperoleh informasi tentang penyakitnya , tindakantindakan yang akan diambil, kemungkinan komplikasi dan risiko-risikonya. 3. Untuk anak-anak dan pasien penyakit jiwa, informasi diberikan kepada orang tua dan walinya.

3.1.2 Kewajiban Pasien 1. Kewajiban Pasien menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 53.

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban : a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi; c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2. Kewajiban Pasien menurut Buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Kewajiban-kewajiban pasien pada garis besarnya adalah sebagai berikut: a. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter Masyarakat perlu diberi penyuluhan, bahwa pengobatan penyakit pada stadium dini akn lebih berhasil dan mengurangi komplikasi yang merugikan. Penyakit kanker stadium dini jelas pada umumnya dapat sembuh bila diberikan terapi yang tepat, sedangkan pada stadium lanjut prognosisnya lebih buruk. Kadangkala pasien atau keluarganya membangunkan dokter pada tengah malam buta, padahal ia telah menderita penyakit beberapa hari sebelumnya. Walaupun

10

dokter harus siap melayani pasien setiap waktu, alangkah baiknya bila pasien dapat berobat pada waktu kerja. Sebagai seorang manusia biasa dokter memerlukan juga istirahat yang cukup. Lain hal nya dengan kasus gawat darurat atau (emergency case).

b. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya. Informasi yang benar dan lengkap dari pasien atau keluarga merupakan hal yang penting bagi dokter dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit. Bila dokter dituntut malpraktik, tuntutan dapat gugur bila terbukti pasien telah memberikan keterangan yang menyesatkan atau menyembunyikan hal-hal yang pernah dialaminya serta tidak memberitahukan obat-obat yang pernah diminumnya sehingga terjadi interaksi obat.

c. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter. Pasien berkewajiban mematuhi petunsjuk dokter tentang makan berpantang, minum, pemkaian obat-obat, istirahat, kerja, saat berobat berulang, dan lainlain. Pasien yang tidak mematuhi petunjuk dokternya, keberhasilan

pengobatannya akan berkurang.

d. Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah sakit, dan lain-lain. Dalam kontrak terapeutik, ada tindakan medik, baik untuk tujuan diagnosis maupun untukterapi yang harus disetujui oleh pasien atau keluarganya, setelah diberi penjelasan oleh dokter. Surat PTM yang sifatnya tulisan, harus ditandatangani oleh pasien dan/atau keluarganya.

e. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh. Pasien yang telah mempercayai dokter dalam upaya penyembuhannya, berkewajiban menyerahkan dirinya untuk diperiksa dan diobati sesuai

11

kemampuan dokter. Pasien yang tidak yakin lagi pada kemampuan dokternya, dapat memutuskan kontrak terapeutik atau dokternya sendiri yang menolak meneruskan perawatan.

f. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium dokter. Perlu ditekankan disini, bahwa imbalan untuk dokter merupakan penghargaan yang sepantasnya diberikan oleh pasien atau keluarga atas jerih payah seorang dokter. Kewajiban pasien ini haruslah disesuaikan dengan kemampuannya dan besar kecilnya honorarium dokter tidak boleh mempengaruhi dokter dalam memberikan pelayanan kedokteran yang bermutu, sesuai standar pelayanan medik. Memang ada juga pasien yang main kucing-kucingan, terutama pasien yang dirawat dirumah sakit, ia ingin dirawat di kelas VIP atau kelas I, tetapi honorarium untuk pasien minta dikurangi seperti untuk pasien di kelas III, ini tentulah kurang fair.

3.2 Hak dan Kewajiban Dokter 3.2.1 Hak Dokter 1. Kewajiban Dokter menurut Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (Pasal 50) Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak : a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional; c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan d. Menerima imbalan jasa.

12

2. Hak Dokter Gigi Menurut Buku Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. Sebagai manusia biasa dokter mempunyai tanggung jawab terhadap pribadi dan keluarga, disamping tanggung jawab profesinya terhadap masyarakat. Karena itu dokter juga mempunyai hak-hak yang harus dihormati dan dipahami oleh masyarakat sekitarnya. Hak-hak dokter adalah sebagai berikut: a. Melakukan praktek dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter (SID) dan Surat Izin Praktek (SIP). Dalam PP Nomor 58 tahun 1958 telah ditetapkan tentang wajib daftar ijazah dokter dan dokter gigi baru, yang disusul dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 560/Menkes/Per/X/1981 tentang pemberian izin

menjalankan pekerjaan dan izin praktek bagi dokter umum dan No. 561/Menkes/Per/X/1981 tentang pemberian izin menjalankan pekerjaan dan izin praktik bagi dokter spesialis. Menurut pasal 7 UU No. 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran sehinggan kini tugas registrasi dokter dan dokter gigi dilakukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Dengan demikian, dokter yang telah memperoleh surat tanda registrasi tersebut memiliki wewenang praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki (Pasal 35). b. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga tentang penyakitnya. Informasi tentang penyakit terdahulu dan keluhan pasien yang sekarang dideritanya, serta riwayat pengobatan sebelumnya sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis yang pasti. Setelah diperoleh anamnesis, dokter berhak melanjutkan pemeriksaan dan pengobatan walaupun untuk prosedur tertentu memerlukan PTM. c. Bekerja sesuai standar profesi Dalam upaya memelihara kesehatan pasien, seorang dokter berhak untuk bekerja sesuai standar (ukuran) profesinya sehingga ia dipercaya dan diyakini oleh masyarakat bahwa dokter bekerja secara profesional.

13

d. Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika, hukum, agama dan hati nurani. Hak ini dimiliki dokter untuk menjaga martabat profesinya. Dalam hal ini berlaku Sa science et sa consience ya ilmu pengetahuan, dan ya hati, nurani.

e. Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika menurut penilaiannya kerja sama pasien dengannya tidak berguna lagi, kecuali dalam keadaan gawat darurat. Dalam hubungan pasien dengan dokter haruslah saling harga menghargai dan saling percaya mempercayai. Jika instruksi yang diberika dokter, misalnya untuk meminum obat berkali-kali tidak dipatuhi oleh pasien dengan alasan lupa, tidak enak dan sebagainya sehingga jelas bagi dokter bahwa pasien tersebut tidak kooperatif. Dengan demikian, dokter mempunyai hak memutuskan kontrak terapeutik. f. Menolak pasien yang bukan bidang spesialisasinya, kecuali dalam keadaan darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu menanganinya. Seorang dokter harus senatiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Dengan demikian, seorang dokter yang telah menguasai sesuatu bidang spesialisanya, tentunya tidak mampu memberikan pelayanan kedokteran dengan standar tinggi kepada pasien yang bukan di bidang spesialisasinya. Karena itu, dokter berhak menolak pasien tersebut. Namun, untuk pertolongan pertama pada kecelakaan ataupun untuk pasien-pasien gawat darurat, setiap dokter berkewajiban menolongnya apabila tidak ada dokter lain yang menanganinya. g. Hak atas kebebasan pribadi (privacy) dokter. Psien yang mengetahui kehidupan pribadi dokter, perlu menahan diri untuk tidak menyebarluaskan hal-hal yang sangat bersifat pribadi dari dokternya. h. Ketentraman bekerja

14

Seorang dokter memerluka suasana tenteram agar dapat bekerja dengan baik. Permintaan yang tidak wajar sering diajukan oleh pasien atau keluarganya, bahkan disertai tekanan psikis atau fisik, tidak akan membantu dokter dalam memelihara keluhuran profesinya. Sebaliknya, dokter akan bekerja dengan tenteram jika dokter sendiri memegang teguh prinsip-prinsip ilmiah dan moral/etika profesi. i. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter. Hampir setiap hari dokter diminta surat keterangan tentang kelahiran, kematian, kesehatan, sakit dan sebagainya. Dokter berhak menerbitkan suratsurat keterangan tersebut tentunya berlandaskan kebenaran. j. Menerima imbalan jasa Dokter berhak menerima imbalan jasa dan pasien/keluarganya berkewajiban memberikan imbalan jasa tersebut sesuai kesepakatan. Hak dokter menerima imbalan jasa bisa tidak digunakan pada kasus-kasus tertentu, misalnya pasien tidak mampu, pertolongan pertama pada kecelakaan, dari teman sejawat dan keluarganya. k. Menjadi anggota perhimpunan profesi. Dokter yang melakuakan pekerjaan profesi perlu menggabungkan dirinya dalam perkumpulan profesi atau perhimpunan seminar dengan tujuan untuk meningkatkan IPTEK dan karya dalam bidang yang ditekuninya serta menjalin keakraban antara sesama anggota.

l. Hak membela diri Dalam hal menghadapi keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadapnya, atau dokter bermasalah, dokter mempunyai hak untuk membela diri dalam lembaga tempat ia bekerja (misalnya rumah sakit), dalam perkumpulan tempat ia menjadi anggota (misalnya PDGI, IDI), atau di pengadilan jika telah diajukan gugatan kepadanya.

15

3.2.2 Kewajiban Dokter 3. Kewajiban Dokter menurut Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (Pasal 51) Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban : a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

4. Kewajiban

Dokter

Menurut

Surat

Keputusan

Nomor:

Skep/034/Pb

Pdgi/V/2008 Tentang Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia BAB 1 KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah / Janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia Ayat 1 Dalam mengamalkan Sumpah/Janji Dokter Gigi dan Etika Kedokteran Gigi Indonesia,Dokter Gigi wajib menghargai hak pasien dalam menentukan nasib dan menjaga rahasianya , mengutamakan kepentingan pasien, melindungi pasien dari kerugian, memperlakukan orang lain dengan adil, selalu jujur baik terhadap pasien,

16

masyarakat, teman sejawat maupun profesi lainnya, sesuai dengan martabat luhur profesi Dokter Gigi.

Pasal 2 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur dalam menjalankan profesinya. Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati norma-norma yang hidup di dalam masyarakat. Ayat 2 Dokter Gigi di Indonesia wajib mentaati peraturan atau undang-undang Republik Indonesia serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

Pasal 3

: Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi

Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti memuji diri, mengiklankan alat dan bahan apapun, memberi iming-iming baik langsung maupun tidak langsung dan lain lain, dengan tujuan agar pasien datang berobat kepadanya. Ayat 2 Dokter Gigi di Indonesia dilarang menggunakan gelar atau sebutan profesional yang tidak diakui oleh Pemerintah Indonesia. Ayat 3 Dokter Gigi di Indonesia boleh mendaftarkan namanya dalam buku telepon atau direktori lain dengan ketentuan tidak ditulis dengan huruf tebal, warna lain atau dalam kotak. Ayat 4

17

Informasi profil Dokter Gigi yang dianggap perlu oleh masyarakat dikeluarkan oleh Pemerintah atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia baik melalui media cetak maupun elektronik. Ayat 5 Dokter Gigi di Indonesia, apabila membuat blanko resep, kuitansi, amplop, surat keterangan, cap dan kartu berobat harus sesuai dengan yang tercantum dalam SIP. Seandainya tempat praktik berlainan dengan rumah dapat ditambahkan alamat dan nomor telepon rumah. Ayat 6 Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi swasta dapat melalui beberapa cara ; praktik perorangan dokter gigi praktik perorangan dokter gigi spesialis praktik berkelompok dokter gigi praktik berkelompok dokter gigi spesialis 6.1 Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang diambil dari nama orang yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah meninggal dunia atau nama lain sesuai fungsinya. 6.2 Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik masing-masing maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab untuk tidak melanggar Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia Ayat 7 Papan Nama Praktik 7.1 Papan nama praktik perorangan termasuk neonbox berukuran 40 X 60 cm, maksimal 60 X 90 cm. Tulisan memuat nama, dan atau sebutan professional yang sah sesuai dengan SIP , hari dan jam praktik, Nomor Surat Ijin Praktik, Alamat Praktik dan nomor telepon praktik (bila ada) 7.2 Dokter gigi yang praktik berkelompok papan nama praktiknya ukurannya tidak boleh melebihi 250 x 100 cm. Tulisannya memuat nama praktik dokter gigi/ spesialis berkelompok (misalnya Ibnu Sina) , hari dan jam praktik, alamat, nomor telepon, Surat Ijin Penyelenggaraan dan Jenis pelayanan

18

7.3 Selain tulisan tersebut di 7.1 dan 7.2 tidak dibenarkan menambahkan tulisan lain atau gambar, kecuali yang dibuat oleh PDGI. Dalam hal tertentu, dapat dipasang tanda panah untuk menunjukkan arah tempat praktik, sebanyakbanyaknya dua papan nama praktik. 7.4 Papan nama dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan nama tersebut boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan 7.5 Papan nama praktek bila dianggap perlu bisa disertai bahasa Inggris.

Pasal 4 : Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan memberi jaminan dan/ atau garansi tentang hasil perawatan. Ayat 2 Dokter gigi di Indonesia tidak dibenarkan membuat surat/pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta/ kenyataan. Pasal 5 : Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi , melalui pasien atau agen. Pasal 6 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan martabat profesi dokter gigi Pasal 7 : Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat. Pasal 8 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya. Pasal 9 : Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

19

BAB II KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN Pasal 10 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan dan rahasianya. Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia wajib menyampaikan informasi mengenai rencana perawatan dan pengobatan beserta alternatif yang sesuai dan memperoleh persetujuan pasien dalam mengambil keputusan. Ayat 2 Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien bila menolak perawatan dan pengobatan yang diusulkan dan dapat mempersilahkan pasien untuk mencari pendapat dari profesional lain (second opinion). Ayat 3 Dokter Gigi di Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia. Rahasia pasien hanya dapat dibuka berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang, diminta oleh Sidang Pengadilan, dan untuk kepentingan pasien atau masyarakat. Pasal 11 : Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian. Ayat 1 Dalam memberikan pelayanan dokter gigi di Indonesia wajib bertindak efisien, efektif dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan pasien. Ayat 2 Dalam hal ketidakmampuan melakukan pemeriksaan atau pengobatan, dokter gigi wajib merujuk pasien kepada dokter gigi atau profesional lainnya dengan kompetensi yang sesuai. Ayat 3 Dokter Gigi di Indonesia yang menerima pasien rujukan wajib mengembalikan kepada pengirim disertai informasi tindakan yang telah dilakukan berikut pendapat dan saran secara tertulis dalam amplop tertutup. Ayat 4

20

Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan ijin kepada pasien yang ingin melanjutkan perawatannya ke dokter gigi lain dengan menyertakan surat rujukan berisikan rencana perawatan, perawatan atau pengobatan yang telah dilakukan, dilengkapi dengan data lainnya sesuai kebutuhan. Pasal 12 : Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien. Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia dalam melayani pasien harus selalu mengedepankan ibadah dan tidak semata mata mencari materi. Ayat 2 Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-batas kemampuannya sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang lebih mampu melakukannya. Ayat 3 Dokter Gigi di Indonesia wajib mendahulukan pasien yang datang dalam keadaaan darurat. Ayat 4 Dokter Gigi wajib memberitahukan pasien bagaimana cara memperoleh pertolongan bila terjadi situasi darurat.

Pasal 13 : Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil. Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ke tempat praktiknya berdasarkan pertimbangan status sosial-ekonomi, ras, agama, warna kulit, jenis kelamin, kebangsaan , penyakit dan kelainan tertentu. Ayat 2 Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan menuntut imbalan jasa atas kecelakaan/kelalaian perawatan yang dilakukannya.

21

Pasal 14 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan RekamMedikPasien.

BAB III KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 15 : Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia wajib memelihara hubungan baik dengan teman sejawat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesi. Pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh hendaknya diinformasikan kepada teman sejawat yang lain. Ayat 2 Sopan santun dan saling menghargai sesama teman sejawat harus selalu diutamakan.Pembicaraan mengenai teman sejawat yang menyangkut pribadi atau dalam memberi perawatan harus disikapi secara benar, informatif dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa menyalahkan pihak lain Ayat 3 Dalam menghormati azas hidup berdampingan dan kerjasama antar sejawat, jasa perawatan tidak selayaknya dibebankan pada teman sejawat maupun keluarganya. Perawatan yang membutuhkan biaya bahan dan pekerjaan laboratorium hendaknya dipungut tidak lebih dari biaya bahan dan pekerjaan laboratorium yang dikeluarkan. Ayat 4 Dalam melaksanakan kerjasama,segala bentuk perbedaan pendapat mengenai cara perawatan, pembagian honorarium hendaknya tidak perlu terjadi dan apabila terjadi, hendaknya dapat diselesaikan secara musyawarah, apabila musyawarah tidak tercapai, maka dapat meminta pertolongan kepada Organisasi Profesi tanpa melibatkan pihak lain. Ayat 5

22

Apabila akan membuka praktik disuatu tempat sebaiknya memberitahukan terlebih dahulu kepada teman sejawat yang praktiknya berdekatan. Ayat 6 Dalam menulis surat rujukan seyogianya memperhatikan tata krama dengan isi meliputi : Teman sejawat yang dituju, identitas pasien, kondisi / masalah pasien dan bantuan yang diharapkan serta ucapan terima kasih. Ayat 7 Apabila merujuk atau menerima rujukan pasien, para pihak tidak dibenarkan meminta atau memberi imbalan (komisi).

Pasal 16 : Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 17 : Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 18 : Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pasal 19 : Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi

23

BAB IV KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 20 : Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya. Ayat 1 Dokter Gigi di Indonesia harus meyadari bahwa kehidupan pribadinya terikat pada status profesi. Ayat 2 Dokter Gigi di Indonesia harus memelihara kehormatan, kesusilaan, integritas dan martabat profesi. Ayat 3 Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari perilaku yang tidak profesional. Ayat 4 Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari penggunaan sertifikat, tanda penghargaan dan tanda keanggotaan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang diakui oleh pemerintah.

Pasal 21 : Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.

Pasal 22 : Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi. Pasal 23 : Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan optimal.

24

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dalam hubungan dokter dan pasien masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Dokter dan pasien harus memahami, menghayati dan mengamalkan hak dan kewajibannya agar tidak menimbulkan konflik antara kedua belah pihak.

25

DAFTAR PUSTAKA

Hagihara A, Trumi K, Odamaki M, Nobutomo K. A. Signal Detection Approach To Patient-Doctor Communication And Doctor Shopping Behaviour Among Japanese Patients. Journal. Eval Clin Pract. 2005; 11; 556-567. Hanafiah, M.Jusuf dan Amir Amri. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4. Jakarta: EGC Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press. Mochtar, Iqbal. 2009. Dokter Juga Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. 2008. Surat Keputusan Nomor: Skep/034/Pb Pdgi/V/2008 Tentang Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai