Anda di halaman 1dari 23

HOSPITALISASI PADA ANAK

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai : 1.Pengalaman yang mengacam 2.Stressor Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena : 1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka 2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari 3.Keterbatasan mekanisme koping Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi : 1.Tingkat perkembangan usia 2.Pengalaman sebelumnya 3.Support system dalam keluarga 4.Keterampilan koping 5.Berat ringannya penyakit Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi : 1.Takut 1)Unfamiliarity 2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan 3)Rutinitas rumah sakit 4)Prosedur yang menyakitkan 5)Takut akan kematian 2.Isolasi Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung. 3.Privasi yang terhambat Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak 1.Berpisah dengan orang tua dan sibling 2.Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing.binatang buas 3.Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan 4.Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit 5.Prosedur yang menyakitkan 6.Takut akan cacat atau mati. Stressor pada Infant

Separation anxiety ( cemas karena perpisahan ) -Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat -Kemampuan bahasa terbatas Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap 1.Tahap Protes ( Fase Of Protes ) -Menangis kuat -Menjerit -Menendang -Berduka -Marah 2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair ) -Tangis anak mula berkurang -Murung, diam, sedih, apatis -Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya -Menghisap jari -Menghindari kontak mata -Berusaha menghindar dari orang yang mendekati -Kadang anak tidak mau makan 3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial ) -Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura ) -Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya -Bermain dengan orang lain -Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain. -Anak mulai terlihat gembira Kehilangan Fungsi dan Kontrol Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak Gangguan Body Image dan Nyeri -Infant masih ragu tentang persepsi body image -Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka. -Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant. Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi.

Pengertian anak tentang sakit -Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka. -Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi. -Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah. Separation /perpisahan -anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua -anak sering mimpi buruk Kehilangan fungsi dan control Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan. Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas Gangguan Body Image dan nyeri -Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi -Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan Pengertian tentang sakit -anak usia 5 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus istirahat di tempat tidur -Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit yang di alaminya. Separation /Perpisahan -Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan terjadi. -Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama. -Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas. Kehilangan Fungsi Dan Kontrol -Bag anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak frustasi, marah dan depresi. -Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka

terhambat. Gangguan body image dan nyeri -anak mulai menyadari tentang nyeri -Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR -Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain. -Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah Separation / Perpisahan -Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah -Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress -Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman Kehilangan fungsi control Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya. Gangguan body Image -Anak takut mengalami kecacatan dan kematian -Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA Pengertian tentang sakit -Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks -Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit. Separation / Perpisahan -Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya. -Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya jika mereka mengalami kecacatan. Kehilangan fungsi control -bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka. -Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri remaja. -Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri Gangguan body image -sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya

perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya. -Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ seksual. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN HOSPITALISASI ANAK Bagian integral dari keluargaAnak Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999) Bagaimana reaksi orang tua ? Reaksi orang tua dipengaruhi oleh : 1.Tingkat keseriusan penyakit anak 2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi 3.Prosedur pengobatan 4.Kekuatan ego individu 5.Kemampuan koping 6.Kebudayaan dan kepercayaan 7 Komunikasi dalam keluarga Pada umumnya reaksi orang tua 1.Denial / disbelief Tidak percaya akan penyakit anaknya 2.Marah / merasa bersalah Merasa tidak mampu merawat anaknya 3.Ketakutan, cemas dan frustasi -Tingkat keseriusan penyakit -Prosdur tindakan medis -Ketidaktahuan 4.Depresi -terjadi setelah masa krisis anak berlalu -Merasa lelah fisik dan mental -Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah -Berhubungan dengan efek samping pengobatan -Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan Bagaimana reaksi sibling ? Pada umumnya reaksi sibling -merasa kesepian -Ketakutan -Khawatir -Marah

-Cemburu -Rasa benci -Rasa bersalah Pengaruh pada fungsi keluarga Pola Komunikasi -Komunikasi antar anggota keluarga terganggu -Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik PENURUNAN PERAN ANGGOTA KELUARGA POLA KOMUNIKASI -Kehilangan peran orang tua -Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat -Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial. HOW TO HELP THE CHILDREN COPE WITH HOSPITALIZATION ? -Preparation for hospitalization is very important with children whenever time permits -Visit to the hospital -If the hospital have videos that parents and children can watch together. The best videos are those that are specific to the hospital to be used and those that are tailored to the specific illness and procedures the child with experience. -The preparation techniques for specific procedures -Letting the child know why she / he need to be in hospital and when she / he becoming home -Let the child know what she / he will see, hear, smelt, feel and be expected to do. Reassure a child that he / she is not being punished for some thing they did wrong. -Understand the childs feelings, listen to his concerns, fears and fantasies. Remind him that it is ok to be scared or cry. -Supporting the child -Give adequate information can help decrease some of that fear.-Involve parents in caring children, rooming in Bagaimana mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak -Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan -Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga. -Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak -Beri dukungan pada anak dan keluarga -Beri informasi yang adekuat. have a nive learning by : masykur alawi Diposkan oleh masalawiners di 05:30

KONSEP BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI

Oleh H. Farihen

A.

PENDAHULUAN

Pendidikan bagi anak usia dini atau anak usia 0-8 tahun, sejak lama telah menjadi perhatian para orang tua, para ahli pendidikan, dan pemerintah. Hal ini karena begitu bermakna dan menentukan pendidikan pada masa usia dini tersebut bagi jenjang pendidikan dan perkembangannya di masa depan. Pada masa ini pendidikan, sesuai dengan watak anak, berlangsung dalam bentuk permainan. Karena itu, melarang bermain bagi anak sama dengan melarang anak belajar. Dalam kehidupan masyarakat banyak dijumpai para orang tua yang kurang atau tidak menyadari betapa pentingnya masalah bermain ini bagi tumbuh kembang anak, sehingga para orang tua tidak pernah memberikan

perhatian, apalagi secara terencana untuk memfasilitasi kecenderungan tabiat bermain anak tersebut, apalagi secara terprogram. Bahkan tidak jarang orang tua tidak sabar dan merasa kesal bila melihat anaknya bermain dengan mengacak-acak barang yang dimainkannya. Tidak jarang orang tua memilih agar rumahnya tetap tampak rapih, tidak disentuh-sentuh, dicorat coret dan atau membatasi anaknya yang akan bermain, sehingga tanpa disadari bahwa secara substansial ia telah mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Akibatnya, banyak potensi anak yang semestinya berkembang dengan baik akan mengalami hambatan dan bahkan mati. Tulisan sederhana ini akan mengetengahkan tentang kapan waktu yang tepat bagi anak untuk bermain dan pertama mendapatkan pendidikan, bagaimana konsep bermain yang dikemukakan oleh para tokoh, baik dari tokoh klasik, modern dan kontemporer, dan sebagainya sehingga dapat menjadi media diskusi bagi para pendidik dan orang tua bagaimana sebaiknya menangani dan mendidik anak pada usia dini.

B.

PERKEMBANGAN KOSEP BERMAIN

Walaupun para ilmuwan sulit untuk mengetahui kapan pendidikan anak usia dini dilaksanakan untuk pertama kali, namun diperkirakan sejak para ahli filsafat seperti Plato ( 427-374 B.C ) dan Aristoteles ( 394-332 B.C ) pendidikan ini telah dilaksanakan ( Seefeldt dan Barbour, 1994:2 ). Plato mengemukakan bahwa waktu yang paling tepat untuk pendidikan anak adalah sebelum usia 6 tahun. Menurut Comenius, pendidikan anak itu berlangsung sejalan dengan bermain karena bermain adalah realisasi dari pengembangan diri dalam kehidupan anak. Selanjutnya Johan Pastalozi ( 1746-1827 ) berpendapat bahwa pendidikan dimulai dari rumah, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan berbagai pengalaman indera yang dialaminya. Adapun pendapat yang menyatakan, bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar, yaitu usia tujuh tahun, ternyata tidaklah benar. Hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 %. Artinya apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang optimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal. Semakin dini penanganan dan bentuk-bentuk rangsangan yang dilakukan orang tua/ pendidik terhadap anaknya maka hasilnya akan semakin baik. Sebaliknya, semakin lama (lambat) anak mendapatkan

penanganan dan bentuk-bentuk rangsangan yang baik, maka semakin buruk hasilnya. Plato adalah filsuf pertama yang memandang arti penting bermain bagi seorang anak. Plato melihat pentingnya nilai praktis yang ada dalam permainan. Misalnya pelajaran Aritmatika untuk soal pembagian akan mudah diterima oleh anak-anak dengan cara membagikan apel kepada mereka. Sejarah perkembangan teori bermain juga berdampak positif terhadap reformasi pendidikan pada zaman realisme atau zaman baru. Zaman realisme abad 17 dipelopori oleh Johann Amos Comenius ( 1592-1670 ). Comenius yang beragama Kristen Protestan itu mempelajari teologi dan menjadi pendeta serta memimpin sekolah di Fulneck. Dia menulis buku tentang informatorium. Buku tersebut berisi tentang cara bagaimana orang tua mendidik anaknya menjadi seorang Kristen Protestan yang baik. Menurutnya seorang ibu adalah seorang pendidik di rumah, ibu harus mengajarkan dengan mengoptimalkan fungsi panca indera melalui peragaan dan mengurangi verbalisme. Pada abad 18 atau zaman rasionalisme merupakan zaman perubahan yang hebat. Hal ini karena untuk memperoleh ilmu pengetahuan harus yang hebat. Dalam hal ini, untuk memperoleh ilmu pengetahuan harus dilakukan melalui percobaan, pengamatan dan pengalaman. Dalam konteks belajar sekarang ini, maka konsep belajar di atas hampir setara dengan konsep learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. John Lock ( 1932-1704 ) adalah seorang pedagogik. Lock menjelaskan kosep home Schooling. Anak usia dini harus dididik dan diajarkan tentang pendidikan jasmani, pendidikan scholastik, pendidikan moral, pendidikan agama melalui permainan. Pemikiran Locke dianjurkan oleh Jean Jacques Rousseau ( 1712-1778 ). Ia mengajarkan pendidikan rohani, moral, jasmani, berenang, pemahaman jender, melatih indera anak, kebebasan bermain, pengamatan, pengalaman, bahasa asing, menyanyi, menggambar pada anak usia dini melalui pengenalan alam sekitar dimana anak berada. Henrich Pestaloozi ( 1746-1827 ) menjelaskan konsep bermain dengan praktek langsung sehingga anak mempunyai pengalaman dan latihan. Rumah adalah tempat anak bermain. Konsep bermain bagi anak usia dini mengajarkan tentang berhitung, menulis,bercakap-cakap, gerak badan, berjalan-jalan dengan bermain. Pestalozzi menjelaskan bahwa melalui bermain maka anak usia dini secara alamiah akan berusaha mengembangkan kemampuan-kemampuan dasarnya untuk belajar. Friedrich Froebel ( 1782- 1852 ) menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan, bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan proses belajar sambil bekerja. Konsep belajar seraya bermain ini sampai saat ini masih menjadi trend untuk pendidikan anak usia dini.

Abad 19 terdapat Spencer, Lazarus, G. Stanley H., Hal Groos. Dll. Teoriteori tentang bermain dapat dikelompokan dalam 2 bagian, yaitu: (1) bermain yang didasarkan pada teori surplus energi dan teori rekreasi, (2) teori rekapitulasi dan praktis. Herbert Spencer ( kakek moyang Lady Diana ) dari Inggris dalam bukunya Principles of Psychology berpendapat bahwa kegiatan bermain seperti berlari, berlompat, berguling terjadi akibat anak kelebihan energi. Sebagai contoh, Saila, umur 9 bulan, begitu ia terjaga dari tidur maka ia langsung tertawa dan merangkak lalu berpegangan kedinding tangga dan meraih benda atau mainan apa saja yang menarik hatinya kemudian memainkannya lewat tangan, atau mulutnya sampai bosan kemudian beralih ke benda lain, seperti kertas dan plastik atau mainan lainnya untuk dimainkannya sampai capek dan tidur. Begitulah anak bermain dan ia belajar dari apa yang ia lihat, dengar, cium dan pegang dalam kehidupannya, seolah tanpa lelah, karena ia memang kelebihan energi dan merasa puas bereksplorasi dengan menyenangkan. Bila ia diganggu, dirampas apa yang ia pegang atau apa yang ia mainkan, maka ia akan menangis, kecuali diberikan benda pengganti yang sama-sama menarik untuk dirinya. Moritz Lazarus dengan teori rekreasi menjelaskan, bahwa tujuan bermain adalah untuk memulihkan energi yang sudah terkuras saat bergerak atau melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu atau bekerja dapat menyebabkan berkurangnya tenaga. Tenaga ini dapat dipulihkan kembali dengan cara tidur atau melibatkan dalam kegiatan yang sangat berbeda dengan bekerja. Karl Groos, seorang filsuf menguraikan bahwa bermain berfungsi untuk memperkuat insting yang diperlukan untuk kelangsungan hidup anak di masa yang akan datang. Ia mendasarkan teorinya itu pada prinsip seleksi alamiah yang dijelaskan oleh Charles Darwin. Fungsi bermain mempunyai manfaat secara biologis untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Pada zaman modern sekarang ini memang sudah banyak sekali para ahli pendidikan yang membicarakan tentang bermain dan hubungannya dengan perkembangan anak, antara lain: 1. Teori Psikoanalis Sigmund Freud 2. Teori Kognitifa, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dst. 3. Teori Perkembangan sosial, dls. Peran bermain dalam perkembangan sosial anak misalnya, menurut pandangan psikoanalisis adalah untuk mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi. Tampaknya Freud melihatnya dalam pengalaman lahir. Dalam peristiwa kelahiran seorang bayi menyiratkan kesan tidak enak, trauma dan mungkin juga frustasi keluar dari rahim ibunya, sehingga anak akan merasa tenang dalam dekapan ibunya, dan bermain menyebabkan anak ceria dan menimbulkan kreatifitas.

Bagi Piaget, peran bermain terhadap perkembangan sosial anak adalah untuk memperaktikkan dan melakukan konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Vygotsky, bermain dapat memajukan berpikir abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya. Dalam teori perkembangan sosial, seperti yang dikemukakan oleh Mildred Farten, menyatakan bahwa kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi. Dengan bermain kadar interaksi sosialnya akan meningkat. Kadar interaksi sosial tersebut dimulai dari bermain sendiri dan dilanjutkan dengan bermain secara bersama. Karena itu dalam konteks ini akan tampak, bahwa anak yang dibiasakan bermain akan lebih mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin banyak ia disosialisasikan dengan orang lain, maka akan semakin mudah ia berinteraksi dengan dan menerima (kehadiran) orang lain. Dalam kontes agama Islam, setelah persalinan anak akan diadzankan oleh orang tuanya kemudian setelah tujuh hari ia akan diberi nama dan diakekahkan serta dipotong rambutnya di hadapan undangan yang diiringi dengan lagu-lagu pujian. Semua itu akan sangat menyenangkan bagi anak dan merupakan pengalaman interaksi sosial yang sangat baik dari proses sosialisasi.

C.

MAKNA BERMAIN

Para ahli mendefinisikan bermain sebagai suatu perilaku yang mengandung motivasi internal yang berorientasi pada proses yang dipilih secara bebas dan bukan hanya prilaku pura-pura yang berorientasi pada suatu tujuan menyenangkan yang diperintahkan. Kegiatan bermain ini adalah fungsi dari seluruh manusia.Sandra J, Stone (1993). Karena itu, bermain dilakukan oleh siapa saja di berbagai belahan dunia, baik laki-laki maupun perempuan dari anak-anak sampai orang dewasa. Stone mengatakan bahwa bermain ada di setiap negara, budaya, bahasa, dimana saja anak-anak dunia bermain. Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger, bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan. Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Ketika anak-anak mulai mampu berbicara dan berfantasi, misalnya, fungsi kenikmatan meluas menjadi schaffensfreude (kenikmatan berkreasi). Konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh Charlotte Buhler yang menganggap bermain sebagai pemicu kreativitas. Menurutnya anak yang banyak bermain akan meningkatkan kreativitasnya. Kendati bermain bukanlah bekerja dan tidak sungguh-sungguh, Sigmund Freud yakin bahwa anak-anak menganggap bermain sebagai sesuatu yang serius. Dalam bermain anak-anak menumpahkan seluruh

perasaannya. Bahkan mampu mengatur dunia dalamnya agar sesuai dengan dunia luar. Ia berusaha mengatur, menguasai, berpikir dan berencana. Karenanya menurut Erik Erikson, bermain berfungsi memelihara ego anak-anak. Hal ini dapat dipahami karena anak yang sedang bermain merasakan senang sehingga terpaksa ia harus mempertahankan kesenangannya itu atau sebaliknya ia akan memelihara egonya secara proporsional, sehingga menimbulkan rasionalitas dan tenggang rasa terhadap anak lainnya. Semakin intens pengalaman itu dilalui anak akan semakin kuat juga interaksi sosialnya dalam proses sosialisasi tersebut. Jean Piaget menyatakan, bahwa bermain menunjukkan dua realitas anak-anak, yaitu adaptasi terhadap apa yang sudah mereka ketahui dan respon mereka terhadap hal-hal baru. Dalam bermain, sarana sering menjadi tujuan. Banyak respon muncul, ya demi respon itu sendiri. Anak berlari, misalnya, bukan demi kesehatan tetapi demi lari itu sendiri. Lari ya lari, titik. Jadi bagi anak, bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam diri menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Bermain juga bisa menjadi sarana penyaluran kelebihan energi dan relaksasi.

D.

KESIMPULAN

Secara singkat dapat disimpulkan, bahwa bermain merupakan sarana utama untuk belajar tentang hukum alam, hubungan antar orang dan hubungan antara orang dan objek. Karena itu bermain bagi anak adalah mutlak, karena lekat dan merupakan kecenderungan tabiat insaniah. Maka tidak seorangpun yang tidak pernah bermain, tentu sesuai kapasitas dan kemampuan dalam melakukannya. Dengan bermain anak akan ceria, kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir abstrak, mengatur diri dan seterusnya. Melarang bermain berarti melarang belajar. Perbedaan antara bermain dan bukan bermain tidak terletak pada jenis kegiatan (apa) yang dilakukan, akan tetapi lebih pada (bagaimana) sikap individu dalam melakukannya. Konsep-konsep bermain seperti yang dikemukakan para ahli di atas bisa menjadi acuan untuk memahami dan mendorong serta mengarahkan anak dalam bermain. Dengan demikian, orang tua atau pendidik akan terhindar dari kesalahan atau meminimalkan kesalahan dalam mendidik anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Stone, Sandra J, Playing A Kids Bermain, United States of America: Good Year Books, 1993. Jalal, F. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya PADU, Bule3tin PADU Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, 2003. Santrock W. Jhon, Child Development, Chicago: Brawn & Benchmark Tedjasaputra, Mayke S., (2001), Bermain Mainan untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Grasindo. Jamaris, Martini., Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanan, Jakarta: PT. Grasindo. Einon, Dorothy, Thing to Do to Play and Learning, Greet Britain: Hamlyn, (1994).

KONSEP BERMAIN PADA ANAK


KONSEP BERMAIN PADA ANAK Pengertian Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yg dapat dilakukan,

dan mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000). Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah Kegiatan yang tdk dpt dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari krn bermain sama dgn berja pada org dewasa, yg dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dgn ling, menyesuaikan diri dgn ling, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak. FUNGSI BERMAIN 1. Perkembangan sensorik motorik Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. 2. Perkembangan intelektual Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi thp segala sesuatu yg ada di ling sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah. 3. Perkembangan sosial. Perkbg sosial ditandai dgnkemampuan berinteraksi dgn lingkungannya. Bermain dgn orla akan membantu anak utk mengembangkan hub sosial dan belajar memecahkan masalah dari hub tersebut.Anak belajar berinteraksi dgn teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar ttg nilai sosial yang ada pd kelompok. 4. Perkbg kreatifitas Kemampuan utk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. 5. Perkembangan kesadaran diri. Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur t.l. Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dgn orla dan menguji kemampuannya dgn mencoba peran baru dan mengetahui dampak t.l terhadap orla. 6. Perkembangan moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari ling, terutama dari ortu dan guru. Anak akan mendapatkan kesempatan utk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di ling dan dpt menyesuaikan diri dgn aturan yg ada dikelompoknya. Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yg akan dilakukan. 7. Terapi Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yg sangat tidak menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih

dan nyeri, sehinggaanak anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dlm bentuk permainan. TUJUAN BERMAIN 1. Untuk melanjutkan tukem yg normal pada saat sakit . 2. Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya. 3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. 4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN 1.Tahap perkembangan anak Perawat hrs mengetahui dan memberikan jenis permainan yg tepat utk setiap tahapan pertumb dan perkem anak. 2. Status kesehatan anak Perawat hrs mengetahui kondisi ana pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yg dapat dilakukan anak sesuai dgn prisnsip bermain pd anak yg sedang dirawat di RS. 3. Jenis kelamin Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Ada pendapat ygdiyakini bahwa permainan adl salah satu alat mengenal identitas dirinya. 4. Ling yang mendukung Ling yg cukup luas utk bermain memungkinkan ana mempunyai cukup ruang utk bermain. 5. Alat dan jenis permainan yg cocok Pilih alat bermain sesuai dgn tahapan tukem anak Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal. KLASIFIKASI BERMAIN a. Menurut isinya Sosial affective play : hub interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla (EX : ciluk-baa). Sense of pleasure play : permaianan yg sifatnya memberikan kesenangan pada anak (EX : main air dan pasir). Skiil play : permainan yg sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik sepeda). Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat). Games : permaianan yg menggunakan alat tertentu yg menggunakan perhitungan / skor (EX : ular tangga). Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yg digunakan sebagai alat permainan(EX : jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb). b. Karakter sosial

Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak). Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan, tetapi anak bermain sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya. Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya tida ada sosialisasi. Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak). Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).

BENTUK-BENTUK PERMAIANAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play). - Visual :dpt melihat dgn jarak dekat - Audio : berbicara dgn bayi - Taktil : memeluk, menggendong - Kinetik : naik kereta, jalan-jalan. b. Umur 2-3 bln - Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda . - Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi - Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut. c. Umur 4-6 bln - Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV. - Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas. - Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya. - Taktil : memberikan bayi bermain air. d. Umur 7-9 bln - Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara sendiri. - Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti mama,papa. - Taktil : membiarkan main pada air mengalir. - Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat. e. Umur 10-12 bln - Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku. - Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya. - Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan angin. - Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda atau kereta. - Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat. f. Umur 2-3 tahun - Paralel play dan sollatary play - Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak mainan) - Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.

g. Preschool 3-5 thn - Associative play , dramatik play dan skill play. - Sudah dapat bermain kelompok - Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran. h. Usia sekolah - Cooperative play - Kumpul prangko, olra. i. Masa remaja - Anak lebih dekat dgn kelompok - Olra, musik,komputer, dan bermain drama. PRINSIP BERMAIN DI RS Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang. Kelompok umur yg sama. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan Semua alat permaianan dpt dicuci Melibatkan ortu.

Konsep imunisasi (anak) - Presentation Transcript


1. OLEH : WHENNY YUSVITA P.S S.Kep, Ns STIKES MOJOPAHIT MOJOKERTO KONSEP IMUNISASI 2.

o o

Imunisasi adalah upaya yg dilakukan dgn sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (DepKes, 2000). Imunitas pasif adalah tubuh tidak membentuk imun, tetapi menerima imun. Imunitas aktif adalah tubuh yg membentuk kekebalan sendiri.

PENGERTIAN 3. PROSES IMUNISASI June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 4. PEMBERIAN IMUNISASI o Ada bbbrp hal penting yg harus diperhatikan perawat, adalah : o Ortu anak harus ditanyakan : o Status kesehatan anak saat ini, apakah dlm kondisi sehat atau sakit. o Pengalaman/reaksi thp imunisasi yg pernah di dpt sebelumnya. o Penyakit yg dialami dimasa lalu dan sekarang. June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 5.
o

o o

Ortu hrs mengerti ttg hal-hal yg berkaitan dgn penyakit yg dpt dicegah dgn imunisasi (pengertian, jenis imunisasi, alasan imunisasi, manfaat imunisasi dan efek sampingnya). Catatan imunisasi yg lalu (apabila sdh pernah mendpt imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kes melalui tindakan imunisasi. Penkes utk ortu. ( Gunakan pertanyaan terbuka utk mendptkan informasi seluas-luasnya).

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 6.


o o o o o o

Kontraindikasi pemberian imunisasi. Ada bbrp kondisi yg menjadi pertimbangan utk tdk memberikan imunisasi pada anak,yaitu: Flu berat atau panas tinggi Perubahan pada sistem imun yg tdk dpt menerima vaksin virus hidup. Sedang dalam pemberian obat2tan yg menekan sistem imun, Mis : transfusi darah dan imunoglobulin. Riwayat alergi thp pemberian vaksin (pertusis).

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 7. Di mana imunisasi dapat diperoleh? o Imunisasi dapat diperoleh di : o Posyandu, o Puskesmas,

o o o o

Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek Dokter Atau Bidan, Dan Di Rumah Sakit.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 8. JENIS KEKEBALAN/IMUNITAS o Kekebalan pasif o Kekebalan pasif ada dua kategori yaitu kekebalan bawaan dan pasif didapat. o Kekebaalan pasif adalah pemberian antibodi yg berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain . o Ex kekebalan pasif di dapat : o Campak , tetanus , rabies o Harus dilakukan skin test sebelumnya. June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 9.
o o o o

Menurut lokasi ada dua jenis imunitas, yaitu humoral dan seluler. Imunitas humoral terdapat dlm imunoglobin (Ig) yaitu (Ig G,A, dan M). Imunitas seluler terdiri atas fagositosis oleh sel-sel sistem retikuloendotelial. Imunitas seluler berhub dgn kemampuan sel tubuh utk menolak benda asing dan dpt di tunjukkan dgn adanya alergi kulit thp benda asing.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 10.


o o o o

Imunitas Aktif Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat. Kekebalan yg didapat secara alami , mis anak yg terkena difteri atau poliomielitis Kekebalan yg sengaja dibuat yg dikenal dgn imunisasi dasar dan ulangan (booster)

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 11. PENYAKIT YG DPT DICEGAH DGN IMUNIASASI o Tuberkulosis o Peny. ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yg sebagian besar menyerang masyarakat dgn kelas sosial ekonomi rendah. o Organ yg sering terkena adalah paru, kelenjar, kulit, tulang, sendi dan selaput otak.

o o

Cara penularan : melalui droplet atau percikan air ludah, Imunisasi yg dapat mencegah penyakit ini adl BCG

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 12.


o o o o o

2. Difteri Disebabkan oleh Corynebacterium Dyptheria. Penularannya melalui percikan ludah yg tercemar. Difteri dpt menjadi endemik pd ling masy dgn sosial ekonomi rendah. Imuniasasi yg diberikan adalah DPT.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 13.


o o o o o o

3 Pertusis Disebabkan oleh Bordetella pertusis Penularannya melalui droplet. Istilah awamnya adalah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis adalah pneumonia Gejala awal berupa batuk pilek, kemudian setelah hari ke 10 batuk bertambah berat dan sering kali muntah.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 14.


o o

o o

4. Tetanus Disebabkan oleh Mycobacterium Tetani, yg berbentuk spora masuk ke dlm luka terbuka, berkembang biak secara anerobik, dan membentuk toksin. Tetanus yg khas terjadi pada usia anak adalah tetanus neonatorum. T.Neonatorum dpt menimbulkan kematian karena terjadi kejang , sianosis, dan henti napas.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 15.


o o o

Resevoarnya adalah kotoran hewan atau tanah yg terkontaminasi kotoran hewan dan manusia. Gejala awal ditunjukkan dgn mulut mecucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dgn imunisasi atau vaksinasi lengkap.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 16.

o o o o o

5. Poliomielitis Penyebab infeksi adalah virus polio tipe 1,2, dan 3 dan menyerang mielin atau serabut otot. Kelumpuhan dpt terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah memeluui droplet dan reservoarnya adalah manusia yg menderita polio. Pencegahan dpt dilakaukan dgn imunisasi polio.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 17.


o o o

6. Campak Penyebab penyakit ini adalah virus morbili, yg menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dgn adanya kemerahan yg mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan, biasanya juga timbul gejala flu disertai mata berair dan kemerahan. Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yg akan tampak seperti sisik dalam waktu 1-2 mgg

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 18.


o o

Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak. Komplikasi yg harus dicegah adalah OMA, Konjungtivitis Berat, Pneumonia.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 19.


o o o o

7. Hepatitis B Penyakit infeksi disebabkan oleh virus hepatitis tipe B. Kelompok yg berisiko adalah pecandu narkotika, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, atau akupuntur. Gejala yang muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual, dan kadang kadang ikterik.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 20.


o o o

7. Typus Abdominalis Tujuan pemberian imunisasi ini adalah mencegah terjadinya penyakit tipus abdominalis. Ada 3 jenis vaksin diantaranya kuman yg dimatikan, kuman yg dilemahkan dan antigen capsular Vi poliysacaride

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 21.


o o o

Vaksin kuman yg dimatikan dpt diberikan utk bayi 6-12 bulan adalah 0.1 ml, 1-2 thn 0,2 ml, dan 2-12 thn adalah 0,5 ml. Vaksin kuman yg dilemahkan dpt diberikan dlm bentuk capsul sebelum makan pada hari 1, 2, dan 5 pada anak di atas usia 6 thn. Antigen capsular diberikan pada usia di atas dua tahun dan dapat di ulang tiap 3 tahun.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 22.


o o o o o

8. Imunisasi Varicella Digunakan untuk mencegah terjadinya peny varicella (cacar air). Merupakan virus hidup varicella zoozter yg dilemahkan. Diberikan pada usia 12 thn di daerah tropik. Diatas usia 13 thn dapat diberikan 2 kali suntikan dgn interval 4-8 mgg.

June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 23. IMUNISASI HEPATITIS B June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 24. IMUNISASI CAMPAK June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 25. IMUNISASI POLIO June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 26. ANAK DENGAN POLIO June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 27. ANAK DENGAN CAMPAK June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 28. ANAK DENGAN pertusis June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 29. ANAK DENGAN TETANUS June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 30. ANAK DENGAN VARICELLA June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 31. ANAK DENGAN GONDONG June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 32. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin Dosis Cara pemberian BCG DPT Hepatitis B Polio Campak TT 0,05 cc 0,5 cc 0,5 cc 2 tts 0,5 cc 0,5 cc IC IM IM pd paha bagian luar Mulut SC , biasanya di lengan kiri atas. IM June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 33. Vaksin Jml Pemberian Interval Wkt Pemberian BCG DPT Hepetitis B Polio Campak 1 kali 3 kali 3 kali 4 kali 1 kali 4 mgg 4 mgg 4 mgg 0-11 bln 2-11 bln 011 bln 0-11 bln 9-11 bln June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 34. Halhal yang perlu diingat o Demam yang tidak terlalu tinggi bukan merupakan penghalang bagi anak untuk mendapatkan imunisasi. o Diare ringan bukan merupakan halangan untuk mendapatkan imunisasi. o Imunisasi ulangan (DPT4, D P T5, TT, POLIO5, POLIO6, CAMPAK2 dll) harus dilakukan untuk memperkuat kekebalan yang sudah didapat pada waktu bayi. June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns)

35. Efek samping imunisasi o Hal-hal berikut walaupun sangat jarang terjadi dapat merupakan efek samping penyuntikan imunisasi : o Demam. Atasi segera dengan memberikan kepada anak obat turun panas. Bila demam tidak turun, segera bawa anak ke puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan terdekat. o Kulit sekitar tempat penyuntikan membengkak dan merah. Biasanya efek ini akan menghilang setelah beberapa hari. o Hepatitis. Ini dapat terjadi bila jarum yang digunakan tidak steril atau telah digunakan berkali-kali. Karena itu jangan lupa untuk meminta petugas kesehatan menggunakan jarum suntik yang baru dan steril. June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 36. Bagaimana dengan imunisasi pada ibu hamil? o Imunisasi yang diberikan pada ibu hamil adalah imunisasi TT (Tetanus Toksoid). o Bagi yang belum pernah mendapatkan vaksinasi TT , imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak waktu antara 2 pemberian tersebut minimal 1 bulan. o Bila sudah pernah mendapatkan vaksinasi TT , ibu hamil cukup diberikan vaksinasi TT 1 kali. o Berikan imunisasi segera setelah diketahui ibu tersebut hamil June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns) 37. Mengapa ibu hamil perlu diimunisasi ? o Ibu hamil perlu mendapatkan imunisasi agar bayi yang dikandungnya mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman tetanus. o Tetanus neonatorum adalah infeksi oleh kuman tetanus yang biasanya terjadi pada waktu persalinan, akibat penggunaan alat penolong persalinan yang tidak steril. o Tetanus neonatorum sangat berbahaya , dan merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi baru lahir June 18, 2010 Imunisasi (Whenny S.Kep, Ns)

Anda mungkin juga menyukai