Anda di halaman 1dari 8

Gereja Pulang Ke Rumah

WELLCOME HOME

Rumah merupakan pola yang ditetapkan Allah dalam bergereja. Selama 300 tahun pertama dalam keberadaannya, gereja bertemu dalam rumah-rumah anggotanya, bukan dalam gedung khusus. Namun yang sangat luar biasa, mereka dapat berkembang dengan luar biasa. Oleh karena itu kita perlu mempelajari rahasia keberhasilan mereka.

A. Dasar theologi Yang paling mendasari dari kegerakan kembali ke rumah ini adalah apa yang disebut sebagai theologia Komunitas. Gereja digambarkan dalam PB sebagai Keluarga, kita dikenal sebagai the household of faith (keluarga iman) (Gal 6:10) dan sebagai the household of God (keluarga Allah) (Efesus 2:19), sesama orang Kristen disebut sebagai saudara saudari. Kita, orang Kristen disebut sebagai anak-anak Allah (1 Yoh 3:1), dan dilahirkan dalam keluargaNya (Yoh 1:12-13). Dan kita berhubungan satu sama lain sebagai anggota keluarga (1 Tim 5:1-2; Roma 16:3). Cara kita bergereja adalah cara hidup sebagai keluarga (1 Tim 3:15). Dan sebuah keluarga tentu saja berkumpul dalam sebuah rumah, bukan aula pertemuan! Rumah memberikan atmosfer yang tepat untuk membangun jenis hubungan antar pribadi yang bersifat kekeluargaan. Pertemuan gereja Perjanjian Baru adalah pertemuan keluarga dalam kenyataannya, bukan hanya sekedar kata-kata dan basa basi.

B. Keuntungan Gereja Rumah Setidaknya ada 12 kelebihan gereja rumah dibandingkan gereja tradisional kongregasional: Memiliki kemampuan untuk memuridkan dan bermultiplikasi lebih besar. Pemuridan hanya dapat terjadi lewat hubungan bukan dalam struktur/program dan tidak dapat dilakukan satu lawan satu melainkan dalam komunitas. Dalam gereja rumah, tidak ada orang yang dibiarkan bergumul sendirian dan menyembunyikan masalah, hal ini menyebutkan mereka cepat menjadi dewasa.

Memiliki struktur yang tahan aniaya.

Cara hidup yang sederhana dan fleksibel dan roh tahan aniaya menyebabkan gereja rumah dapat bertahan dalam penganiayaan.

Bebas dari penghalang-penghalang pertumbuhan gereja. Karena berdasarkan prinsip organisme dan pertumbuhan alamiah, maka gereja rumah bebas dari penghalang-penghalang yang dimiliki gereja tradisional (gedung, fasilitas, pendeta, dsbnya)

Memiliki efisiensi yang lebih tinggi. Gereja tradisional yang berbasiskan program hanya melibatkan 20% anggotanya, sedangkan 80% adalah pengangguran. Dalam gereja rumah, semua orang akan terlibat secara alamiah, sehingga mereka benarbenar berbahagia. Menghancurkan dilema pelayanan pastoral Dalam gereja tradional beban ditanggung oleh para gembala. Sehingga mereka menjadi kelelahan. Bertambahnya anggota, membuat pelayanan pastoral menurun. Dalam gereja rumah karena mereka saling bertanggung jawab dan menasehati, maka dilema ini terpecahkan.

Menyediakan wadah untuk transformasi dan tanggung jawab kehidupan. Gereja tradisional hampir pasti tidak efektif dalam mengubah nilai-nilai dasar dan gaya hidup jemaat. Gereja rumah menawarkan kehidupan yang penuh tanggung jawab yang sifatnya saling menguntungkan dan hidup, di mana pengaruh teman yang telah ditebus menjadi sarana transformasi yang ampuh.

Merupakan tempat yang efektif bagi orang Kristen baru. Gereja tradisional sering mempunyai mentalitas egosentris (gereja dan program menjadi pusat). Ini menimbulkan suasana yang tidak nyaman. Gereja rumah menyediakan suasana yang efektif, alamiah dan ramah bagi jiwa baru. Gereja rumah menyediakan orang tua rohani bukan guru dan kertas.

Menjadi jalan keluar bagi krisis kepemimpinan. Gereja rumah dipimpin oleh penatua, merupakan orang yang lebih dewasa dibandingkan orang lain dalam komunitasnya. Mereka adalah orang-orang yang telah didewasakan dan diuji oleh kehidupan dan waktu. Mereka tidak harus menjadi pembawa acara yang terampil, guru yang pandai maupun manager yang handal.

Mengatasi perbedaan antara imam dan awam Para penatua berfungsi bersama-sama dengan karunia-karunia yang ada dalam gereja rumah yang saling menyokong, untuk memelihara dan memultiplikasi kehidupan.

Lebih alkitabiah.

Lebih murah.

Membangkitkan terbentuknya gereja kota.

C. Agenda dalam Gereja Rumah. Ada empat hal menonjol yang dilakukan oleh gereja rumah: 1. Makan Bersama.

Sewaktu Yesus mengajar para pengikutnya, biasanya ketika bertemu di rumah-rumah mereka, sambil makan dan minum apa yang disediakan. Malah sebenarnya, pengajaran Yesus terjadi di meja makan, saat sedang makan, bukan setelah sehabis makan. Kebiasaan ini diteruskan oleh gereja Perjanjian Baru (Kis 2:46). Bahkan makan ini merupakan tujuan utama dari pertemuan kristiani mereka (1 Kor 11:33, Kis 20:7). Orang Kristen bertemu untuk makan. Perjamuan Tuhan dalam gereja mula-mula adalah makan yang sebenarnya dengan arti simbolis (bukan makan simbolis dengan arti sebenarnya). Makan merupakan tanda persekutuan, penerimaan, kesepakatan dan kekeluargaan.

2. Saling mengajar untuk taat.

Tujuan pengajaran dalam budaya Ibrani bukanlah menambah pengetahuan, namun memperlengkapi seseorang tentang bagaimana melakukan suatu hal tertentu dan untuk menjelaskan kenapa berbagai hal itu ada, untuk menolong orang lain supaya taat dan melayani Allah serta kehendakNya (Roma 1:5). Inti pengajaran adalah kisah (narasi) tentang Allah, tentang kita, tentang perjalanan sejarah bumi dan bagaimana kita menyesuaikan kisah kita dalam kisahNya (His-story) sendiri. Metode pengajaran yang asli sifatnya relasional yang dirancang untuk menghasilkan seorang murid Kristus melalui hati yang taat serta pelayanan yang sesuai dengan karunianya. Gaya pengajaran dapat merupakan percakapan singkat (bukan khotbah), ilustrasi, ibarat dan berbagai kisah yang biasanya disertai dan ditegaskan dengan anggukan dan gumanan tanda setuju atau selaan sehat oleh pertanyaan dan permintaan untuk menambah teh atau makanan kecil. Dalam bahasa Yunani, kata yang sering diterjemahkan sebagai berkhotbah dalam PB adalah dialegomai yang arti sebenarnya adalah mengadakan dialog antara sejumlah orang (Kis 20:7). Oleh karena itu dalam pengajaran terdapat kesempatan tanya jawab yang interaktif dan dinamis. Ujian untuk kelulusan dari pengajaran ini adalah: mentaati pengajaran, mendemonstrasikan lewat perubahan hidup dan mulai mengajar orang lain (Mat 28:20).

3. Membagi berkat materi dan rohani.

Salah satu kebiasaan dari jemaat mula-mula yang dicatat adalah Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42). Kata persekutuan di sini (koinonia) mengandung makna partisipasi dan kontribusi (saling membagi apa yang dimiliki) dan hubungan yang intim. Oleh karena itu dalam ayat 44 dikatakan Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (Kis 2:44). Kata bersama berasal dari kata koinos yang hampir mirip dengan kata koinonia dalam ayat 42. Jemaat mula-mula mengekspresikan persekutuan dengan saling membagi berkat jasmani (Kis 4:32-35) dan rohani (1 Kor 14:26, Ef 5:19). Hal ini dapat terjadi karena paham lordship salvation yang mereka miliki. Bahwa kertika mereka percaya kepada Yesus, maka mereka bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka. Pertemuan Kristen tidak boleh didominasi oleh satu orang dan tidak bertujuan untuk menyembah atau penginjilan tetapi untuk saling menasihati dan membangun. 4. Berdoa bersama

Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42). Doa merupakan detak jantung hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa di Sorga. Doa adalah suatu komunikasi dua arah. Saat kita berbicara dengan Allah, Allahpun ingin menanggapi pembicaraan itu lewat para nabi, bahasa roh yang ditafsirkan, mimpi, penglihatan ataupun malaikat. Gereja rumah tidak memiliki agenda pertemuan (liturgi), Roh Kudus adalah liturginya. Waktu gereja rumah tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, merekapun berdoa dan bernubuat, sampai Allah menyatakan isi hatiNya. Gereja rumah sebagai keluarga rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa (Yak 5:16) sebagai salah satu bagian dari gaya hidup doa (Luk 11:4).

Gereja rumah adalah suatu cara hidup orang Kristen secara bersama-sama di sebuah rumah biasa dalam kuasa adikodrati.

D. Apologetika

Ada beberapa bantahan terhadap gerakan gereja rumah Tempat kita berkumpul tidaklah penting. Sanggahan: ini adalah sikap yang super-spiritual dan tidak realistis. Para arsitek dan konsultan bisnis menyadari sejak lama bahwa bangunan dan penataannya akan mempengaruhi suana hati dan hubungan orang. Hal ini hanyalah berbicara tentang fenomena budaya saat itu. Sanggahan: adalah fakta bahwa tidak ada kelompok religius pada abad pertama bertemu secara ekslusif di rumah. Hanya gereja yang bertemu di rumah. Orang Yahudi bertemu di Bait Allah dan sinagoge, agama kafir bertemu di kuil-kuil. Kalau dilihat dari sisi budaya, mestinya orang Kristen harusnya membangun tempat suci mereka, namun mereka tidak melakukannya!

Mereka bertemu di rumah karena penganiayaan. Sanggahan: ini adalah pandangan yang terlalu menyederhanakan sejarah. Ide bahwa seluruh gereja dianiaya secara terus menerus pada abad pertama adalah tidak benar. Penganiayaan sebelum tahun 250 M adalah sporadis, lokal dan berasal dari kelompok masyarakat bukan pemerintah. Bahkan dalam penganiayaan, gereja tidak pernah menyembunyikan tempat di mana mereka bertemu.

Gereja rumah hanyalah fase awal dari gereja. Sanggahan: Ajaran para rasul bersifat anti-bangunan suci (Bait Allah). Apalagi fokus gereja PB adalah kedatangan Tuhan. Setiap orang Kristen mengantisipasi kedatanganNya pada zaman mereka.

E. Gereja Rumah bukan Gereja Sel Ada dua pergerakan hari-hari ini yang berpusatkan di rumah yaitu gereja sel dan gereja rumah. Walaupun dari luar sepertinya sama, sesungguhnya ini adalah dua pergerakan yang berbeda dengan nilai-nilai yang berbeda.

Perbedaan inti Gereja Sel Gereja Rumah Filosofi Kekepalasukuan Tanpa Kepala suku Mencerminkan Budaya kota Budaya desa Berkembang di Bangsa-bangsa prajurit Bangsa pencipta damai

Sel merupakan Bagian dari unit yang lebih besar Unit itu sendiri Administrasi Sistem Yitro Pelayanan 5 karunia Program Terikat agenda Gereja rumah adalah agendanya Struktur Piramida Datar Kepemimpinan Berjenjang Penatua dan rasul-rasul Pusat Sentralisasi Desentralisasi Ibadah Raya Wajib Tidak wajib Keterlihatan Tinggi Rendah Tatanan

Evangelistik Apostolik-prophetik Sayap besar Gereja denominasional Gereja kota

Anda mungkin juga menyukai