Anda di halaman 1dari 4

PENDAPATAN KEUANGAN DAERAH KOTA SEMARANG EXISTING CONDITION Desentralisasi fiskal, dalam arti luas, akan memberikan dampak

yang sangat besar terhadap pemerintah daerah, khususnya kemampuan keuangan daerah di dalam melaksanakan otonomi, karena otonomi daerah tanpa desentralisasi fiskal tidak akan berjalan mulus bahkan cenderung akan stagnan atau berjalan di tempat. Sebagai sebuah negara kesatuan, tentunya urusan fiskal merupakan masalah yang sangat penting dan mendasar dalam urusan penyelenggaraan negara. Masalah kebijakan fiskal sebagaimana yang diatur dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 merupakan urusan atau kewenangan pemerintah pusat. Akan tetapi sebagai konsekuensi dari diterapkannya otonomi daerah, maka daerah diberikan

kewenangan dalam mengelola keuangannya secara mandiri. Hal ini ditujukan agar daerah mampu mengembangkan dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut serta mandiri secara politik maupun secara fiskal. Pola desentralisasi fiskal yang hingga sekarang diterapkan masih terfokus pada otonomi pembiayaan bukan pada otonomi pendapatan. Sekalipun daerah memiliki kewenangan untuk menggali sumber-sumber pendapatan sendiri tetapi ada pengecualian terhadap ekplorasi SDA. Oleh karena itu, pola transfer keuangan dari pusat ke daerah masih menjadi elemen penting untuk menunjang kapasitas keuangan daerah. Hal ini menimbulkan permasalahan-permasalahan pokok desentralisasi fiskal pada saat ini yaitu : 1. Tantangan utama bagi pembangunan Indonesia bukan lagi untuk memberikan dana kepada daerah-daerah yang lebih miskin tetapi bagaimana memastikan agar daerah-daerah tersebut menggunakan dana alokasi umum (DAU) yang disalurkan dengan sebaik-baiknya. 2. Lebih dari setengah kenaikan alokasi DAU yang seharusnya digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan kepada masyarakat digunakan untuk membiayai belanja pegawai pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Kebijakan pembayaran gaji pegawai daerah secara penuh melalui DAU ini tidak mendorong pemda mengarahkan dana itu untuk peningkatan pelayanan masyarakat. 3. Pos pengeluaran paling besar untuk Pemda adalah untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan, yang menyerap rata-rata 32 persen dari seluruh pengeluaran pemerintah daerah. Pengeluaran administrasi yang sangat besar ini mengakibatkan berkurangnya

pengeluaran untuk sektor-sektor penting lainnya, terutama sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, dan infrastruktur. (prandiki.blogspot.com, 2011) Dari permasalahan diatas saat ini telah dialami oleh beberapa kota di Indonesia salah satunya kota Semarang, pengelolaan keuangan daerah secara mandiri belum dapat menumbuhkan inovasi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, akibatnya kota Semarang masih tergantung terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat. Kapasitas keuangan daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan masyarakat. Kemampuan pemerintah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah selama 5 tahun terakhir. Pencapaian Kota Semarang selama kurun waktu 5 tahun terakhir dalam pengelolaan keuangan daerah belum mampu menurunkan ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Hal ini ditandai dengan pengelolaan keuangan daerah Kota Semarang selama lima tahun terakhir (2005-2009) yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. Namun disisi lain, hal tersebut tidak diimbangi dengan menurunnya tingkat ketergantungan dana perimbangan Kota Semarang terhadap pemerintah pusat. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kota Semarang masih bergantung terhadap dana perimbangan :

Dari data diatas dapat dilihat bahwa 68,30% sekitar total pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan, hal ini mengidentifikasikan bahwa ketergantungan pemerintah daerah masih

cukup tinggi, ditunjukkan dengan kenaikan jumlah DAU yang di terima oleh kota Semarang dari tahun ketahun, Hal ini dipertimbangkan dari: Realisasi penerimaan dana perimbangan selama kurun waktu lima tahun terakhir yang mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,47%, dengan kontribusi terbesar pada pos Dana Alokasi Umum (DAU) yang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 22,12% per tahun. Jika dilihat dari kontribusi PAD terhadap penerimaan pendapatan daerah masih relatif kecil, ketergantungan Pemerintah Kota Semarang terhadap Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup tinggi. Kontribusi penerimaan yang berasal dari dana perimbangan sebesar 68,30%, PAD sebesar 20,92%, dan lain-lain penerimaan pendapatan daerah yang sah sebesar 10,78%, hal tersebut dapat diartikan bahwa kemandirian Keuangan Daerah Kota Semarang dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih bergantung pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. PROBLEM IDENTIFICATION Dari kondisi diatas dapat diidentifikasi permasalahan pendapatan keuangan Kota Semarang sebagai berikut: Total pendapatan daerah masih didominasi oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat serta diimbangi dengan kontribusi pendapatan asli daerah yang relatif kecil, hal ini mengidentifikasikan bahwa ketergantungan pemerintah daerah masih cukup tinggi, ditunjukkan dengan kenaikan jumlah DAU yang di terima oleh kota Semarang dari tahun ketahun. THEORITICAL APPROACH Dari identifikasi permasalahan pendapatan keuangan daerah Kota Semarang, maka teori yang digunakan untuk menganalisis permasalah tersebut adalah teori kemandirian keuangan daerah menurut Abdul Halim (2008). 1. Teori Kemandirian Keuangan Daerah Pengertian kemandirian keuangan daerah dikemukakan oleh Abdul Halim (2008:232) sebagai berikut: Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan derah.

Abdul Halim (2008:232) menyatakan bahwa, kemandirian keuangan daerah sendiri ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan pemerintahan pusat ataupun pinjaman. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian keungan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam menggali dan mengelola sumber daya atau potensi daerah yang dimilikinya secara efektif dan efisien sebagai sumber utama keuangan daerah yang berguna untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah.

ANALISIS Menurut teori kemandirian keuangan daerah dikemukakan oleh Abdul Halim (2008:232) yaitu Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan derah.

Anda mungkin juga menyukai