Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Profesionalitas para administrator negara di negeri ini seolah berada pada titik nadir. Mewabahnya administration corruption membuat hal ini menjadi aktual dan relevan. Administrator negara didengungkan sebagai profesi luhur (honorable profession, namun di sisi lain diperburuk citranya dengan perilaku koruptif penyandang profesi tersebut. Jual beli pelayanan tidak lagi dipandang aneh, apalagi buruk, tetapi dianggap wajar. Semua menjadi pertanda, bahwa berbagai peraturan hukum yang secara normatif mengatur seluruh proses kegiatan administrasi negara akhirnya tak berdaya mengatasi administration corruption. Para administrator negara di Indonesia saat ini sangatlah jauh dari konsep negara hukum (rechtsstaat) dimana idealnya hukum merupakan yang utama, diatas politik dan ekonomi. Suburnya judicial corruption dalam proses peradilan ini yang mengakibatkan hancurnnya sistem hukum dan lembaga peradilan menjadi tercemar karena keacuhan aparat penegak hukum akan penegakan hukum yang efektif, serta rendahnya kualitas sumber daya manusia secara intelektualiktas maupun spritual, birokrasi peradilan yang berjenjang, pengawasan internal yang sangat lemah, dan rendahnya integritas pimpinan lembaga penegak hukum menjadi sebab terpuruknya penegakan hukum di Indonesia.

Dalam institusi kepolisian misalnya, masih banyak pelanggaran yang dilakukan seperti adanya pungutan-pungutan liar, kasus suap oknum Polri. Dan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oknum polisi kepada masyarakat sip[il seperti pembubaran paksa dan penembakan terhadap aksi demonstran. Kemudian ada oknum jaksa tertentu yang memanfaatkan posisi lemah tersangka atau terdakwa dalam persidangan untuk mengeruk keuntungan. Dapat dibayangkan, ketika seseorang ditetapkan jadi tersangka, tidak jelas sampai kapan dirinya menjadi tersangka, meskipun KUHAP sudah membatasi jangka waktunta. Bisa menghabiskan waktu lama, melelahkan, dan tidak pasti. Selama proses itu berlangsung, oknum penegak hukum memanfaatkan posisi lemah tersangka atau terdakwa untyk kepentingan pribadi dan memperkaya diri Penegak hukum disebut profesional karena kemampuan berfikir danbertindak melampaui hukum dan hukum tertulis tanpa menciderai nilai keadilan. Dalam menegakkan keadilan, dituntut kemampuan penegak hukum mengkritisi hukum dan praktik hukum demi

menemukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang profesional. Kedua,

pelanggaran profesi tidak pernah hilang, tetapi perkembangannya bisa dicegah. Perlu dicatat, kualitas komitmen tergantung kemampuan membangun self image positif dan menjadi refleksi pentingnya self esteem sebagai nilai Pedoman perilaku yang bagi pemegang profesi terangkum dalam kode etika yang didalamnya mengandung muatan etika, baik etika deskriptif, normatif, dan meta-etika ( Bertens, 2005: 11-15). Jadi kode etik berkaitan dengan profesi tertentu sehingga yang disepakati bersama seperti bagaimana harus bersikap dalam hal-hal tertentu dan hubungan denmgan rekan sejawat. Alan tetapi tidak semua pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi yang berhak dan layak memiliki kode etik tersendiri

Anda mungkin juga menyukai