Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini tertuang dalam amanat UU No. 32 Tahun 2004, Pasal 200 ayat (1): Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Dari pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa pemerintahan desa bukanlah menjadi bagian/perangkat pemerintah kabupaten/kota, karena sesungguhnya pemerintahan desa memiliki hak otonomi tersendiri untuk mengelola pemerintahannya. Dengan kondisi yang demikian, maka pemerintahan desa dituntut untuk mampu menjalankan segala kewenangan yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut peraturan perundangundangan terdapat 4 (empat) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan desa, yaitu: 1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; 2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; 3. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota; 4. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa (Pasal 206 UU No. 32/2004). Untuk menjalankan berbagai urusan pemerintahan tersebut, pemerintahan desa dituntut memiliki kapasitas baik secara kelembagaan, SDM maupun manajemen/ketatalaksanaan. Oleh karena itu, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah LAN telah melaksanakan kajian tentang Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa, dimana kajian tersebut bertujuan: 1) Mengidentifikasi permasalahan penyelenggaran pemerintahan desa di berbagai lokus kajian khususnya dalam aspek kelembagaan, SDM Aparatur dan manajemen/ ketatalaksanaan, 2) Mengidentifikasi berbagai upaya yang telah ditempuh dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dan 3) Menyusun cetak biru (blueprint) yang memuat strategi-strategi penyelesaian masalah (problem solving) penyelenggaraan pemerintahan desa dan menyusun modul-modul peningkatan kapasitas pemerintahan desa.
1

Rancangan Undang-Undang (RUU) Desa yang mengatur kewenangan perangkat desa untuk mengurusi masyarakatnya, diharapakan dapat mempercepat perkembangan desa. RUU Desa juga merupakan salah satu tawaran solusi dari pemerintah bagi permasalahan yang kerap terjadi di pedesaan. Hal tersebut diungkapkan Direktorat Pemerintahan Desa Dan Kelurahan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Eko Prasetyanto yang menjadi salah satu pembicara pada seminar dengan tajuk Implikasi RUU Desa dan Refleksi Implementasi kebijakan Otonomi Daerah Terhadap Pemberdayaan Masyarakat, Sabtu (09/2) di auditorium lantai tiga gedung pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Eko memaparkan, ada beberapa persoalan utama tentang desa yaitu, masalah wilayah, masyarakat, pemerintahan dan keuangan. Salah satu permasalahan wilayah yang kerap terjadi, biasanya disebabkan pemekaran desa. Itu berdampak pada perebutan batas wilayah. Sedangkan masalah yang berkaitan dengan masyarakat, biasanya berhubungan dengan lapangan pekerjaan. Banyak masyarakat memilih pindah ke kota agar mendapat pekerjaan. Sehingga, desa kehilangan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengoptimalkan Sumber Daya Alam (SDA) di daerahnya. Menurut Eko, dengan adanya RUU Desa masalah-masalah tersebut dapat diminimalisir. Karena dalam draf RUU Desa juga akan diatur perihal SDA dan SDM di desa, katanya. Eko melanjutkan, RUU Desa pun mengatur mengenai kebijakan tentang kewenangan pemerintahan desa untuk mengurusi masyarakat dan keuangan desanya sendiri. Yang kesemuanya akan dipertanggunagjawabkan tidak kepada tingkat kabupaten, melainkan pada Badan Perwakilan Desa, imbuhnya. Sementara itu, menurut pakar otonomi daerah Bhenyamin Hoessein, Indonesia lebih membutuhkan pengaturan tentang kota, dibanding desa. Hal demikian didasarkan pada data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional di tahun 2010. Berdasarkan data tersebut, setiap tahun daerah perkotaan akan mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 diperkirakan daerah perkotaan akan mencapai 56% dari seluruh total wilayah Indonesia. Dapat diperkirakan, di masa mendatang kabupaten dan desa akan lenyap, ujar Bhenyamin yang juga Guru Besar UMJ.

B. Permasalahan Faktor penyebab permasalahan desa pada umumnya terdiri dari 9 poin, dimana pada intinya terjadi karena kemiskinan serta keterbelakangan. Adapun 9 faktor utama yang menjadi latar belakang atau sumber masalah tersebut adalah sebagai berikut ini : 1. Tingkat keuntungan usaha tani dan industri di pedesaan rendah, karena :

Skala usaha tani kecil Tingkat produktivitas rendah Petani (masyarakat desa) tidak menguasai pasar karena :

Produk pertanian pada umumnya bersifat musiman dan mudah rusak/busuk sehingga harus segera dijual;

Petani tidak terorganisir dalam tata niaga pertanian sehingga bargaining powernya rendah.

2. Kekurangan sumber daya lahan, dimana ada kecenderungan semakin menyempitnya luas tanah yang diusahakan petani karena meningkatnya jumlah penduduk. 3. Kualitas sumber daya manusia yang rendah. Akibatnya banyak terjadi pengangguran usia produktif. Tingkat pengangguran terdiri atas :
o

Pengangguran nyata, yaitu orang yang benar - benar tidak bekerja sepanjang tahun;

Pengangguran tersembunyi, yaitu orang yang kelihatannya bekerja tetapi secara agregat kegiatan tidak menambah hasil produksi. Misalnya

penambahan jumlah tenaga kerja yang tidak meningkatkan hasil produksi. Dapat dikatakan penambahan jumlah tenaga kerja tersebut sama sekali tidak terlihat menguntungkan, oleh sebab itu dikatakan pengangguran tersembunyi (tidak kentara);
o

Bekerja paruh waktu, yaitu orang yang bekerja pada waktu atau musim musim tertentu, selain pada waktu atau musim tersebut mereka menjadi pengangguran. Hal itu disebabkan oleh tingkat pendidikan serta keterampilan yang terbatas, terbatasnya lapangan pekerjaan lain, sifat pekerjaan tergantung musim serta hambatan sosial budaya setempat.

4. Fasilitas pendidikan kurang sehingga tingkat pendidikan masyarakat pedesaan kurang; 5. Fasilitas kesehatan kurang, sehingga tingkat kesehatan masyarakat juga rendah; 6. Perumahan serta sanitasi lingkungan yang buruk, misalnya rumah yang memiliki fasilitas MCK yang sederhana, rumah tidak memiliki ventilasi atau tanpa jendela dan
3

sebagainya. Perencanaan perumahan maupun permukiman sangat penting untuk dilaksanakan. 7. Prasarana serta sarana listrik, transportasi, komunikasi, pengelolaan sampah maupun air bersih kurang; 8. Kurangnya sarana hiburan misalnya tidak tersedianya lapangan olahraga, taman bermain dan sebagainya; 9. Barang kebutuhan yang tidak dapat tersedia sewaktu - waktu, kalaupun ada, tapi masih sangat kurang. Hal itulah yang menjadi faktor penyebab masalah di desa, sehingga perlunya program program pemerintah mislnya pemberdayaan masyarakat dan lain sebagainya sehingga dapat mengurangi permasalahan - permasalahan di pedesaan.

BAB II ISI

A. Pengertian Perencanaan Berdasarkan berbagai definisi, perencanaan merupakan ( Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho D, Manajemen Pembangunan Indonesia, 2006 ): Himpunan asumsi untuk mencapai tujuan Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta fakta, membuat serta menggunakan asumsi asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Seleksi tujuan Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya Pemilihan alternatif dan sumberdaya Perencanaan adalah pemilihan alternatif dan pengalokasian berbagai sumberdaya yang tersedia. Rasionalitas Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta fakta dan atau perkiraan sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan tindakan kemudian Proses penentuan masa depan Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

B. Pengertian Desa a. Bintarto, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan kulural yng terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain. b. Sutardjo Kartohadikusumo Desa adalah kesatuan hukum yang didalamnya bertempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan pemerintahan sendiri.

c. Berdasarkan PP No. 72 Tahun 2005 bahwa Desa merupakan adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Ciri-ciri Desa 1. System kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar ekelurgaan (paguyuban). 2. Mansyarakat bersifat homogeny seperti dalam hal mata pencahariaan, agama dan adat istiadat. 3. Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bla dibandingkan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya. 4. Mata pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani. 5. Factor geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat. 6. Jarak antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal

D. Pemerintahan dan Kewenangan Desa Pemerintahan Desa Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). a. Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. b. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa Lainnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. perangkat desa juga mempunyai tugas untuk mengayomi kepentingan masyarakatnya. c. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk
6

desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kewenangan desa a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat. c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota d. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

E. Sumber pendapatan desa terdiri atas: Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan; hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Pinjaman desa

F. Perencanaan Pembangunan Desa Perencanaan pembangunan desa disusun dalam periode 5 (lima) tahun dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa yang memuat arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, dan program kerja desa.

RPJM-Desa dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.yang memuat kerangka ekonomi desa, prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu pada rencana kerja pemerintah daerah.

Rencana pembangunan desa bermaksud : a. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; b. Partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan; c. Berpihak pada masyarakat, yaitu seluruh proses pembangunan di pedesaan secara serius memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin; d. Terbuka, yaitu setiap proses tahapan perencanaan pembangunan dapat dilihat dan diketahui secara langsung oleh seluruh masyarakat desa; e. Akuntabel, yaitu setiap proses dan tahapan-tahapan kegiatan pembangunan dapat dipertanggungjawabkan dengan benar, baik pada pemerintah di desa maupun pada masyarakat; f. Selektif, yaitu semua masalah terseleksi dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal; g. Efisiensi dan efektif, yaitu pelaksanaan perencanaan kegiatan sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang tersedia; h. Keberlanjutan, yaitu setiap proses dan tahapan kegiatan perencanaan harus berjalan secara berkelanjutan; i. Cermat, yaitu data yang diperoleh cukup obyektif, teliti, dapat dipercaya, dan menampung aspirasi masyarakat; j. Proses berulang, yaitu pengkajian terhadap suatu masalah/hal dilakukan secara berulang sehingga mendapatkan hasil yang terbaik; dan k. Penggalian informasi, yaitu di dalam menemukan masalah dilakukan penggalian informasi melalui alat kajian keadaan desa dengan sumber informasi utama dari peserta musyawarah perencanaan.

G. Tujuan RPJM dan RKP Desa : Tujuan RPJM Desa : a. Mewujudkan perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat; b. Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat terhadap program pembangunan di desa; c. Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa; dan d. Menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan desa

Tujuan RKP Desa : a. Menyiapkan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKP-Desa) tahunan yang sifatnya baru, Rehab maupun lanjutan kegiatan pembangunan untuk dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui camat sebagai bahan dasar RKP Daerah Kabupaten; b. Menyiapkan DU-RKP-Desa tahunan untuk dianggarkan dalam APB Desa, APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, pihak ketiga maupun swadaya masyarakat.

H. Penyusunan RPJM dan RKP Desa Penyusunan RPJM-Desa dilakukan melalui kegiatan : 1. Kegiatan persiapan meliputi:

a. Menyusun jadual dan agenda; b. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda musrenbang desa; c. Membuka pendaftaran/mengundang calon peserta; dan d. Menyiapkan peralatan, bahan materi dan notulen. 2. Kegiatan pelaksanaan meliputi:

a. Pendaftaran peserta; b. Pemaparan kepala desa atas prioritas kegiatan pembangunan di desa; c. Pemaparan kepala desa atas hasil evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun sebelumnya; d. Pemaparan kepala desa atas prioritas program kegiatan untuk 5 (lima) tahun berikutnya yang bersumber dari RPJM-Desa; e. Penjelasan kepala desa mengenai informasi perkiraan jumlah Pembiayaan Kegiatan Pembangunan 5 (lima) tahunan di Desa; f. Penjelasan koordinator Musrenbang yaitu Ketua LKMD/LPM atau sebutan lain mengenai
9

tata cara pelaksanaan musyawarah; g. Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa oleh beberapa perwakilan dari masyarakat, antara lain Ketua Kelompok Tani, Komite Sekolah, Kepala Dusun; h. Pemisahan kegiatan berdasarkan kegiatan yang akan diselesaikan sendiri di tingkat Desa dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam Musrenbang Tahunan Kecamatan. 3. Kegiatan Kelembagaan

Kegiatan kelembagaan melalui pemasyarakatan hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desa. Pemasyarakatan hasil musyawarah dilakukan melalui

forum/pertemuan warga (formal/informal), papan pengumuman, surat edaran. Dari ketiga kegiatan penyusunan RPJM diatas dilakukan berdasarkan : masukan, proses, hasil dan dampak. Masukan dilakukan melalui penggalian masalah dan potensi melalui alat kaji sketsa desa, kalender musim dan bagan kelembagaan. Proses sebagaimana dilakukan melalui pengelompokan masalah, penentuan peringkat masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan penentuan peringkat tindakan. Hasil sebagaimana dilakukan melalui : a) Rencana program swadaya masyarakat dan pihak ketiga; b) Rencana kegiatan APBN (tugas pembantuan), APBD Provinsi, Kabupaten/Kota, dan APBDesa, rencana paduan swadaya dan tugas pembantuan, RPJM-Desa, pemeringkatan usulan pembangunan berdasarkan RPJM-Desa, Indikasi program c) Pembangunan di Desa, RKP-Desa, DU-RKP-Desa, berita acara musrenbang Desa (RPJM/RKP-Desa), dan rekapitulasi rencana program pembangunan Desa.

Dampak melalui: a) Peraturan Desa tentang RPJM-Desa; b) Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan di Desa (DU-RKP-Desa); c) Keputusan Kepala Desa tentang RKP-Desa.

Penyusunan RKP-Desa dilakukan melalui kegiatan : 1. Kegiatan persiapan dilakukan dengan:

a) Pembentukan Tim Penyusun RKP-Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; b) Tim penyusun RKP-Desa terdiri dari Kepala Desa selaku pengendali kegiatan, Sekretaris

10

Desa selaku penanggungjawab kegiatan, Lembaga Pemberdayaan Kemasyarakatan Desa selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan, Tokoh masyarakat, tokoh agama selaku nara sumber, Pengurus TP-PKK Desa, KPM selaku anggota, Pemandu selaku pendamping dalam proses penyusunan RKP- Desa. 2. Kegiatan Pelaksanaan Penyusunan RKP-Desa dengan mengacu kepada RPJM-Desa dengan memilih prioritas kegiatan setiap tahun anggaran yang telah disepakati oleh seluruh unsur masyarakat, yang berupa : a) Pemeringkatan usulan kegiatan pembangunan berdasarkan RPJM-Desa; b) Indikasi program pembangunan Desa dari RPJM-Desa; c) Rencana Kerja Pembangunan Desa sebagai bahan APB-Desa; d) Daftar Usulan Rencana Kerja Pembangunan Desa; dan e) Berita Acara Musrenbang Desa. 3. Kegiatan pemasyarakatan RKP-Desa dilakukan pada berbagai kegiatan organisasi dan kelompok masyarakat.

11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Pemerintah memegng peranan penting dalam pembangunan. Di Negara berkembang peran pemerintah lebih penting lagi terutama karena kebanyakn masyarakat masih harus dibangun prakarsa dan kemampuannya untuk terlibat secara efektif dalam pembangunan. Tngkat pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, system politik yang belum cukup membangun dan member ruang cukup bagi penyaluran kemampuan masyarakat adalah beberapa alasan masih lemahnya posisi masyarakat dalam pembangunan. Sementara itu pemerintah dianggap memiliki sejumlah kemampuan seperti pengetahuan/keahlian, kekuasaan, dana, teknologi dan sebagainya. Oleh karena itu dengan kemampuan yang dimilikinya, pemerintah diharapkan mampu mengambil peran besar dalam pembangunan, termasuk dalam menggerakan dan memberikan ruang bagi partisipasi dan perkembangan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan masyarakat desa dapt diupayakan secara bersama-sama oleh pemerintah (dalam hal ini dadalh pemerintah desa)dan masyarakat setempat. Sehingga masalah kemiskinan yang masih merupakan salah satu permasalah penting di tingkat desa dapat ditangani secara bersama oleh pemerintah dan semua komponen masyarakat yang ada di desa .

12

Daftar Pustaka Deni, Ruchyat. 2007. Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Rangka Pengembangan Wilayah Berbasis RTRWN. Direktor Jenderal Penataan Ruang Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah R.I. Jakarta. Pranoto, S. 2005. Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan melalui Model Pengembangan Agropolitan (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rustiadi, E. 2007. Penataan Ruang dan Penguatan Infrastruktur Desa dalam Mendukung Konsep Agropolitan. Makalah Seminar dan Lokakarya Menuju Desa 2030. LPPM-IPB. Bogor. Rustiadi, E, dkk. 2007. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Crestpent Press. Bogor. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara 2007.

13

Anda mungkin juga menyukai