Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat banyak aturan-aturan yang tidak tertulis
yang merupakan acuan penting masyarakat pada suatu tempat untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, adapun peraturan tidak tertulis tersebut disebut norma dan
adat-istiadat. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang dinamis dan
komplek, kekompleksan lingkungan masyarakat yang demikian membuat manusia
yang merupakan bagian dari masyarakat dan juga pelaku dalam lingkungan
masyarakat dituntut untuk hidup bersama-sama dan bekerja sama dalam suasana
yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin, tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Maka demi efisiensi kerja dalam
upaya mencapai tujuan bersama, dan untuk memepertahankan hidup bersama
diperlukan bentuk kerja kooperatif. Semua kegiatan kooperatif dan kara budaya
itu diperlukan aturan dan perlu dipimpin.
Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan
demokrasi yang sesuai dengan Pancasila, dalam hal ini pemerintah Indonesia
harus benar-benar mampu manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat
pemimpin yang sesuai dengan sistem pemerintahannya. Sistem pemerintahan
demokrasi merupakan sistem pemerintahan dimana rakyat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam negara, pemerintah hanya sebagai pelaksana sistem
pemerintahan dimana terpilihnya para tokoh di pemerintahan merupakan hasil
dari rakyat melalui pesta demokrasi yang sering disebut Pemilu (Pemilihan
Umum), dalam acara 5 tahun sekali rakyat berbondong-bondong untuk memilih
calon presiden dan wakil presiden, yang nantinya akan memimpin negara
Indonesia. Pemerintahnya yang notabene adalah berasal dari rakyat nantinya akan
menjadi pelayan rakyat, dan berkewajiban untuk bertanggung jawab atas berjalan
atau tidaknya roda pemerintahannya.

2

B. Rumusan Masalah

1. Dapat menmgetahui Pengertian Kepemimpinan dan Pemerintahan
2. Dapat Mengetahui Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Ilmu, Seni
dan Moral
3. Dapat Mengetahui Filsafat Kepemimpinan Pemerintahan
4. Mengetahui dan Memahami Gaya Kepemimpinan Pemerintahan
Indonesia
5. Mengetahui Variabel Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia
6. Mengetahui Teknik Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia



















3

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kepemimpinan dan Pemerintahan
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam pemerintahan yang merupakan salah satu jenis
kepemimpinan, ternyata mempunyai kedudukan yang strategis dalam
pelaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan
negara dan cita-cita nasional. Dengan memperhatikan berbagai deskripsi tentang
kepemimpinan yang ada, maka pada umumnya kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan dan kesanggupan menggerakan orang-orang/pegikut untuk
bekerja dan mengarahkan ke tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan
merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi
negara, sedangkan ilmu administrasi negara adalah salah satu cabang dari ilmu-
ilmu sosial, dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Dalam
kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia (komunikasi Interpersonal,
yaitu hubungan saling mempengaruhi dan hubungan kepatuhan-kepatuhan atntara
bawahan dan atasan. Dalam hakikat penciptaan manusia, bisa dikatakan bahwa
semua manusia adalah pemimpin, namun dalam usaha-usaha pembentukannya
diperlukan proses-proses yang harus dilakukan guna membentuk mental dan sifat
pemimpin.
Di Indonesia khususnya banyak potensi yang mulai bermuculan terutama
dari generasi mudanya. Dalam usaha menyiapkan tenaga kepemimpinan yang
muda-muda, diperlukan adanya latihan kepemimpinan di dalam konteks
kepemimpinan yang berkepribadian Indonesia, berlandaskan Pancasila dan UUD
1945 sebagai panutan.
Agar mampu melaksanakan kewajiban, pemimpin harus dapat menjaga
kewibawaan. Dia harus memiliki kelebihan-kelibahan tertentu dibanding dengan
4

kualitas orang-orang tertentu yang dipimpinnya. Kelebihan ini terutama meliputi
segi teknis, moral, dan semangat juangnya.
Menurut George R. Terry (yang dikutip dari Sutanto 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Pemerintahan
Secara etimologi pemerintahan berasal dari kata perintah. Didalam kata
dasar perintah paling sedikit ada empat unsur penting yang terkandung
didalamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan pihak yang
diperintah disebut rakyat.
2. Pihak yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi untuk
mengatur dan mengurus rakyatnya.
3. Pihak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah
yang sah (dalam bahasa Arab dikenal dengan samina waatana).
4. Antara pihak yang memerintah dengan pihak yang diperintah terdapat
hubungan timbale balik secara vertical maupun horizontal.
Dalam mengelola pemerintahan secara baik dan benar, pemerintah
hendaknya jangan hanya sebagai penjaga malam yang mementingkan ketertiban,
tetapi juga jangan lupa pada ketentraman dan kesejahteraan. Jadi, jangan hanya
mampu berkuasa tetapi juga mampu untuk melayani.
Oleh karena itu disebut sebagai pemerintah yang baik dan benar atau
dengan kata lain good governance dan cleant governance. Ketika pemerintah
mengusir pedagang kaki lima dari jalan protocol maka hal itu adalah benar karena
akan mengotori jalan raya tersebut, tetapi hal tersebut adalah tidak baik dipandang
dari pelayanan public. Akan tetapi, ketika pemerintah membiarkan pedagang kaki
lima berjualan di jalan protocol hal tersebut adalah baik karena berlaku santun
5

kepada rakyat pedagang asongan, hanya saja tidak benar karena membuat jalan
menjadi macet.
Itulah beberapa hal yang perlu diseimbangkan dalam penyelenggaraan
roda pemerintahan karena dapat disadari apakah kita akan mengorbankan terlalu
banyak anasir etis guna efisiensi, atau apakah sebaliknya kita mengorbankan guna
memenuhi tuntutan etis.
Jadi, ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
melaksanakan pengurusan (eksekutif), pengaturan (legislative), kepemimpinan
dan koordinasi pemerintah (baik pusat dengan daerah maupun anatara penguasa
dengan rakyatnya) dalam berbagi peristiwa dan gejala pemerintahan yang
diharapkan secara baik dan benar.

B. Kepemimpinan Pemerintah
1. Sebagai Ilmu
Sebagai cabang ilmu pemerintahan, pada gilirannya kepemimpinan
pemerintah akan menjadi disiplin ilmu. Kepemimpinan secara umum ada berbagai
titik pandang disiplin ilmu yang memilikinya seperti ilmu jiwa, ilmu administrasi,
ilmu manajemen, dan ilmu politik. Kepemimpinan pemerintahan berbeda dengan
kepemimpinan swasta yang spesifik. Oleh karena itu, kepemimpinan
pemerintahan untuk sementara dapat dikaji secara khas objek, subjek, sistematik,
metode, keuniversalan, terminologi, filosofi, teori, prinsip, dalil, rumus, dan cara
mempelajarinya yaitu antara lain sebagai berikut.
Objek formal kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara
pemimpin dengan yang dipimpin. Dalam hal ini yang memimpin adalah
pemerintah, sedangkan yang dipimpin adalah rakyatnya sendiri. Objek materinya
adalah manusia. Jadi, berbeda dengan ilmu pemerintahan objek materinya adalah
Negara. Karena kepemimpinan pemerintahan memilik objek materi manusia maka
pengembangan ilmu baru ini akan bertumpang tindih dengan ilmu jiwa, ilmu
administrasi, ilmu manajemen, bahkan ilmu ekonomi.
6

Bila sudah menjadi disiplin ilmu yang mandiri nantinya maka
kepemimpinan pemerintahan akan mempunyai beberapa metode. Antara lain yaitu
metode induksi yang menarik kesimpulan apakah kepemimpinan iti dilahirkan
atau dibentuk oleh lingkungan. Metode deduksi yang menguraikan fakta dan data
kepemimpinan pemerintahan seperti berbagai gaya yang dipergunakan. Metode
perbandingan ialah untuk memperbandingkan kepemimpinan pemerintahan di
berbagai Negara, baik Negara maju maupun Negara berkembang.
2. Sebagai Seni
Kepemimpinan pemerintah sebagai seni berarti bagaimana seorang
pemimpin pemerintahan dengan keahliannya mampu menyelenggarakan
pemerintahan secara indah, misalnya membuat surat keputusan yang berpengaruh,
menjadikan pekerjaannyasebagai teater dan dirinya menjadi dalang yang sekaligus
menjadi wayangnya. Bagaimana yang bersangkutan menyampaikan kehalusan
sastra teorika yang menggugah, sehingga tercapai penyelenggaraan pemerintahan
yang berdaya guna dan berhasil guna.
Dengan begitu seni memerintah tidak lebih daripada profesi seserorang
yang ahli dalam pemerintahannya. Sebagai suatu seni, kepemimpinan
pemerintahan juga berkenaan dengan bagaimana seni membujuk (persuasif), seni
mendorong (motivatif), seni menghubungkan (komunikatif), seni bagaimana
memfasilitasi, seni bagaimana mematangkan hubungan, dan seni bagaimana
menjadi teladan yang dicontoh orang lain.
3. Sebagai Moral
Dalam suatu daerah yang tidak ada kepemimpinan pemerintahan sama
sekali tidak menutupi kemungkinan terjadi berbagai dekandesi moral yang
anarkis, seperti perkosaan, perzinaan, pelecehan, pencurian, perampokan,
penindasan, perkelahian, pembunuhan dan berbagai jenis kejahatan lainnya.
Untuk itu diperlukan seorang pemegang kekuasaan yang menegakan aturan
dengan kekuasaannya yang disebut dengan pemimpin pemerintahan. Bisa
dibayangkan apabila pemimpin pemerintahan tersebut tidak memiliki moral.
7

Sebagai penjaga malam, pemimpin pemerintahan tersebut mengendalikan
masyarakatnya. Antisipasi seperti ini diistilahkan dengan negatif, sedangkan
kejadian yang terjadi juga diistilahkan dengan negatif. Dengan begitu secara
sistematis, antara negatif dikalikan dengan negatif akan menjadi positif. Hal ini
hany boleh diperlakukan untuk pemimpin pemerintahan.
Sebaliknya, masyarakat yang berlaku baik dan benar, pemimpin
pemerintahan harus melayani. Karena akan terjadi berbagai permohonan
pertolongan bagi pelayanan publik, seperti fakir miskin dan anak terlantar, orang
tua jompo, korban bencana alam seperti banjir, dan lain-lain. Untuk hal tersebut
pemimpin pemerintahan harus memberikan playanannya.
Selanjutnya, antara kekuasaan untuk kejahatan dan pelayanan untuk
kebaikan seperti ini tidak boleh dibalik perlakuannya. Ketika kekuasaan
digunakan untuk orang-orang yang tidak benar dan baik (disebut dengan dzalim),
sedangkan pelayanan yang diberikan kepada pelaku kejahatan (disebut dengan
fasik) seperti melayani lokasi pelacuran, perjudian, dan sejenisnya.
Itulah sebabnya pemimpin pemerintahan harus bermoral, artinya yang
bersangkutan selain ulama (rohaniwan) juga harus umara (negarawan).

C. Filsafat Kepemimpinan Pemerintahan
Negara dapat saja mengeksploitasi tenaga rakyat mereka. Yang
membangkang kepada pemerintah negara dianggap pemberontak, separatis,
pengacau keamanan, gerombolan, dan lain-lain. Kecuali jika pemberontak itu
begitu besarnya, lalu mampu mengganti pemerintah yang lama dalam suatu
revolusi, reformasi, atau penggantian pemerintah secara damai melalui sebuah
pemilihan umum.
Berdasarkan yang disampaikan ini maka pemerintah suatu negara pada
abad ini berjuang menggeser paradigma kekuasaan menjadi paradigma pelayanan.
Pemerintah dijadikan abdi masyarakat dengan ukuran bila rakyat menghendaki
8

pelayanan kepengurusan sesuatu maka sebaliknya cepat, bermutu, murah, dan
menimbulkan kepuasan bagi masyarakat.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah rakyat banyak itu tidak
seluruhnya berperilaku agamis. Apalagi tingkat kepuasan berbeda karena
perbedaan selera kultur, rasa situasi, serta kondisi. Masyarakat bisa saja meminta
diperbolehkannya mendirikan lokasi pelacuran, perdagangan obat bius,
penimbunan barang, dan penyimpanan senjata api bagi masyarakat sipil.
Jadi, dalam pengkajian pemerintahan ini, kepemimpinan pemerintah harus
berangkat dari pengkajian filsafati. Maksudnya adalah apa yang baik dan benar
bagi masyarakat dan pemerintah itu sendiri, jauh dari rasa fanatisme apalagi
fundamentalis. Dan kami menyuguhkan ayat Alquran berikut ini.
}74^4 74g)` OE`q 4pONN;4C
O) )OOC^- 4pNON`4C4
NOuO^) 4pOE_uL4C4
^}4N @O4^- _ Elj^q4
N- ]O)U^^- ^j
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan elit yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali-Imran:
104).
Baik adalah ukuran moral bagi aparat pemerintah, sedangkan kebenaran
adalah ukuran logika pemerintahan. Mereka yang mengandalkan logika tanpa
moral cenderung tirani dalam kekuasaannya, sementara itu mereka yang
mengandalkan moral tanpa logika akan membiarkan masyarakatnya bertindak
anarkis. Karena segolongan umat adalah pemerintah itu sendiri, yang baik dan
benar dalam pemerintahannya, inilah yang kemudian berkembang menjadi good
governance dan cleant goverment.



9


D. Gaya Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia

1. Gaya demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah dimana seorang pemimpin
pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai
metode pembagian tugas dengan bawahannya, dan bawahannya juga membagi
tugas secara adil dengan yang lainnya.
2. Gaya birokratis
Gaya kepemimpinan birokratis merupakan gaya pemimpin yang
menghadapi bawahannya dengan metode tanpa pandang bulu, yang artinya setiap
bahawan harus diperlakukan sama disiplinnya, kerja yang ketat pada aturannya
(rule) dll.
3. Gaya kepemimpinan kebebasan
Gaya kepemimpinan kebebasan adalah dimana seorang pemimpin dalam
menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode memberi
keleluasaan atau kebebasan terhadap bawahannya, metode ini juga dikenal dengan
liberalism.
4. Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya kepemimpinan ini dimana seorang pemimpin dalam menghadapi
bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode paksaan kekuasaan.

E. Variabel Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia
Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah. Dalam kepemimpinan
pemerinthan ada tiga variabel yang sangat berpengaruh namun selalu berubah-
ubah sehingga disebut variabel kepemimpinan pemerintah,yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Situasi dan Kondisi Pemerintahan
Ada tujuh situasi dan kondisi yang menyebabkan pemimpin pemerintahan
harus otokratis atau demokratis, yaitu sebagai berikut.
10

1. Faktor sifat dan bentuk negara, bila situasi dan kondisi negara dalam
keadaan berbentuk serikat atau federal,maka akan membuat pemimpin
pemerintahaannya relatif cenderung lebih demokratis, sedangkan negara
kesatuan maka akan membuat pemimpin pemerintahannya relatif
cenderung lebih otokratis.
2. Faktor geografis, bila kondisi suatu negara berbentuk kepulauan maka
pemimpin pemerintahannya sebaiknya melakukan demokratis agar setiap
daerah di urus oleh putra daerahnya sendiri,sedangkan jika bentuk
negaranya berbentuk geografis daratan kontinental maka sebaiknya
pemimpin pemerintahannya meakukan otokratisasi.
3. Faktor warga negara, bila penduduknya homogen maka pemimpin
pemerinthannya sebaiknya otokratis,sedangkan jika penduduknya
heterogen maka sebaiknya pemimpin pemerintahannya sebaiknya
melakukan demokratis.
4. Faktor sejarah, bila situasi negaranya senantiasa berperang maka
sebaiknya pemimpin pemerintahannya melakukan otokratisasi,sedagkan
bila situasi negaranyaaman maka sebaiknya pemimpin pemerintahannya
melakukan demokratisasi.
5. Faktor efisiensi dan efektivitas, bila suatu negara menghendaki kondisi
yang efisien maka sebaiknya pemimpin pemerintahannya melakukan
demokratisasi,dan jika menghendaki kondisi yang efektif maka sebaiknya
pemimpinnya melakukan otokritasasi.
6. Faktor politik, bila negara menghendaki kondisi yang stabil dengan
perekonomian terkontrol maka sebaiknya pemimpin pemerintahan
melakukan otokritisasi,sedangkan jika menghendaki kondisi yang
mendidik rakyat berpartisipasi maka sebaiknya melakukan demokratisasi.
7. Faktor rezim yang berkuasa,bila rezim yang berkuasa seorang yang sulit
dikritik dengan sendirinya mereka melakukan otokratisasi,sedangkan bila
elit pemerintah yang berkuasa seorang yang suka bermusyawarah maka
sebaiknya dilakukan demokratisasi.
11

Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa situasi dan kondisi dapat
menentukan bagaimana seorang pemimpin pemerintahan seharusnya akan
bertindak,bahkan pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat melahirkan
pemimpin.
2. Variabel Orang Banyak sebagai Pengikut
Orang banyak yag dikenal rakyat jelata memang selama ini diam (silent),
hanya saja jumlahnya sangat banyak (mayority). Maksudnya, bila terjadi
demontrasi maka karena jumlah mereka bayak melebihi jumlah peluru, maka
kemarahan orang banyak tidak dapat di bendung kita mengenal dengan keroyokan
massa yang anarkis. Orang banyak yang diam disebut dengan silent mayority.
Dalam massa biasanya beredar isu,baik isu yag masuk akal dan dapat
diterima umum,tetapi juga ada isu fitnah bahkan kontra isu yang dibuat seseorang
yang karena dituduh membuat alibi. Oleh karena itu diperlukan pembentukan
opini,itulah sebabnya Soeharto mempersiapkan departemen penerangan selama
orde baru.
Karena sulitnya mengendalikan kekeuatan pengikut dalam kepemimpinan
pemerintahan ini, ada istilah yang menegaskan bahawa suara rakyat adalah suara
Tuhan (vox populey vox dey). Bahkan dalam islam dikatakan bahwa tangan
Tuhan di atas tangan orang banyak (dalam arti kekuasaan orang banyak dilindungi
Tuhan karena ada hati nurani yang sedang diperjuangan sebagai nasib wong cilik).
3. Variabel Penguasa sebagai Pemimpinan Pemerintahan
Pemimpin pemerintahan adalah penguasa, tetapi perlu diingat bahwa
bagaimanapun yang bersangkutan memiliki kekuasaan,namun tetap saja sebagai
manusia mempunyai jiwa. Jiwa itulah yang memiliki rasa seperti
iba,sayang,kasih,benci,gundahdendam,terharu,dll.
Oleh karenaa itu, suatu ketika pemimpin dapat digugah tetapi pada ketika
yang lain sangat kaku karena dendam dan prinsipnya terhadap sesuatu. Karena
berubah-ubah inilah yang dianggap sebagai variabel yaitu variabel pemimpin
pemerintahan.
12

Kekuasaan harus diseimbangkan dengan pelayanan. Dalam arti kekuasaan
ditujukan kepada mereka yang melakukan dekadensi moral disebut dengan nahi
mungkar. Sedangkan pelayanan ditujukan kepada masyarakat yang secara aturan
memang membutuhkan pertolongan tanpa melanggar aturan kesusilaan agama dan
adat istiadat, inilah yang disebut dengan amar makruf.

F. Teknik Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia
Teknik adalah cara/strategi yang dilakukan seseorang untuk mencapai
tujuannya.pemimpin pemerintahan harus mempunyai bebagai teknik dalam
mempengaruhi para bawahan atau masyarakatnya agar tujuan segera
tercapai.berikut ini disampaikan beberapa teknik dalam kepemimpinan
pemerintahan yaitu sebagai berikut:
1. Teknik persusif dalam kepemimpinan pemerintahan
Teknik persuasif dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi
pemimpin pemerintahan seperti camat,bupati,walikota ataupun gubernur
membujuk bawahannya agar lebih rajin. bujukan biasanya termasuk strategi lunak
dan baik (be good approach) maka dilakukan dengan lemah lembut.
Jadi, dengan teknik persuasif ini pemimpin pemerintahan melakukan
pendekatan bujukan dimana untuk memotivasi bawahan dan masyarakat
dipergunakan strategi pemanjaan. bawahan dan masyarakat melaksanakan
pekerjaan karena baik hatinya atasan (pemimpin).
Dengan demikian,orang lain yang dipimpin oleh pemimpin pemerintahan
seperti ini diharapkan akan bekerja dengan rajin sebagai balas budi ataupun untuk
memperoleh kerelaan pembayaran lebih besar,rutin dan lancar.hal ini sulit
dilaksanakan karena hanya berpengaruh selagi sang pempimpin senantiasa
bermanis muka dan selalu memberikan hadiah.



13

2. Teknik komunikatif dalam kepemimpinan pemerintahan
Teknik komunikaif dalm kepemimpinan pemerintahan adalah strategi
camat, bupati, walikota ataupun gubernur dalam memperlancar pekerjaanya
mencapai tujuan.
Itulah sebabnya disebut komunikasi karena commune berarti sama, kalau
tidak demikian akan terjadi berbagai kesalahan sebagai berikut.
1. kesalahan dalam memahami (misperception)
2. kesalahan dalam menafsirkan (misinterpretation)
3. kesalahan dalam mengartikan (missunderstanding)
4. kesalahan dalam menyamakan (miscommunication)
Sementara itu untuk kecepatan bertindak diperlukan perintah tegas, tanpa
adanya tanya jawab dan bantahan dalam komunikasi satu arah. hanya saja banyak
pesan yang tidak jelas dan membingungkan.
3. Teknik fasilitas dalam kepemimpinan pemerintahan
Teknik fasilitas dalam kepimpinan pemerintahan adalah strategi pemimpin
pemerintahan seperti camat,bupati,walikota ataupun gubernur memberikan
fasilitas kepada bawahan atau masyarakatnya untuk memperlancar
pekerjaaan,karena masyarakat dan bawahan tersebut terikat oleh pemberian
tersebut.hal ini disebut dengan kekuatan pemberian (reward power), misalnya
sebagai berikut:
1. Pemberian uang
2. Pemberian barang
3. Pemberian tempat
4. Pemberian waktu
Jadi, dari keterangan tersebut bahwa pemerintah dipaksa menyombongkan
apa yang telah dilakukannya.hal ini karena manusia terkadang melupakan apa
yang telah diperjuangkan orang lain.


14

4. Teknik Motivasi dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teknik motivasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi camat,
bupati, walikota ataupun gubernur mendorong bawahan dan masyarakatnya
bekerja serta membangun lebih rajin dengan berbagai cara, misalnya sebagai
berikut.
1. Memenuhi kebutuhan fisik bawahan atau masyarakat seperti kebutuhan
sandang, pangan, dan papan.
2. Memberikan rasa aman kepada masyarakat seperti diantisipasinya
kerusuhan, pencurian, intimidasi,dan lain-lain.
3. Memberikan rasa nyaman dalam pergaulan seperti tetangga yang ramah
dan santun dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan penghormatan yang tepat pada bawahan dan masyarakat
seperti diakuinya hak minoritas dan didengarnya pendapat mereka
5. Memberikan dorongan kepada masyarakat dan bawahan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, dengan cara menyadarkan masyarakat
bahwa pembangunan adalah milik mereka bersama.
Keseluruhan uraian di atas tersebut diambil dari teori motivasi Abraham
Maslow, David Mac Clelland, Douglas Mac Gregor yang dikolaborasikan serta
dilengkapi dengan kemungkinan motivasi disatu kantor ataupun di suatu daerah
dengan pemimpin pemerintahan masing-masing.
5. Teknik Keteladanan dalam Kepemimpinan Pemerintahan
Teknik keteladanan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi
pemimpin pemerintahan seperti camat, bupati, walikota, ataupun gubernur dalam
memberikan contoh yang baik kepada bawahan maupun masyarakatnya sendiri.
Di Indonesia yang terkenal bapakisme, paternalistik, dam pengkultusan
individunya besar, maka seorang tokoh dalam hal ini pemimpin pemerintahan
disuatu tempat senantiasa dijadikan panutan.
Oleh karenanya korupi, kolusi, nepotisme mendarah daging di Indonesia
karena mulai dari pimpinan tingkat atas sampai kebawah melakukannya dan salig
15

mencontoh caranya. Dengan begitu bila pemimpin pemerintaha besalah agar tidak
terlihat oleh bawahan dan masyarakat maka yang diangkat hanya yang baik
sedangkan yang buruk dikubur dalam-dalam.






















16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan dalam pemerintahan yang merupakan salah satu jenis
kepemimpinan, ternyata mempunyai kedudukan yang strategis dalam
pelaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan
negara dan cita-cita nasional. Dengan memperhatikan berbagai deskripsi tentang
kepemimpinan yang ada, maka pada umumnya kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan dan kesanggupan menggerakan orang-orang/pegikut untuk
bekerja dan mengarahkan ke tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kepemimpinan banyak teknik yang dapat dikembangkan, tetapi
sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat kita dewasa ini, yang masih
berorientasi ke atas, maka teknik kepemimpinan dengan pemberian suri tauladan
merupakan teknik yang sangat cocok. Teknik persusif yang lebih cenderung lebih
memotivasi terhadap bawahan, serta menggunakan teknik fasilitas dengan tujuan
untuk memfasilitasi demi kenyamanan bersama dan teknik komutif demi
terciptanya suatu komunikasi yang efektif.
Lain daripada itu perlu juga dikembangkan gaya kepemimpinan motivasi
yang positif dengan memberikan penghargaan kepada yang berhasil, bersamaan
dengan gaya partisipasif atau gaya demokratis dengan memberikan kesempatan
kepada anak buah untuk berprakarsa dan berparisipasi dalam pengambilan
keputusan bukan sebaliknya yaitu gaya otokratis yang lebih cenderung terhadap
tirani, dan gaya birokratis yang berorientasi kepada fakror-faktor manusia tanpa
pandang bulu sejalan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam
pancasila.

B. Saran-saran
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semuanya agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi. Dan mudah-
17

mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai mahasiswa, umumnya bagi
semuanya.






















18

DAFTAR PUSTAKA

Syafiie, Inu Kencana. 2011. Sistem Administrasi Indonesia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
http://compasiana.com
Alquran. 1984. Jakarta: Departemen Agama RI.

Anda mungkin juga menyukai