Anda di halaman 1dari 6

Selasa, 30 Oktober 2012

MAKALAH MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA KEHAMILAN DENGAN OLIGOHIDRAMNION

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Amnion manusia terdiri dari 5 lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak mengganggu pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai melalui cairan amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah epithelium amniotik. Epitel amniotik ini mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein nolkolagen (laminin,nidogen dan fibronectin) dari membran basalis, lapisan amnion disebelah nya. Lapisan kompakta jaringan konektif yang melekat pada membrane basalis ini membentuk skeleton fibrosa dari amnion. Kolagen dari lapisan kompakta disekresikan oleh sel mesenkim dari lapisan fibroblast. Kolagen interstitial (tipe I dan tipe III) mendominasi dan membentuk parallel bundles yang mempertahankan intregitas mekanikan amnion. Kolagen tipe V dan VI membentuk koneksi filamentosa antara kolagen interstitial dan membrane basalis epithellial. Tidak ada interposisi dari materi yang menyusun fibril kolagen pada jaringan konektif amniontic sehingga amnion dapat mempertahankan tensile strength selama stadium akhir kehamilan normal. Lapisan fibroblast merupakan lapisan amniotic yang paling tebal terdiri dari sel mesenkimal dan makrofag diantara matriks seluler kolagen pada lapisan ini membentuk jaringan longgar dari glikoprotein non kolagenosa. 1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengertian dari air ketuban 2. Untuk mengetahui fungsi dari air ketuban 3. Untuk mengetahui pengertian dari oligohidramnion 4. Untuk mengetahui etiologi dari oligohidramnion 5. Untuk mengetahui patofisiologi dari oligohidramnion 6. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala oligohidramnion 7. Untuk mengetahui gambaran klinik dari oligohidramnion 8. Untuk mengetahui dan memahami resiko kehamilan dengan oligohidramnion 9. Untuk mengetahui dan menentukan diagnosa dari oligohidramnion 10.Untuk mengetahui dan mengimplementasikan penatalaksanaan dari oligohidramnion 11.Untuk mengetahui dan mengimplementasikan pemeriksaan penunjang dari oligohidramnion 12. Untuk mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion. 1.3. Manfaat 1. Dapat mengetahui pengertian dari air ketuban 1.1.

2. Dapat mengetahui fungsi dari air ketuban 3. Dapat mengetahui pengertian dari oligohidramnion 4. Dapat mengetahui etiologi dari oligohidramnion 5. Dapat mengetahui patofisiologi dari oligohidramnion 6. Dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala oligohidramnion 7. Dapat mengetahui gambaran klinik dari oligohidramnion 8. Dapat mengetahui dan memahami resiko kehamilan dengan oligohidramnion 9. Dapat mengetahui dan menentukan diagnosa dari oligohidramnion 10.Dapat mengetahui dan mengimplementasikan penatalaksanaan dari oligohidramnion 11.Dapat mengetahui dan mengimplementasikan pemeriksaan penunjang dari oligohidramnion 12.Dapat mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan oligohidramnion

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1. Pengertian Air Ketuban Air Ketuban merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat, bagian dalam selaput berhubungan dengan cairan yang merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ektoderm. ( Sarwono, 2009) 2.2. Fungsi Air Ketuban Air Ketuban memiliki beberapa fungsi yang penting diantaranya : Melindungi bayi dari trauma Terjepitnya tali pusat Menjaga kestabilan suhu dalam rahim Melindungi dari infeksi Membuat bayi bisa bergerak sehingga otot- ototnya berkembang dengan baik serta membantu perkembangan saluran cerna dan paru janin. 2.3. Pengertian Oligohidramnion Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban sangat sedikit yakni berkurang dari normal yaitu kurang dari 500cc. 2.4. Etiologi Sebab pasti belum diketahui dengan jelas Primer, karena pertumbuhan amnion yang kurang baik Sekunder, ketuban pecah dini Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu dari segi: Fetal : Kromosom

Kongenital Hambatan pertumbuhan janin Kehamilan postterm

Premature ROM (Rupture Of amniotic Membranes) Maternal : Hidrasi Insufisiensi uteroplasental Preeklampsia Diabetes Hipoksia kronis 2.5. Patofisiologi Secara umum, oligohidramnion berhubungan dengan : 1. Rupture membrane amnion/rupture of amniotic membrane(ROM) 2. Gangguan congenital dari jaringan fungsional ginjal atau obstruktif uropathi 3. Keadaan-keadaan yang mencegah pembentukan urin atau masuknya urin tergantung amnion 4. Fetal urinary tract Malformation : seperti renal agenesis, cystic dysplasia dan atresia uretra 5. Reduksi kronis dari produksi urin fetus sehingga menyebabkan penurunan perfusi renal 6. Sebagai konsekuensi dari hipoksemia yang menginduksi redistribusi kardiak output fetal 7. Pada growth-restricted fetus, hipoksia kronis menyebabkan aliran darah dari ginjal ke organorgan vital lain 8. Anuria dan oliguria Namun dari beberapa kepustakaan Juga menyatakan bahwa mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana sindroma potter dan fenotip potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit) Fenotip potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayinya bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah potter). Selain itu, karena didalam ruangan rahim sempit maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal. Oligohidramnion juga menyebakan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik) sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi sebagaimana fungsinya. Pada

sindroma potter kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan cairan yang khas dari sindroma potter. Gejala sindroma potter berupa : wajah potter (kedua mata terpisah jauh terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang). 2.6. Tanda dan gejala oligahidramnion: 1. Janin dapat diraba dengan mudah 2. Tidak ada efek pantul(ballotement) 3. Penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat Gejala dan tanda tersebut berdasarkan pada fakta bahwa cairan amnion yang ditemukan berada dibawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan normal, volume cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami pluktuasi.Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester ke-3 kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup bulan. Pengukuran volume cairan amnion dilakukan dengan ultrasonografi dan ini merupakan komponen standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap. 2.7. Gambaran klinis 1) Uterus tampak kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen 2) Ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan janin 3) Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas 4) Sering berakhir dengan partus prematurus 5) Persalinan lebih lama dari biasanya 6) Sewaktu his akan terasa sakit sekali 7) Bila ketuban pecah ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar 2.8. Akibat oligohidramnion 1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut Karena janin mengalami tekanan dinding rahim. 2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat baewaan karena tekanan atau kulit jadi kering.

2.9. Resiko Kehamilan dengan Oligohidramnion Resiko ibu: persalinan yang tidak sesuai dengan proses yang semestinya Resiko janin: 1. Hipoksia janin yang berhubungan dengan kompresi tali pusat, karena tali pusat mempunyai sedikit cairan yang dapat membuatnya terapung. 2. Resiko hipokplasi jaringan paru yang meningkat, jika kasus telah ada sebelumnya ada setelah gestasi. 2.10. Diagnosa Oligohidramnion harus dicurigai jika TFU lebih rendah secara bermakna dibandingkan yang diharapkan pada usia gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absobrsi atau kehilangan cairan yang meningkat kepada KPD sehingga menyebabkan 50% kasus oligohidramnion Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks cairan ketuban. Amniotic fluit index (AFI) tetapi secara klinis (dengan pemeriksaan fisik) bisa di duga dengan : pengukuran tinggi fundus uteri dan palpasi. Namun hal ini hanya berupa asumsi saja, tetapi harus di konfirmasi melalui pemeriksaan USG. USG juga bisa melihat anatomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal yang tidak tumbuh ( dengan tidak terlihatnya urin pada kandung kemih janin ) serta untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan speculum dapat di lakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban akibat pecahnya air ketuban. Jika terjadi oligohidramnion sebelum cukup bulan, dilakukan secara ekspektatif tergantung kondisi bayi dan ibu, sedangkan jika terjadi pada bumil cukup bulan, dilakukan pengakhiran kehamilan sesuai dengan kondisi kematangan leher rahim, jika sudah matang di lakukan induksi persalinan. 2.11.Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada ibu : 1. Istirahat yang cukup 2. Perbaiki nutrisi dan cairan 3. Pemantauan kesejahteraan janin 4. Hitung pergerakan janin 5. Pemeriksaan USG.

Jumlah air ketuban bisa di tambah dari luar dengan melakukan amnioinfusion yaitu dengan cara memasukan cairan NaCL melalui leher rahim, sehingga akan menurunkan angka Caesar pada kasus oligohidramnion. 2.12.Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan yang biasa dilakukan : 1. USG ibu (menunjukan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal). 2. Rontgen perut bayi 3. Rontgen paru-paru bayi
http://reviimey.blogspot.com/2012/10/makalah-manajemen-asuhan-kebidanan.html

Anda mungkin juga menyukai

  • TW1
    TW1
    Dokumen12 halaman
    TW1
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • TW1
    TW1
    Dokumen12 halaman
    TW1
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • Selasa
    Selasa
    Dokumen6 halaman
    Selasa
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • TW1
    TW1
    Dokumen12 halaman
    TW1
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • Statistika Dasar
    Statistika Dasar
    Dokumen11 halaman
    Statistika Dasar
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • TW1
    TW1
    Dokumen12 halaman
    TW1
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • TW1
    TW1
    Dokumen12 halaman
    TW1
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN NIFAS
    ASUHAN NIFAS
    Dokumen52 halaman
    ASUHAN NIFAS
    Rhunu Gera
    Belum ada peringkat
  • Kebutuhan Dasar Balita
    Kebutuhan Dasar Balita
    Dokumen7 halaman
    Kebutuhan Dasar Balita
    jenitadevi
    Belum ada peringkat
  • Masa Nifas
    Masa Nifas
    Dokumen30 halaman
    Masa Nifas
    jenitadevi
    Belum ada peringkat