Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN CENDAWAN YANG MENGINFEKSI BENIH JAGUNG Syahrir Pakki dan Syahrir Masud
Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK
Inventarisasi dan identifikasi cendawan yang menginfeksi biji/benih jagung dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis patogen yang menyerang benih jagung di beberapa sentra pertanaman jagung. Penelitian dilakukan dengan survey, secara patroli yaitu setiap lokasi untuk pengambilan sampel minimal berjarak 10 - 15 km. Biji-biji yang diambil yaitu yang menampakkan gejala maupun yang tidak bergejala terinfeksi cendawan. Sampel-sampel kemudian diidentifikasi secara morfologi di laboratorium Hama dan Penyakit Balitsereal dengan merujuk kepada Ilussterated Genera of infected Fungi Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis cendawan yang menyerang benih jagung yaitu Rhizopus sp., Fusarium sp., Aspergillus flavus, A. niger, Fenicillium sp., Trichoderma, dan Colectoricum sp. Kata kunci : Identifikasi, cendawan, patogen, benih jagung

PENDAHULUAN Fase akhir dalam suatu proses agribisnis jagung adalah panen dan pengelolaan hasil panen. Walaupun pengelolaan di pertanaman sudah optimal, namun faktor kualitas pada biji apabila tidak terpenuhi akan menurunkan mutu dan nilai jual. Tongkol dan biji jagung adalah tergolong rentan terhadap penyakit, terutama penyakit busuk tongkol dan biji. Penyakit bawaan benih banyak ditemukan pada daerah-daerah yang lembab, terutama bila hujan di atas normal pada saat tanaman jagung mulai berbunga sampai pada saat panen. Tongkol dan biji biasanya terinfeksi lebih dini di pertanaman, selanjutnya biji terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum infeksi di tempat penyimpanan. Hal lain penyebab utama patogen bawaan benih adalah bila penanganan pasca panen kurang baik maka gangguan penyakit akan berlanjut sampai ditempat penyimpanan. Beberapa patogen dapat memproduksi mikotoksin dan berbahaya bagi konsumen, Aspergillus flavus memproduksi aflatoksin dan fusarium verticiliodis menghasilkan fumonisin, terutama pada jagung (Oren et al., 2003). Batas toleransi cemaran

Fumonisin yaitu untuk ternak 5 - 50 ppm, sedangkan aflatoksin 100 ppb (Stack, 2000). Walaupun beberapa jenis penyakit pada tongkol dan biji jagung telah dilaporkan keberadaannya di Indonesia, namun demikian kemungkinan adanya jenis lain yang belum teridentifikasi. Olehnya itu diperlukan suatu survey untuk menginventarisasi jenis patogen penyakit lainnya pada tongkol dan biji, yang hasilnya dapat diharapkan berguna sebagai data base penelitian pengendalian untuk pengelolaanya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui janis-jenis patogen yang menginfeksi biji jagung di beberapa sentra pertanaman jagung. BAHAN DAN METODE Kegiatan inventarisasi di lakukan pada bebarapa sentra produksi jagung di Propinsi Sulawesi Selatan. Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo dengan menggunakan metode survey, dilakukan dengan mengunjungi pertanaman dan tempat-tempat penyimpanan jagung petani dari setiap desa dan dalam satu desa dipilih lokasi dengan jarak 10 15 km. Setiap lokasi yang dikunjungi diambil

67

Syahrir Pakki dan Syahrir Masud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

sampel tongkol dan biji, baik yang menampakkan gejala maupun yang tidak menampakkan gejala penyakit, serta mencatat cara penyimpanan yang dilakukan petani. Khusus Kabupaten Maros, hanya ini diambil dari kebun percobaan Balitsereal/Kecamatan Lau. Sampel-sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas yang berbeda dari setiap lokasi pengambilan. Selain koleksi sampel di lapangan juga diambil dari rumah-rumah petani dan gudang-gudang penyimpanan jagung. Hal lain yang dicatat adalah: 1) Varietas, 2) Waktu dan lokasi pengambilan meliputi desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Sampel yang telah dikumpulkan dibawa ke laboratorium penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia(Balitsereal) Maros. Di laboratrorium dilakukan kegiatan antara lain , mempersiapkan cawan petri sebagai media untuk isolasi cendawan yang telah dikoleksi. Media tersebut yang telah diisi kertas saring steril kemudian diletakkan biji jagung hasil koleksi dari beberapa lokasi, yang sebelumnya disterilkan dengan NaCl 1 % dan air steril selama beberapa menit. Setiap sampel diisolasi pada lima cawan petri masingmasing diisi 30 biji, 3-4 hari setelah diisolasi, cendawan yang tumbuh dimurnikan dengan cara memindahkan dalam media Potato Dektroxa Agar (PDA). Setelah satu minggu kemudian, identifikasi cendawan dilakukan dengan merujuk kepada buku Illustrated Genera of infected Fungi (Burnet and Hunter, 1972). Hasil dentifikasi dilanjutkan dengan inokulasi ulang pada biji yang sehat (Postulat Koch) dan selanjutnya dilakukan identifikasi ulang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang dikoleksi dari beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Gorontalo,

terinfeksi beberapa patogen yaitu : a) Rhizopus sp., b) Fusarium sp., c) Aspergillus flavus, d) A. niger, e) Penicillium sp., dan f) Trichoderma (Tabel 1). Temuan beberapa jenis cendawan patogen yang menyerang biji jagung di Sulawesi selatan telah dilaporkan oleh Muis et al. (2002) seperti Fusarium sp., Penicillium sp., Cladisporium sp., Rhizopus sp., Aspergillus sp., dan Trichoderma sp. Cara penyimpanan yang dilakukan oleh petani adalah beragam. Di daerah Tanah Toraja , jagung yang dipersiapkan sebagai benih disimpan dengan diikat terbuka dan digantung diatas perapian dapur. Didaerah kabupaten Sinjai, Bulukumba, Wajo, Soppeng, Barru, Bantaeng dan Jeneponto, benih-benih yang dipersiapkan untuk penanaman musim tanam berikutnya, digantung diberanda rumah dalam keadan tetap terbungkus. Hal ini dimaksudkan agar keadaan benih tetap baik karena cara penyimpanan yang demikian dapat mengurangi kelembaban sehingga kontamnisasi cendawan dan hama kumbang bubuk dapat dikurangi. Beberapa sampel juga diambil dari cara penyimpanan dalam karung dan tampaknya hanya untuk persiapan untuk konsumsi. Berbeda halnya di Nusa Tenggara Timur, cara simpan petani, jagung disimpan pada rumah-rumah yang disebut lapo, namun untuk persediaan benih ditumpuk didekat dapur dalam keadaan terbungkus. Dari beberapa cara penyimpanan biji jagung tersebut, setelah diisolasi pada umumnya tetap ditemukan adanya patogen bawaan biji. Beberapa biji yang dikoleksi tidak memperlihatkan adanya gejala visual terinfeksi cendawan, namun setelah diisolasi tetap memperlihatkan adanya gejala patogen bawaan biji. Hal ini membuktikan bahwa beberapa patogen mampu bertahan dalam biji setelah terinfeksi diareal pertanaman. Laporan-

68

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

laporan oleh Maroch and Payne (1984) mengemukakan bahwa patogen bawaan benih tidak semuanya menampakkan gejala namun ada juga yang tidak bergejala (symptomless) dan mampu menginvasi bagian internal biji. Schutless (2002) melaporkan bahwa benih jagung yang terinfeksi Aspergillus di lapangan akan menjadi sumber inokulum utama pada gudang-gudang penyimpanan dan dapat mengurangi mutu hasil jagung. Dalam penelitian ini (Tabel 1) A. flavus dan A. niger adalah patogen dominan yang menginfeksi biji jagung dan berasal dari beberapa cara penyimpanan yang dilakukan oleh petani. Di Amerika dilaporkan bahwa A. flavus yang ditemukan pada permukaan tanah, hanya membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk menginfeksi bagian tongkol jagung (Huizar et al., 1990). Hipa cendawan A. flavus yang hinggap pada bagian jambul jagung, memudahkan infiltrasi ke bagian biji di lapang dan selanjutnya menjadi sumber inokulum awal sehingga selalu ditemukan

pada tempat-tempat penyimpanan jagung. Keadaan suhu di lapangan pada saat panen agak kering dan lembab di malam hari mendorong pertumbuhan miselia pada sisa tanaman sehingga menjadi sumber inokulum utama A. flavus. Ini menjadi penting artinya dalam hal kualitas biji jagung karena dapat mengeluarkan aflatoksin yang menjadi penyebab utama penyakit kanker pada hewan dan manusia (Bahri, 2001). Hal ini mengindikasikan bahwa A. flavus adalah patogen utama yang perlu mendapat perhatian dalam penanganannya terutama apabila produksi nasional jagung diarahkan untuk konsumsi pakan ternak dan komoditas ekspor. Spesies lain A. niger, pengaruhnya dalam kualitas adalah tidak berarti namun dapat pula mempengaruhi daya tumbuh benihbenih jagung (Ingantileke et al., 1999). Upaya pengendalian telah dicobakan di Thailand dan ditemukan Ammonia adalah efektif mengendalikan cendawan patogen A. flavus.

Tabel 1. Jenis cendawan patogen yang menginfeksi biji jagung dari sejumlah lokasi di Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusatenggara Timur.
No. Sampel

Kabupaten/Desa

Varietas/ Galur

RhizoPus sp.

Fusarium sp.

Jenis Patogen PeniA. flaA. nicillivus ger um sp.

Trichoderma

ReInokulasi

I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

TATOR Batu Papan/Makale Batu Papan/Makale Batu Papan/Makale Tinori/Makale Talion/Salu Makale Talion/Salu Makale Talion/Salu Makale Talion/Salu Makale Limbung/Salu Putih Salu Sura/Salu Putih Tinori/Mangkendeh Buato Limbung Mangkendeh Lembang/Mangasa Mangkendeh Limbong/Mangkendeh

Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Ungu Lokal Ungu Lokal Ungu J. Kuning Lokal Putih Lokal Putih

+ -

+ + + + -

+ + + -

+ + + + + + + -

69

Syahrir Pakki dan Syahrir Masud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

Lanjutan Tabel 1.
No. Sampel

Kabupaten/Desa

Varietas/ Galur

RhizoPus sp.

Fusarium sp.

Jenis Patogen PeniA. flaA. nicillivus ger um sp.

Trichoderma

ReInokulasi

II 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 III 33 34 35 36 37 38 IV 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

ENREKANG Anggareja/Enrekang Ranga/Enrekang Tungkan/Enrekang Tungkan/Enrekang Riso/Enrekang Baban/Enrekang Tinga/Enrekan Baban/Enrekang Suda/Enrekang Selatan Malane/Enrekang Selatan Taulan/Enrekang Selatan Lendana/Enrekang Selatan Karrang/Enrekang Selatan Tumba/Enrekang Selatan Karrang/Enrekang Selatan Papi/Enrekang Selatan Papi/Enrekang Selatan JENEPONTO Tompo Bulu/Kelara Rumbia/Kelara Rumbia/Kelara Rumbia/Kelara Bontomanai/Kelara Bontomanai/Kelara SINJAI Sangiasseri/Sinjai Selatan Sangiasseri/Sinjai Selatan Sangiasseri/Sinjai Selatan Sangiasseri/Sinjai Selatan Polewali/Sinjai Selatan Polewali/Sinjai Selatan Puncak/Sinjai Selatan Puncak/Sinjai Selatan Jatie/Sinjai Selatan Jatie/Sinjai Selatan Samaenre/Sinjai Tengah Samaenre/Sinjai Tengah Mannanti/Tellu Limpoe

Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih J. Kuning J. Kuning Lokal Putih Lokal Putih J. Kuning J. Kuning Lokal Putih J. Kuning J. Kuning J. Kuning Lokal Putih J. Kuning J. Kuning Lokal Putih J. Kuning J. Kuning J. Kuning J. Kuning J. Kuning Lokal Putih

+ + + -

+ + + + + + + + + + + + + + + +

+ -

+ + -

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

J. Kuning Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih J. Kuning Lokal Putih Lokal Putih J. Kuning Lokal Pulut Lokal Pulut Lokal Pulut J. Kuning

+ + -

+ + + + + + -

+ + + +

+ + + + + + + + + + +

70

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Lanjutan Tabel 1.
No. Sampel

Kabupaten/Desa

Varietas/ Galur

RhizoPus sp.

Fusarium sp.

Jenis Patogen PeniA. flaA. nicillivus ger um sp.

Trichoderma

ReInokulasi

V 52 53 54 VI 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 VII 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 VIII 91 92 93 94

BULUKUMBA Tanete/Bulukumba Palampang/Bulukumba Palampang/Bulukumba WAJO Gancenge Rumpia Tua Tengnga Tosora Taji Labojo Bantodong Jatie Tosora Attapange Jatie Tosora Paria Mente Tosora Leccenge Cinasih Tosaro Wajo-Wajo BARRU Mengempang/Barru Palakka/Barru Palakka/Barru Libureng/Tanete Riaja Libureng/Tanete Riaja Lalolangi/Tanete Riaja Lalolangi/Tanete Riaja L. Tengah/Tanete Riaja L. Tengah/Tanete Riaja Ralla/Tanete Riaja Ralla/Tanete Riaja Tompo/Tanete Rilau Tompo/Tanete Rilau Matajang/Tanete Rilau Matajang/Tanete Rilau Tellumpanua/Tanete Rilau BANTAENG Bontotiro/Bissapu Bontotiro/Bissapu Bontotiro/Bissapu Bontotiro/Bissapu

J. Kuning J. Kuning Lokal Putih

+ -

+ +

Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih J. Kuning Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih

+ + + -

+ + + + + -

+ + + + + + + + + + -

+ + + + + + + + + + + + + + + + + +

J. Kuning Lokal Pulut Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih Lokal Pulut J. Kuning Lokal Putih Lokal Pulut Lokal Putih Lokal Pulut Lokal Putih

+ + + + +

+ -

+ + + + + + + + + -

+ -

+ + + + + + + + + + + + + + +

J. Kuning J. Kuning C7 Lokal Ungu

+ -

+ + -

+ + + -

71

Syahrir Pakki dan Syahrir Masud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

Lanjutan Tabel 1.
No. Sampel

Kabupaten/Desa

Varietas/ Galur

RhizoPus sp.

Fusarium sp.

Jenis Patogen PeniA. flaA. nicillivus ger um sp.

Trichoderma

ReInokulasi

95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 IX 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129

Bontomanai/Bissapu Bontomanai/Bissapu Bontorita/Bissapu Lempangan/Pajukukang Gantarang/Pajukukang Lempangan/Pajukukang Gantarang/Pajukukang Mallilingi/Bantaeng Ulugalung/Bantaeng Ulugalung/Bantaeng Lembang/Tompobulu Tanaloe/Tompobulu Tanaloe/Tompobulu Tanaloe/Tompobulu Tanaloe/Tompobulu Tanaloe/Tompobulu Bontosapiri/Eremerasa Tombolo/Pajukukang Tombolo/Pajukukang SOPPENG Goarie/Marioriawa Goarie/Marioriawa Goarie/Marioriawa Marioritengngae/ Marioriawa Marioritengngae/ Marioriawa Marioritengngae/ Marioriawa Mallekana/Marioriawa Tetti Cenranae/ Marioriawa Tetti Cenranae/ Marioriawa Cangko/Marioriawa Watutoa/Marioriawa Watu/Marioriawa Watu/Marioriawa Marioriaja/Marioriawa Waepute/Marioriawa Waepute/Marioriawa

J. Kuning C7 J. Kuning Lokal Pulut Lokal Putih C7 J. Kuning BC2 Lokal Putih J. Kuning Lokal Pulut Lokal Putih Lokal Pulut J. Kuning J. Kuning Lokal Pulut Lokal Putih Lokal Pulut J. Kuning J. Kuning Lokal Putih J. Manis Lokal Putih Lokal Putih Lokal Pulut Lokal Pulut J. Kuning Lokal Pulut Baku-Baku Lokal Putih Lokal Pulut Lokal Putih J. Kuning J. Kuning J. Kuning

+ + + + + -*) + -

+ + -

+ + + + + + + + + + + + + + -

+ + + + -

+ -

+ +

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

X MAROS 130 Balitsereal/Lau Gumarang 131 Balitsereal/Lau Bisma 132 Balitsereal/Lau No. 8 133 Balitsereal/Lau Pulut Lokal 134 Balitsereal/Lau BISI-4 135 Balitsereal/Lau J1-C2 136 Balitsereal/Lau Lokal *) Terdapat infeksi Colectoricum sp.

72

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Lanjutan Tabel 1.
No. Sampel

Kabupaten/Desa

Varietas/ Galur

RhizoPus sp.

Fusarium sp.

Jenis Patogen PeniA. flaA. nicillivus ger um sp.

Trichoderma

ReInokulasi

137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 XI 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 XII 177 178 179

Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau Balitsereal/Lau GORONTALO Sidondo/Sidomulyo Talangko/Anggerek Boneo/Paepyana Bonyo Kelawat/Limboto Pilomagaue/Tapa Satria/Matilongi Suka Makmur/Marisa Tolongio/Anggerek Mucoliola/Tolongomula Tolotia/Tibawa Telaga Biru/Tilae Pulu Balo/Tibawa Helema/Neotileneo Inbadu/Randaga Temilo/Lumbah Dumati/Tilae Yosoyori/Limboto Monyoali/Paguyama Maiawa/Bualemo Binyongi/Limboto Tobango/Batudea Pangea/Wonosari Butohe/Kabilo Butomya/Bualemo Sidodadi/Paguyama Tobango/Batudea Tubea/Bongoume KAB. BOALEMO Paevai/Baibua Pangea/Wonosari Bontu/Paeyoru

Pioneer 8 Ppe 9923 Lamuru MSHK(S1) C1-15 J. Manis Semar 9 Semar 8 K2-C3 K1-C3 J1-C3 Semar 9 Antasena IPB 3

+ + + + + -

+ + + + + -

+ + + + +

+ + + + + + + + + + + +

C7 C7 C7 Lokal Palo C7 C7 Pioneer Lokal Putih Lokal Putih C7 L. Kuning C7 C7 L. Kuning C7 BISI-2 C7 Lokal C7 C7 C7 Lokal Putih Lokal Putih Lokal Putih C7 C7 C7 C7 BISI-2

+ -

+ + -

+ + + + + + + + -

+ + + + + + + +

+ + + + -

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

73

Syahrir Pakki dan Syahrir Masud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

Lanjutan Tabel 1.
No. Sampel

Kabupaten/Desa

Varietas/ Galur

RhizoPus sp.

Fusarium sp.

Jenis Patogen PeniA. flaA. nicillivus ger um sp.

Trichoderma

ReInokulasi

XIII 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191

PROPINSI NTT KABUPATEN TTU Nibaaf/Nocmuti Naola/Miomafo Sunkaei/Miomafo Sunkeai/Miomafo Tafenfal/Insona Eba/Biboksiselatan Eba/Biboksiselatan Eba/Biboksiselatan Kapiter/Malaka

Kapiter/Malaka Boronabaer/Biboki + Hanteas/Biboki KABUPATEN TTS 192 Tafenfal/Insona Lokal Putih 193 Toineke/Amanuberu Penliat + Selatan 194 Toineke/Amanuberu Penmati Selatan Palu 195 Koifatu/Amanuberu Penkikis + Selatan 196 Robele/Amanuberu L. Kuning + Selatan 197 Mio/Amanuberu Selatan Lokal Putih XIV KAB. KUPANG/BELU 198 Ekakel/Fatuleu Lokal Putih + 199 Camplory/Fatuleu Kalingga + 200 Belu/Fatuleu L. Merah + 201 Doma/Doma L. Merah + + 202 Doma/Doma L. Merah + Keterangan : + = Terinfeksi pathogen = Tidak ada gejala infeksi pathogen pada isolasi awal pada kertas steril

Lokal Putih L. Kuning L. Kuning Lokal Putih Lokal Putih Pemmose Lokal Putih Hibrida(H6) Pemmolo Tuke Lokal Putih L. Kuning L. Kuning

+ + + + -

+ + +

+ + + + + + + + + + + + + + + +

Hasil uji Postulach Koch, dari isolat patogen yang dimurnikan pada biji sehat memperlihatkan bahwa semua jenis cendawan patogen tersebut mempelihatkan gejala sesuai dengan gejala awal pada saat isolasi (Tabel 1). Hal ini membuktikan bahwa cendawan tersebut adalah positif identifikasi positif, mengikuti Illustrasi Genera of Infected Fungi dan dapat menginfeksi biji. Gejala visual A. flavus berwarna hijau dan A. niger bewarna hitam, gejala tersebut

sangat jelas apabila ditumbuhkan pada media Potato Dekxtrosa Agar. Ini sesuai yang dilaporkan oleh Rane et al. (2001), yang selanjutnya melaporkan bahwa Aspergillus flavus sangat lebat perkembangannya pada keadaan cuaca panas, kering dan tumbuh pada kelembaban lebih dari 18 %, konidia ada yang lepas dan ada yang melekat pada ujung hipa berjumlah lebih dari tiga konidia (Gambar 1).

74

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Gambar 1. Bentuk spora beberapa patogen terbawa benih pembesaran 10 x 10 : a) Tricoderma, b) Aspergillus, c) Fusarium dan d) Colectotrichum. Jenis cendawan patogen lainnya yang ditemukan adalah Rhizopus sp., Fusarium sp, Penicillium sp, Trichoderma. Penicillium, dan Colectotrichum konidianya berbentuk bulat kecil berada dalam ujung hipa dan pada media PDA berwarna putih kehitam-hitamanan. Pada biji fusarium sp berwarna merah jambu agak kemera-merahan, biasanya tidak tampak apabila tidak diperhatikan secara teliti. Gejala tersebut sangat jelas pada media PDA, terkadang didapati pada biji yang sudah busuk. Gejala tersebut sesuai yang dilaporkan Schutless (2001) dan Semangun (1991) bahwa warna biji bervariasi dari warna merah jambu sampai warna coklat kemerahan dan agak kelabu. Bentuk konidia seperti bulan sabit bersekat 1- 6 skat. Bahri et al. (1989) melaporkan bahwa spesies Fusarium gramineum dapat membentuk racun-racun dioksinivalenol dan dapat menyebabkan kemandulan pada hewan ternak. Racunracun tersebut dapat berkembang pada tanaman dan dapat pula berkembang dalam biji jagung. Cendawan Trichoderma sp. gejala visualnya dari biji terkadang tidak jelas, namun bila diperhatikan di bawah kaca pembesar, akan tampak warna hijau pada biji dan klobot jagung. Pada media PDA sangat jelas berwarna hijau tua. Konidia berbentuk bulat kecil, terpisah-pisah, ada yang bersatu dan dalam jumlah 4- 6 pada ujung hipa. Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan, namun setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula pada media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Konidia berbentuk lonjong dan lebih memanjang dibanding Rhizopus. KESIMPULAN Terdapat tujuh jenis cendawan patogen bawaan benih pada jagung yang teridentifikasi pada biji jagung dari 202 lokasi di 14 kabupaten, sentra pertanaman jagung pada propinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur yaitu Rhisopus spp., Fusarium spp., A. flavus, A. niger, Penicillium, danTrichoderma.

75

Syahrir Pakki dan Syahrir Masud : Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Cendawan

Patogen bawaan benih yang perlu dicermati yaitu Aspergillus flavus dan Fusarium, sebarannya cukup luas dan berpotensi sebagai sumber utama sebagai penyebab menurunnya kualitas benih jagung yaitu dapat mengeluarkan toksin Aflatoksin dan Fumonisin sebagai penyebab kanker dan kemandulan pada ternak hewan. DAFTAR PUSTAKA Bahri, S., E, Ratigon, R. Maryan, dan Ng. Ginting. 1989. Kandungan mikotoksin Fusarium secara alamiah pada akar, batang dan daun tanaman jagung. Kongres Nasional PFI Denpasar Pp. 160 164. Bahri, S. 2001. Mewaspadai cemaran mikotoksin pada bahan pangan, pakan, dan produk peetrnakan di Indonesia. Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 20(2): 5564. Burnett, H.L. and Hunter, B.B. 1972. Illustrated Genera of infect Fungi. Burgess Publishing Company, Minnesota. 241 p. Huizar, H.E. Bertke, C.C. Klech, M.A. Aranson, J.R. 1990. Cytochemical localization and ultra structure of Aspergillus flavus in cotton seed. Mycopathologiest 110(1):43-50. Ingantileke, S., Surapark, P., and F. Escalente. 1999. Farm level treatment to control aflatoxin development in crib stores maize cobs in Mesa B de, ed grain post harvest systems. Proceeding of the Tenth Asean Technical Seminar on Grain Post Harvest Technology. Bangkok Thailand.

Muis, A., Syahrir Pakki, dan A. Haris Talanca 2002. Inventarisasi dan Identifikasi cendawan yang menyerang biji/benih jagung. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit. Balitsereal . Maroch and G.A. Payne. 1984. Preharvest infection of corn silk and kernels by Aspergillus flavus. Phytopathology 74(11):1284-1289. Oren, L., S. Wzrarti, D. Cohen, and A. Sharon. 2003. Events in the Fusarium verticilliodies Maize interaction characterized by using a green flurescent protein. Experessing Transgenic Isolate. Applied and Environmental Microbiology. P.16951701. Rane, K., G/ Ruhi, and Selllers. 2001. Crop Diseases in corn soybean and wheat. Dept of botany and Plant Pathology Purdue. University West Lavoyette. Schutless, F., Cardwell, K.F., and A. Gounou. 2002. The effect of endopytie Fusarium vertcilliodies on infestation of two maize varieties by Lepidoptera Stemborer and Coleoptera graind feeders. The American Phytopathologycal Society. Semangun, H. 1991 Penyakit-Penyakit tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. 440 hal. Stack, J. 2000. Grain mold and mycotoxins in corn. University of Nebraska Lincoln and the United States Rep. of Agricultural.

76

Anda mungkin juga menyukai