Anda di halaman 1dari 15

PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS INDUSTRI TEBU

Disusun oleh : Kelompok 2 1. Edwin Panigoro 2. Guntur Respyan 3. Fakhri Ahmad 4. Tommy Kurniawan Subianto (105040207111013) (105040207111014) (105040207111015) (105040207111016)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena disamping sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat juga sebagai sumber kalori yang relatif murah. Berdasarkan penghitungan dari data hasil Susenas, konsumsi gula oleh rumah tangga cenderung mengalami peningkatan. Penurunan konsumsi terjadi pada tahun 1998 sebagai akibat dari tingginya peningkatan harga gula di pasar domestik. Namun periode berikutnya konsumsi gula kembali mengalami peningkatan. Sementara itu dari sisi penawaran, meskipun produksi gula nasional pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 diproyeksikan akan terus meningkat rata-rata sebesar 2,96% per tahun, namun produksi gula dalam negeri diperkirakan baru mampu memenuhi tingkat konsumsi gula rumah tangga, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan industri. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi gula sebesar 3,08 juta ton dan 2012 sebesar 3,1 juta ton. Kebutuhan gula oleh rumah tangga pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 2,1 juta ton dan tahun 2012 sebesar 2,3 juta ton. Dengan demikian permintaan oleh rumah tangga masih bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. Namun berdasarkan data ketersediaan untuk industri yang diperoleh dari ketersediaan total dikurangi konsumsi rumah tangga diperoleh informasi bahwa rata-rata kebutuhan industri setiap tahunnya berkisar antara 1,6 1,7 juta ton. Dengan demikian maka untuk tiga tahun mendatang diperkirakan Indonesia masih membutuhkan impor gula sekitar 700 800 ribu ton per tahun. Namun demikian, keragaman ekspor impor gula tidak lepas dari kebijakan pemerintah. 1.2. Tujuan a. Untuk mengetahui produksi tebu di Indonesia b. Untuk mengetahui permintaan gula di Indonesia c. Untuk mengetahui penawaran gula di Indonesia

1.3.

Rumusan Masalah a. Bagaimana produktivitas tebu di Indonesia ? b. Bagaimana permintaan dan penawaran gula di Indonesia ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah. (Sukirno, 1985) 2.2. Fungsi Permintaan Fungsi permintaan sesungguhnya menunjukkan hubungan antara variabel tidak bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut : Qa = f ( PA, PB-Z, I, T, A, N ) Keterangan : Qa PA PB-Z I T A N = Jumlah barang yang diminta = Harga barang A = Harga barang lain = Tingkat pendapatan konsumen = Selera = Pengeluaran perusahaan untuk advertensi = Jumlah penduduk

(Suparmoko, 1990)

2.3.

Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu sendiri, faktorfaktor lain yang menentukan permintaan individu maupun pasar adalah :
a. Selera konsumen

Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi barang tersebut misalnya, akan berarti lebih banyak barang yamg akan diminta pada setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva permintaan bergeser ke kiri.
b. Banyaknya konsumen pembeli

Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen adalah sama, maka kenaikan jumlah konsumen di pasar akan menyebabkan kenaikan permintaan, sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah atau banyaknya konsumen akan menyebabkan penurunan permintaan.
c. Pendapatan konsumen

Pengaruh perubahan pendapatan kemungkinan. Pada umumnya

terhadap mempunyai dua pendapatan terhadap

pengaruh

permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan permintaan.
d. Harga barang-barang lain yang bersangkutan

Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan barang subsitusi (pengganti) atau barang komplementer (pelengkap). Kenaikan harga barang subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang akan naik apabila harga barang penggantinya

turun, maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga barang penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya.
e. Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan pendapatan di masa

depan) Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut sekarang untuk menghindari kemungkinan akibat adanya kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya jika konsumen memperkirakan bahwa pendapatannya akan naik di masa depan. Sebaliknya, terjadi penurunan permintaan bila para konsumen memperkirakan bahwa dimasa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan turun. (Wijaya, 1991) 2.4. Pengertian Penawaran Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual barang yang bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor nonharga. (Anonymousa, 2012) 2.5. Fungsi Penawaran Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah: Sx = f(Px, Py, Pi, C, tek, ped, tuj, kebij) di mana: Sx Px Py = penawaran akan barang X = hargaX = harga Y (barang substitusi atau komplementer)

Pi C tek ped tuj kebij 2.6.

= harga input / faktor produksi = biaya produksi = teknologi produksi = jumlah pedagang/penjual = tujuan perusahaan = kebijakan pemerintah (Anonymousa, 2012)

Faktor yang Mempengaruhi Penawaran a. Harga Barang Itu Sendiri Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. b. Harga Barang Lain yang Terkait Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang substitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang komplemen, dapat kita nyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran akan suatu barang berkurang, dan sebaliknya. c. Harga Faktor Produksi Kenaikan harga faktor produksi akan mengurangi laba perusahaan. Apabila tingkat laba suatu industri tidak menarik lagi, mereka akan pindah ke industri lain, dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya penawaran akan barang. d. Biaya Produksi Kenaikan harga input menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dengan demikian, bila biaya produksi meningkat (apakah dikarenakan kenaikan harga faktor produksi atau penyebab lainnya), maka produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran akan barang itu berkurang. e. Teknologi Produksi Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran

akan suatu barang, kemajuan teknologi menyebabkan kenaikan dalam penawaran akan barang. f. Jumlah Pedagang/Penjual Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran akan barang tersebut akan bertambah. g. Tujuan Perusahaan Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, bukan memaksimumkan hasil produksinya. Akibatnya, tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum. h. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi penawaran akan suatu barang. Di Indonesia, beras merupakan makanan utama. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi dalam negeri guna tercapainya swasembada beras, menyebabkan para petani menanam padi tertentu yang memberikan hasil banyak setiap panennya. Kebijakan ini jelas menambah supply beras dan keperluan impor beras dapat dikurangi. (Anonymousa, 2012)

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Perkembangan Luas Areal Tebu di Indonesia Perkembangan luas areal tebu di Indonesia pada periode tahun 1969-2009 cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 123.036 ha pada tahun 1969 menjadi 443.832 ha pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,53% per tahun. Namun demikian, pada periode 1997-2003 luas areal tebu di Indonesia cenderung mengalami penurunan, tetapi tahun berikutnya kembali mengalami peningkatan. Penurunan luas areal tebu yang cukup tinggi terjadi pada periode tahun 1997 sebesar 13,36%.

Perkembangan luas areal tebu di Indonesia tahun 1969-2009 3.2. Perkembangan Produktivitas Tebu di Indonesia

Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia tahun 1969-2009

Produksi tebu nasional dihitung dalam wujud produksi gula hablur. Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia pada periode tahun 1969 2009 cenderung mengalami peningkatan walaupun sempat mengalami guncangan berupa penurunan produksi pada tahun 1998 dan 1999. Hal tersebut lebih banyak disebabkan menurunnya luas areal pada periode tersebut dan tak kunjung meningkatnya produktivitas tebu. Namun demikian, setelah periode tersebut produksi tebu mulai membaik dan sedikit demi sedikit mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas areal dan produktivitasnya. 3.3. Penawaran Gula di Indonesia Tahun 2010-2012 Perilaku penawaran dari suatu komoditas dicerminkan oleh respon atau keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar, yang dalam hal ini direpresentasikan oleh produksi. Sedangkan perilaku penawaran komoditas pertanian dicerminkan oleh pengaruh harga pasar dan kekuatan non harga (teknologi, kondisi krisis, dan sebagainya) terhadap keputusan petani dalam memproduksi komoditas yang dihasilkan. Produksi gula pada tahun 2010 diproyeksikan akan meningkat menjadi 3,08 juta ton dan menjadi 3,10 juta ton pada tahun 2012. Rata-rata peningkatan produksi gula nasional diperkirakan hanya sebesar 2,96%. Proyeksi produksi gula nasional disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Proyeksi produksi gula di Indonesia tahun 2010-2012 3.4. Perkembangan Konsumsi Gula di Indonesia Konsumsi gula nasional oleh rumah tangga per tahun dihitung berdasarkan konsumsi gula per kapita per minggu dari data hasil Susenas BPS dikalikan dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan. Dari hasil perhitungan tersebut, konsumsi rumah tangga per tahun untuk komoditas gula pada tahun 1990 sebesar 1,41 juta ton yang secara beruntun terus meningkat menjadi 1,73

juta ton pada tahun 1996. Selanjutnya pada tahun 1997, konsumsi gula oleh rumah tangga berkurang menjadi 1,72 juta ton dan berturut-turut menurun menjadi 1,71 juta ton dan 1,67 juta ton pada tahun 1998 dan 1999. Penurunan tersebut disebabkan turunnya jumlah konsumsi perkapita yang diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan harga gula di pasar domestik pada tahun 1998. Namun jumlah konsumsi gula oleh rumah tangga kembali naik pada tahun 2000-2002, tetapi setelah itu cenderung stabil dan naik kembali pada tahun 2007 sampai 2009. Konsumsi gula tersebut di atas adalah konsumsi gula langsung oleh rumah tangga, sementara kebutuhan gula oleh industri belum dihitung. Berikut adalah grafiknya.

Perkembangan konsumsi gula rumah tangga di Indonesia tahun 1990-2009 3.5. Permintaan Gula di Indonesia Tahun 2010-2012 Permintaan gula untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2010 diproyeksikan akan meningkat menjadi 2,18 juta ton dan mencapai 2,26 juta ton pada 2012. Rata-rata peningkatan permintaan gula nasional diperkirakan sebesar 1,75%. Peningkatan permintaan gula hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan dari hasil analisis tidak dipengaruhi oleh harga gula dalam negeri maupun gula impor. Proyeksi permintaan gula nasional secara rinci disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Proyeksi permintaan gula di Indonesia tahun 2010-2012 3.6. Proyeksi Surplus / Defisit Gula di Indonesia

Grafik permintaan dan penawaran gula di Indonesia tahun 1990-2012 Perhitungan surplus/defisit gula diperoleh dari produksi dikurangi dengan konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi gula nasional masih mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga dan mengalami surplus sebesar 898.505 ton. Demikian pula pada tahun 2011 mengalami surplus sebesar 801.733 ton dan pada tahun 2012 mengalami surplus sebesar 845.933 ton (Tabel 3).

Tabel 3. Proyeksi surplus / defisit gula di Indonesia tahun 2010-2012 Kelebihan/surplus penawaran ini hanya berlaku apabila tidak ada kebutuhan gula untuk industri. Dalam hal ini artinya Indonesia sudah swasembada gula untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Hanya saja apabila dilihat dari ketersediaan untuk industri rata-rata selama 5 tahun terakhir, kebutuhan gula untuk industri setiap tahunnya berkisar antara 1,6 1,7 juta ton, sehingga Indonesia selama 3 tahun ke depan Indonesia masih membutuhkan impor gula antara 700.000 800.000 ton setiap tahun.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Produksi tebu di Indonesia pada tahun 1969-2009 cenderung mengalami peningkatan walaupun sempat mengalami guncangan berupa penurunan produksi pada tahun 1998 dan 1999. Penurunan produksi tebu dikarenakan penurunan luas areal pada periode tertentu dan produktivitas tidak begitu meningkat. Berdasarkan data yang ada, produksi gula sudah memenuhi permintaan untuk kebutuhan rumah tangga. Sedangkan untuk memenuhi permintaan kebutuhan industri, produksi gula di Indonesia tidak dapat memenuhi/membutuhkan impor gula. 4.2. Saran Dalam pengerjaan makalah terdapat beberapa kendala untuk pengumpulan data permintaan dan penawaran komoditas tebu, akan tetapi hal itu dapat diatasi dengan kesabaran dan kerja sama.

DAFTAR PUSTAKA Anonymousa. 2012. Pengertian Penawaran. http://www.scribd.com/D-PengertianPenawaran (diakses tanggal 1 April 2012) Anonymousb. 2012. Tebu. http://www.deptan.go.id/pusdatin/admin/PUB/Outlook/ outlook_komoditas_bun.pdf (diakses tanggal 29 Maret 2012) Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV. Andi Offset. Yogyakarta Sukirno, Sadono. 1985. Teori Mikro Ekonomi. FE UI. Jakarta Suparmoko. 1990. Pengantar Ekonomika Mikro, Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. Wijaya, Faried. 1991. Ekonomika Mikro, Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai