Anda di halaman 1dari 5

AKHIR SEBUAH PENANTIAN Karya : Wardhina Ayu Wakhidatun Aku hidup bukan untuk menunggu cintamu.

Sulit ku terima semua keputusan itu. Yang kini hilang tersapu angin senja. Masih sulit pula untuk ku lupakan. Suram dan seram jika ku ingat kembali. Mungkin harus ku biarkan semua kenangan itu, agar abadi oleh sang waktu. Pagi ini cerah, hangat mentari yang bersinar dan sejuk embun di pagi itu membuat semangat untuk menuntut ilmu makin bertambah. Ku percepat langkahku. Seusai sekolah, ada ekstrakulikuler seni tari dan aku pun mengikutinya. Masih belum beranjak dari tempat duduk ku. Dari arah belakang terdengar suara yang memanggilku. Idaaa, tunggu ! Aku pun melihat ke belakang Kamu Raff, ada apa kok sampai tergesa-gesa ? tanyaku penasaran. Emmm, ada yang mau kenalan sama kamu ! Tapi Raff, udah mau masuk kelas seni tarinya Ya telat dikit kan gakpapa. Aku tidak menjawabnya. Aku bergegas pergi menuju kelas seni tari. Aku simpan kata-kata Raffi tapi aku tidak memikirkannya disaat aku sedang mengikuti seni tari. *** Hari ini aku sengaja berangkat pagi, aku ingin menikmati udara pagi, walaupun jarak antara rumah dan sekolah dekat. Sewaktu istirahat aku kembali ingat dengan kata-kata Raffi kemarin siang. Siapa dia? Anak mana? Namanya siapa? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di benakku. Hingga aku tak sadar jika aku sedang melamunkannya. Heyhey, mikirin siapa sih kamu? Tanya Ega yang membuyarkan lamunanku. Ha? Aku gak mikirin apa-apa tuh! Kok ngelamun sih? Haaa, masih keinget ya sama kata-kata Raffi kemaren? Ehh, apaan sih, mentang-mentang pacar Raffi trus kalian ngejek gitu, ahh gak asyiik Yaya, Cuma bercanda kok Tiba-tiba Raffi datang menemuiku. Entah apa lagi yang akan ia sampaikan kembali. Aku sendiri tidak berharap jika kata-kata itu lagi yang akan ia sampaikan. Daa, ikut yuk, dia mau ketemu kamu, tuh udah ditunggu di kantin ajak Raffi.

Ahh, engga ahh, biarin aja dia samperin Kok gitu? Ya udah deh, ini kesempatan loh, kok malah kamu sia-siain Ucapan Raffi didengar oleh Layla, yang juga saudara Raffi. Ehh, ada apaan nih, keliatannya seru! Ada apa sih Raff, kok gak bilang-bilang? Gak ada apa-apa, udah nanti aku ceritain Bel masuk kelas pun berbunyi, aku segera masuk kelas. Dan aku mengikuti pelajaran yang berlangsung hingga usai. Pulang sekolah biasanya aku jalan sendiri, jarak rumah deket. Ciiye Idaa goda Layla Ada apa sih? tanyaku penasaran. Tuh, orang yang di depan gerbang pake tas item ada corak biru, itu orang yang mau ketemu kamu. Ha? Siapa dia? Namanya siapa? Dia Tyo, anaknya pendiem banget, dia sahabat karib Raffi sama Adi Tanpa kata-kata apapun aku bergegas pulang, dalam perjalananku aku memfikirkan semua hal yang Layla beritahu tadi. Yah, Tyo, aku masih tidak menyangka kenapa dia mau bertemu, kenapa harus lewat temennya? Ah mungkin dia malu. Ya udahlah. *** Hari ini mulai muncul kabar buruk, banyak yang menyangka bahwa aku ini adalah pacar Tyo, padahal bukan sama sekali. Aku kenal sama dia aja baru kemarin. Di sela-sela pelajaran aku gunakan untuk menuliskan sebuah kata-kata. Sepertinya aku memang benar-benar jatuh hati pada Tyo, ahhh, kenal langsung aja belum kayaknya mustahil deh kata itu selalu muncul di benakku. Saat jam istirahat, aku selalu melewati kelasnya. Aku selalu melihat tingkah lakunya, yang terkadang membuatku tersenyum-senyum sendiri. Oh mungkin inikah cinta? Aku pernah merasakannya tetapi aku tak ingin merasakannya lagi untuk saat ini. Setelah kita kenal begitu lama, aku mengenal dia dengan ramah, dengan baik, walaupun diantara kita tak pernah ada satu perkataan. Tiba-tiba semua perasaanku menjelma, berubah entahlah seperti apa isi otakku. Aku menyukainya, aku menyayanginya. Aku yakin dia pun begitu, tapi aku tidak pernah pecaya itu, aku tidak pernah percaya bila ia menyukaiku juga, aku hanya berharap begitu banyak padanya. Hari ini ekstra pramuka sebenarnya, aku sama Tyo mau bicara tapi dia tetap tidak mau. Dia tetap tak membuka kesempatan untuk perasaan kita. Tapi aku masih yakin bila dia benarbenar mencintaiku. Sore itu aku hanya pulang dengan semua mimpi ku yang telah pupus. Aku tak membawa secuil harapan lagi untuk rasaku ini. ***

Malam ini aku tulis surat untuk nya. Aku harap ada sedikit respon darinya. Dan respon itu tidak membuatku patah hati dan patah semangat. Aku tahu Tuhan pasti mengerti disetiap mimpi dan harapanku. Setelah selesai aku pun tidur. Hari ini aku sengaja bangun pagi, selain aku piket aku juga ingin melihatnya lebih awal, hehe. Aku datang pertama di sekolah, datang pertama juga di kelas, aku langsung piket, bersihkan semuanya. Setelah selesai, aku kasih surat itu langsung ke dia. Aku tak pernah mengira hal buruk apapun akan menimpa kita setelah surat itu kau baca. Tiba-tiba Imma datang mengetuk pintu kelasku. Dia meminta ijin dahulu, lalu memanggilku untuk menemuinya. Aku yang bingung, langsung saja aku menurut. Nich surat dari Tyo! kata Imma sambil memberikan surat dari Tyo. Apa ini? Jawaban suratku tadi pagi ya? Iyaa, baca aja, dia bilang dia minta maaf kalo udah nyakitin perasaan kamu, dia gak bermaksud kayak gitu, ya udah baca aja. Iyaa, makasiih udah ngaterin suratnya, aku titip salam buat dia Seketika aku menangis, air mata ini sudah tak bisa ku tahan lagi. Tetes demi tetes mulai membasahi wajahku. Lalu ku hapus lagi begitu pun seterusnya. Aku masuk kelas dan aku lanjutkan pelajaran yang sempat tertunda, aku anggap saja ini semua tidak pernah terjadi. Ada apa sih, Yuk? Tanya Ega. Di.. dia.. dia udah jawab semuanya kataku terbata-bata Jawab apa? Bukannya diantara kalian itu tak pernah ada apa-apa? Dia gak suka aku Ga, aku sih fine tapi kenapa sih yang nganter harus Imma, dulu pas kamu sama Raffi putus, Imma juga kan yang nganter? Iya ya, kok aku lupa ya? Ya udah deh, kamu yang sabar aja, cowok itu gak Cuma satu kok, gak Cuma dia doang Iyaa Ga, makasiih jawabku sambil mengusap air mataku Iya sama-sama *** Sulit menjalani hari tanpanya lagi, walaupun kita hanya sebatas gebetan, tapi ternyata hal itu membuat kita menjadi bersahabat. Berbulan-bulan aku nanti jawabanmu lagi. Tapi ternyata jawaban itulah yang sudah kamu tetapkan. Aku hanya pasrah, aku menangis, bagaimana tidak jika seseorang yang aku sukai ternyata telah membuatku menangis. Aku berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan kita, dan Tuhan izinkan kita bersama. Jika Tuhan tidak mentakdirkan kita bersama biarlah perasaan itu menjadi sebuah kenangan masa SMP kita.

Cerpen Remaja 2012 :

Arti Sebuah Senyuman


Hujan turun begitu deras saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan teriakan yang menyebut BUNDA. Seseorang yang tak a sing lagi datang menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih menyakitkan dihati bunda. Seseoranng itu adalah Ayahku sendiri yang meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas. pergi kamu jangan dekati bundakuteriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku. tasya maafkan ayah dia berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu ayah? aku tertawa kecut ayahku sudah mati, mati karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puasaku membentak dengan tangisan yang tak bisa dibendung. tasya sudahlah biarkan ayahmu melihat bundamuujar bibiku. tasya tak rela kalau orang ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan BRUGGG tubuh lemahku terjatuh pingsan. Aku melihat bunda begitu sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang ruput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan aku terbangun , itu hanya mimpi. . tasya. . . kamu sudah sadarTanya bibiku bunda dimana?tanyaku pada bibi. Dia memelukku dengan tangisann ya tasya ibumu sudah dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin kamu pasti bisa melewati ini semuaBibi menangis membasahi bajuku. Aku tterdiam sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak bisa mengantar bunda . aku menangis bersama pelukan Bibi. *** Sudah seminggu setelah bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak bisa merubah segalanya. Tasya kamu mau ikut aku ketemu dengan Nugi, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut aku ya ujar temanku yang menarik-narik tanganku. Aku menghela napas hah. maaf Nita aku gag bisa, aku lagi gag moodujarku dengan wajah murung Dia menarik tanganku.

pokoknya kamu harus ikut, mereka nunggu kita di taman Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti keinginannya. Kita sudah sampai ditaman di tengah sekolah kami. Terlihat dua orang pria yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya. hay maaf ya lama nunggunya. kenalin ini temanku Tasya imutkan ? Mereka tersenyum hay aku Nugi pacar Nitasenyumnya sambil memberikan tangannya padaku tasyaujarku yang tersenyum terpaksa aku Yudis temanya Nita dan Nugisenyumnya yang juga memberikan tanganya tasyakami pun bersalaman. Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar kertas yang berisi puisi Arti Hidup semuanya terasa begitu hamoa tak ada lagi klasih sayang yang kurasakan ini begitu sulit ini begitu asing bagiku

Anda mungkin juga menyukai