Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Vertigo merupakan ciri khas gangguan sistem vestibular. Vertigo terjadi akibat pertentangan antara susunan vestibular, sistem visual, dan proprioseptif. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer dan sentral tidak berjalan dengan baik, maka proses pengolahan informasi akan terganggu. Kejadian ini menimbulkan gejala vertigo dan gejala otonom. Respon penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa pening, mual, muntah, nistagmus, unsteadines, ataksia saat berdiri atau berjalan.(1,2,3) Vertigo merupakan perasaan pergerakan dimana seolaholah penderita bergerak terhadap lingkungannya, atau sebaliknya lingkungannya terasa bergerak terhadap penderita. Perasaan tersebut paling sering dirasakan berputar. Vertigo diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu vertigo sentral dan vertigo perifer. Vertigo sentral letak kelainannya didapat pada batang otak, cerebellum, dan cerebrum. Sedangkan pada vertigo perifer terdapat kelainan pada kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, dan nervus VIII. Vertigo terbanyak disebabkan oleh kelainan perifer.(1) Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu jenis vertigo perifer. Benign Paroxysmal Vertigo merupakan jenis yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar 20 30%. Terapi positioning manaeuver lebih efektif diberikan untuk penanganan penyebab vertigo.(1) Benign Paroxysmal Positional Vertigo tidak hanya dijumpai pada kelompok usia tua, namun vertigo jenis ini bisa terjadi pada usia kanak- kanak. Tetapi Benign Paroxysmal Positional Vertigo paling sering dijumpai pada usia lebih tua yaitu pada usia 40 tahun sampai 50-an tahun ke atas. Pada vertigo jenis ini dikatakan benign atau suatu keadaan yang tidak serius karena pada sebagian besar kasus gangguan menghilang secara spontan dalam kurun waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan atau tahun. Berdasarkan pada penelitian survei epidemiologi dari German National Telephone Healt Interview Survey (GNT-HIS), telah terhitung 8% penderita BPPV dengan vertigo yang cukup dan berat. BPPV merupakan suatu gangguan vestibular yang berpengaruh pada morbiditi yang signifikan, dampak psikososial, dan biaya medis.(1,2)

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa penyebab dan gambaran klinis dari BPPV ? 2. Bagaimana patofisiologi dari BPPV ? 3. Bagaimana diagnosis dari BPPV ? 4. Bagaimana penanganan dari BPPV ?

1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. Untuk mengetahui penyebab dan gambaran klinis dari BPPV Untuk mengetahui patofisiologi dari BPPV Untuk mengetahui diagnosis dari BPPV Untuk mengetahui penanganan dari BPPV

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyebab dan Gambaran Klinis dari BPPV Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang terjadi pada posisi kepala tertentu disebabkan oleh keadaan patologis berupa degenerasi debris otokonia pada kupula semisirkularis atau pada cairan endolimfe disekitarnya yang ditandai dengan serangan vertigo yang berat, singkat, serta disertai mual dan muntah. BPPV merupakan penyebab tersering dari vertigo. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia.(2) Pada sekitar 50% kasus penyebab BPPV tidak diketahui (idiopathic-BPPV). Adanya cedera ringan maupun cedera berat dapat menyebabkan traumatic-BPPV dalam bentuk yang berbeda yakni mulai dari cedera kepala ringan sampai dengan cedera kepala berat dan adanya cedera leher dengan disertai kehilangan kesadaran. BPPV juga dapat timbul pada pasca operasi telinga. Penyebab utama BPPV pada orang di bawah usia 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga bagian dalam. Penanganan dari traumatic-BPPV lebih sulit dibandingkan dengan idiopathicBPPV (2,5) Gambaran klinis dari BPPV ditandai dengan adanya serangan singkat dari vertigo yang berat, berputar-putar, singkat, serta dapat disertai mual dan muntah. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu terjadinya BPPV dan biasanya bersifat torsional (rotatoar). Kondisi ini terjadi kurang dari dari satu menit. Dan dapat disertai dengan rasa mual dan muntah. BPPV dapat timbul pada saat kepala diekstensikan atau memposisikan kepala atau pada saat posisi badan kearah telinga yang sakit. Serangan dari vertigo sering terjadi pada pagi hari dan sering timbul selama perubahan posisi setelah tidur. Setelah terjadinya serangan , rasa mual atau lelah tetap ada, tetapi vertigo terhenti. Perbedaan utama antara vertigo sentral dan perifer terletak pada beratnya onset. Vertigo perifer ditandai dengan adanya serangan yang berat dan singkat, sementara vertigo jenis sentral ditandai dengan serangan vertigo ringan namun progresif.(2)

2.2 Patofisiologi dari BPPV Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi dari BPPV, yakni teori kupulolitiasis dan teori kanalolitiasis. Teori kupulolitiasis dikenalkan oleh Schuknectht pada tahun 1969. Pada teori ini dijelaskan bahwa otokonia dari utrikulus lepas dan melekat pada kupula kanalis semisirkularis sehingga menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi. Sedangkan pada teori kanalolitiasis yang didiskusikan oleh Parnes dan , McClure (1991), Epley (1992), dan telah dibuktikan oleh Brandt dan Steddin (1993), menjelaskan bahwa otokonia dari utrikulus lepas dan mengapung pada bagian yang terendah dari kanal. Bila kepala digerakkan pada posisi tertentu debris akan bergerak pada posisi terbawah sehingga menyebabkan endolimfe bergerak menjauhi ampula. Pergerakan endolimfe menimbulkan inersia dari kupula sehingga terjadi perangsangan nervus ampularis dari kanalis.(2,3,5) 2.3 Diagnosis dari BPPV Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan fisik, hasil uji vestibular, dan uji audiologi. Dalam memperoleh informasi dari riwayat pasien melalui anamnesa, harus ditentukan apakah keluhan itu memang benar vertigo. Dan tentukan apabila memang benar vertigo, apa ada hubungannya dengan posisi kepala tertentu atau perubahan posisi kepala dan kemungkinan didahului oleh suatu cedera.(1,2) Uji DixHallpike merupakan pemeriksaan klinis standar untuk pasien BPPV. Perasat Dix-Hallpike secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu perasat Dix-Hallpike kanan pada telinga sisi kanan dan perasat Dix-Hallpike kiri pada telinga sisi kiri. Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20-300 pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai munculnya nistagmus dan keluhan vertigo. Penilaian respon pada monitor dilakukan selama 1 menit atau sampai rescpon menghilang. Setelah tindakan pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan dengan Canalith Repositioning Manaeuver(CRM). Bila

ditemukannya respon negatif pada pemeriksaan atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRM, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali. Lanjutkan pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 ke kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai ditemukannya respon positif menghilang. Bila ditemukan adanya respon

positif, dapat dilanjutkan dengan CRM, bila tidak ditemukan respon positif atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRM, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali. Pada orang normal atau dapat dikatakan uji Dix- Hallpike yang negatif, nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak

lagi nistagmus. Pada uji Dix-Hallpike dikatakan positif atau pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.(2) 2.4 Penatalaksanaan dari BPPV Belum ada obat- obatan yang bisa diberikan untuk melawan gejala gejala dari BPPV dalam waktu jangka panjang. Pembedahan pada kanal semisirkularis posterior sangat jarang diperlukan. Tiga macam perasat dilakukan sebagai penatalaksanaan BPPV adalah Canalith Repositioning Maneuver (CRM), perasat Semont atau Liberatory manaeuver dan latihan Brandt-Daroff. CRM dikemukakan oleh Epley.(3) Prosedur CRM merupakan prosedur sederhana dan non-invasif. Berdasarkan temuan dari tinjauan sistematis literatur, American Academy of Neurology menyimpulkan bahwa CRM merupakan terapi yang efektif dan aman untuk pasien dari segala usia dengan BPPV. Dengan terapi ini diharapkan BPPV dapat disembuhkan setelah pasien menjalani 1-2 sesi terapi. CRM sebaiknya dilakukan setelah perasat Dix-Hallpike menimbulkan respon positif. Pemeriksa dapat mengidentifikasi adanya kanalitiasis pada kanal anterior atau kanal posterior dari telinga yang terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk namun kepala pasien dirotasikan tujuan untuk mendorong kanalit keluar dari kanalis semisirkularis menuju ke utrikulus, tempat dimana kanalith tidak lagi menimbulkan gejala. Perasat ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike yang menimbulkan respon positif dengan cara kepala ditahan ke sisi yang sakit selama 1-2 menit. Bila timbul vertigo atau nistagmus, maka posisi dipertahankan hingga vertigo atau nistagmus menghilang. Kemudian kepala direndahkan dan diputar secara perlahan ke sisi yang tidak sakit dan dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap ke sisi yang tidak sakit dengan sudut 450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat lantai. Akhirnya pasien kembali keposisi duduk dengan menghadap ke depan. (3,4,5)

Gambar 1. Epley Manaeuver

Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%. CRM atau Epley manaeuver terbukti efektif dalam mengontrol gejala BPPV dalam waktu lama.(4,5)

Perasat Liberatory, yang dikembangkan oleh Semont, juga dibuat untuk memindahkan otolit ( debris/ kotoran) dari kanal semisirkularis. Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap ke sisi yang tidak sakit 450. Pasien yang duduk dengan kepala menghadap ke sisi yang tidak sakit secara cepat dibaringkan ke sisi yang sakit dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit pasien digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi sidelying dengan kepala menoleh 450 ke sisi yang tidak sakit. Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan perlahan-lahan kembali keposisi duduk. (4,5)

Gambar 2. Manaeuver Semont Liberatory

Latihan Brandt Daroff merupakan latihan yang dilakukan di rumah oleh pasien sendiri tanpa bantuan terapis. Latihan i ni dikerjakan apabila masih ada gejala sisa atau

apabila dengan maneuver lain gagal. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh 450, kemudian badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan. Posisi ini dipertahankan selama 30 detik. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30 detik. Setelah itu pasien menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, kemudian badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan selama 30 detik. Latihan ini dilakukan secara rutin selama dua minggu 3 kali, sehari kemudian selama tiga minggu 2 kali sehari. Setiap latihan dikerjakan lima seri dalam sehari.(4,5 )

Gambar 3. Latihan Brandt-Daroff

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan gangguan keseimbangan perifer yang datang tiba-tiba akibat perubahan posisi kepala. Patofisiologi dari BPPV terdiri dari dua teori yaitu teori kupulolitiasis dan kanalitiasis. Diagnosis dari BPPV ditegakkan melalui anamnesis yang teliti terhadap pasien dan perasat Dix-Hallpike merupakan pemeriksaan klinis standar untuk pasien BPPV. Tiga macam perasat dilakukan untuk menanggulangi BPPV adalah Canalith Repositioning Maneuver (CRM), perasat Semont atau Liberatory manaeuver dan latihan Brandt-Daroff.

3.2 Saran Perlunya pembelajaran lebih lanjut mengenai Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) agar kita sebagai calon tenaga medis bisa melakukan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat untuk BPPV apabila nanti ditemukannya kasus ini di masyarakat. Selain itu, apabila kita berhadapan langsung dengan pasien BPPV, dengan mempelajarinya lebih dalam, kita bisa memberikan edukasi mengenai pencegahan terjadinya vertigo atau meringankan gejala dari vertigo khususnya BPPV. Yakni dengan mensosialisasikan kepada pasien untuk mempertahankan posisi atau sikapnya pada sikap yang memicu vertigo (misalnya dengan menoleh ke kiri) maka intensitas vertigo akan berkurang dan kemudian mereda.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brevern MV, Radtke A, Lezius F, et al. Epidemiology of Bening Paroxysmal Vertigo: a popilation based study. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2007;78:710-715. 2. Gorden RC, Levite R, Joffe V, Gadoth N. Is Posttraumatic Benign Paroxysmal Positional Vertigo Different From the Idiophatic Form? Arch Neurol. 2004;61:1590-1593. 3. Munoz JE, Miklea JT, Howard M, Springate R, Kaczorowski J. Canalith Repositioning Maneuver for Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Can Fam Physician. 2007;53:1048-153. 4. Brevern MV, Radtke A, Wilck T, et al. Self- treatment of Benign Paroxysmal Positional Vertigo : Semont maneuver vs Epley procedure. American Academy of Neurology. 2004;63:150-152. 5. Cakir OB, Ercan I, Turgut S, et al. Efficacy of Postural Restriction in Treating Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Ach Otolaryngology Head Neck Surg. 2006;132:501-505.

Anda mungkin juga menyukai

  • Print
    Print
    Dokumen7 halaman
    Print
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Print
    Kata Pengantar Print
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Print
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Resume
    Resume
    Dokumen8 halaman
    Resume
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen2 halaman
    Abs Trak
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Doc
    Doc
    Dokumen16 halaman
    Doc
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Imunologi Dasar
    Imunologi Dasar
    Dokumen4 halaman
    Imunologi Dasar
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Karantina
    Penyakit Karantina
    Dokumen23 halaman
    Penyakit Karantina
    Putri Miraa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    andremonyet
    Belum ada peringkat
  • Griseofulvin
    Griseofulvin
    Dokumen13 halaman
    Griseofulvin
    sdfszdgfbhv
    100% (1)