Anda di halaman 1dari 10

PRESENTASI KASUS

POLIP

Diajukan kepada : Dr. Bambang Sudiratma, Sp.THT

Disusun oleh : Pryambodo 94.311.019 Maya Puspitasari 97.311.030

SMF TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO 2002

PENDAHULUAN Polip hidung adalah massa lunak, berwarna putih atau keabuabuan, yang terdapat dalam rongga hidung. Paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. Biasanya pada orang dewasa. Pada anak mungkin merupakan gejala kistik fibrosis. Polip koana adalah polip hidung yang berasal dari sinus maksila yang keluar melalui rongga hidung dan membesar di koana dan nasofaring. Etiologi Terjadi akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Faktor Predisposisi Alergi, sinusitis kronik, iritasi, sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka. Patofisiologi Mukosa hidung membengkak, terisi banyak cairan interselular dan sel radang, kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Manifestasi Klinis Sumbatan hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat dan rinorea. Dapat terjadi hiposmia atau anosmia. Bila menyumbat ostium, dapat terjadi sinusitis dengan ingus purulen. Karena disebabkan alergi, gejala utama dalah bersin dan iritasi di hidung. Padapemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau kuning kemerahan dalam kavum nasi. Polip bertangkai

sehingga mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak mudah berdarah, dan tidak mengecil pada pemakaian vasokonstriktor. Diagnosa Banding Konka polipoid. Penatalaksanaan Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan. Secara lokal dapat disuntikkan ke dalam polip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara topikal sebagai semprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Bila sudah besar, dilakukan ekstraksi polip dengan senar. Bila berulang-ulang dapat dirujuk untuk operasi etmoidektomi intranasal atau ekstranasal. Pengobatan juga perlu ditujukan pada penyebabnya, dengan menghindrai alergen penyebab. Prognosis Cenderung berulang

PRESENTASI KASUS A. Anamnesis 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat : An. P : 12 tahun : Perempuan : Pelajar : Sida Mulih Kec. Rawaluh Rt 02/03 Purwokerto 2. Keluhan Utama : Benjolan di hidung kanan, hidung keluar cairan Hidung kanan tersumbat, tidak dapat mencium. 3. Keluhan Tambahan : Pusing (Sakit kepala)

4. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli THT dengan keluhan terdapat benjolan di hidung sebelah kanan. Sejak 3 bulan yang lalu, benjolan tersebut tidak hilang/tidak dapat mengecil. Sampai saat ini, bersamaan dengan benjolan tersebut os juga mengeluh keluar cairan dari hidungnya terus menerus tidak hilang timbul, cairan kadang encer, kadang-kadang kental dan tidak berbau, namun pada hidung kanan os tersumbat terus-menerus dan tidak hilang timbul. Keluhan mengenai hidung tersumbat makin lama makin berat saat menarik nafas terasa sukar dan saat mengeluarkan nafas seperti ada yang menghalangi. Selain itu os juga merasakan tidak dapat mencium bau pada hidung sebelah kanannya sejak adanya benjolan tersebut. Keluhan akan bertambah jika pasien kedinginan, menum es, dan saat menghirup debu atau pada saat tidur di kasur/bantal yang terbuat dari kapuk os sering bersin. Selain itu os mengeluh kepala sering pusing-pusing atau sakit kepala. 4

5. Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya os tidak pernah menderita penyakit yang serupa. Os menderita penyakit alergi dingin dan debu.

6. Riwayat Penyakit Keluarga - Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini. - Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit alergi. B. Pemeriksaan Fisik 1. 2. 3. Keadaan umum Kesadaran Vital sign : Baik. : Compos Mentis. : Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu 4. Kepala 1. Mata 2. THT 5. 6. Leher Thorax 1. Cor 2. Pulmo 7. 8. Abdomen Ekstremitas : Bj I > Bj II reguler suara tambahan (-). : Sonor SD vesikuler ST (-/-). : dbn. : dbn. : : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). : Status lokalis. : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. : - mmHg. : 80 x/menit. : 13 x/menit. : Afebris.

C. Status Lokalis 1. Telinga A. Auricula a. Tumor b. Hematom c. Tragus pain d. Antitragus pain B. MAE a. Udema b. Hiperemis c. Serumen d. Furunkel Keterangan : C. Membrana Timpani a. Reflek Cahaya b. Preforasi c. Pulsasi Keterangan : Kanan (+) (-) (-) Kiri (+) (-) (-) Kanan (-) (-) (-) (-) Kanan (-) (-) (-) (-) Kiri (-) (-) (-) (-) Kiri (-) (-) (-) (-)

Gambar Membrana Timpani Kanan Kiri

2.

Hidung.

Rhinoskopi anterior A. Concha inferior a. Hiperemis b. Udem B. Concha medius a. Hiperemis b. Udem C. Septum Deviasi Polip Sekret/Rinore Tumor D. Deviasi septum Rhinoskopi Posterior A. Adenoid B. Post nasal drip C. Tumor Gambar Cavum Nasi

Kanan (-) (-) (+) (+) (-) (-) (-) (-) (-)

Kiri (-) (-) (-) (-)

(-) (+) (-)

3.

Tenggorokan A. Uvula B. Tonsil Kripte Detritus Hipermis : Simetris : Kanan (-) (-) (-) Kiri (-) (-) (-)

C. Mulut Lidah Gigi D. Faring Granulasi Hiperemis Post nasal drip E. Laringoskopi indirek a. Hipofaring Hiperemis Udem b. Epiglotis Hiperemis Udem c. Chorda vokalis Hiperemis Udem Benjolan Parese

: Foetor ex ore ( - ) : Kotor (-) : Caries (-) :(-) :(+) :(+)

:(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-)

Gambaran Tenggorokan

D. Diagnosis : Polip nasi dextra Diagnosa Banding : Concha Polipoid

G. Terapi Konservatif Kortikosteroid Decongestan Therapi Operasi polipectomi H. Edukasi - Menjaga kesehatan dengan olah raga. - Megnhindari penyakit saluran nafas atas. - Menghindari kontrak dengan alergen. I. Prognosa : Dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA 1. Mangunkusumo E, Rifki N, Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, ed. 3, FKUI, Jakarta, 1998, hal : 121-125. 2. Hiller AP, Penyakit Sinus Paranasal dalam Boeis Buku Ajar Penyakit THT, ed 6, EGC, Jakarta, hal 240-260. 3. Thaller R.S dan Granick M.S, Nyeri Wajah dalam Diagram Diagnostik Penyakit THT, ed 1, EGC, Jakarta, 1990, hal 71-77. 4. www.yahoo.com/health/sinuses

10

Anda mungkin juga menyukai