Anda di halaman 1dari 44

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerja otot. Sel-sel pada sistem saraf tersusun dari neuron, sel neuroglial, dan sistem komunikasi sel. Neuron merupakan sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Sel neuroglial merupakan sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensupport sel dari nervous sistem. Sedangkan sistem komunikasi sel adalah daya kepekaan dan daya hantaran yang merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi terhadap perubahan sekitarnya. Rangsangan ini dinamakan stimulus, sedangkan reaksi yang dihasilkan dinamakan respon. Alat disebut efektor seperti otot, sel, penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor, sedangkan yang menjawab stimulus kelenjar dan sebagainya. Pembagian susunan syaraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi , komponen sistem saraf pusat adalah medula spinalis (sumsum tulang belakang) dan otak yang teridri dari otak besar, otak kecil, dan batang otak. komponen sistem saraf tepi adalah susunan saraf somatis dan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatis dan susunan saraf para simpatis. Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram. Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. Otak dilindungi oleh

kulit kepala dan rambut, tulang tengkorak

dan columna vertebral, dan

meningen (selaput otak). Bagian-bagian otak secara garis besar terdiri dari cerebral hemisphere (cerebrum: otak besar), diencephalon, brain stem (batang otak), cerebellum (otak kecil). Medula spinalis disebut juga sumsum tulang belakang dan berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam gerak refleks, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate control atau denyut jantung, pengatur tekanan darah, pernafasan, menelan, dan muntah. Susunan saraf perifer sistem saraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat (CNS) dengan cara membawa signals dari dan ke CNS. Susunan saraf somatic yaitu susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang. Jadi saraf ini melakukan sistem pergerakan otot yang disengaja atau tanpa disengaja. Saraf ini meliputi gerakan (lingkaran) reflex. Gerak reflex merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik tangan pada saat terkena barang panas. Gerak reflex ini dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu. Susunan saraf otonom yaitu susunan saraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot tak sadar atau serat lintang. Dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakukan otomatis. Menurut fungsinya susunan saraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu susunan saraf simpatis dan susunan saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf. Sistem saraf ini terdiri dari serangkaian urat kembar yang bermuatan genglion, urat-urat itu bergerak dari dasar tengkorak yang terletak di depan lokasi sebagai ganglion koksi. Sistem saraf parasimpatis saraf kranial otonom adalah saraf kranial 3,7,9 dan 10. Saraf ini merupakan penghubung melalui serabut parasimpatis dalam perjalanan keluar dari otak menuju organ-organ yang

sebagian dikendalikan oleh serabut-serabut menuju iris dan dengan demikian merangsang gerakan-gerakan saraf ke 3 yaitu saraf okulomotorik.

1.2

Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Anatomi, Histologi dan Fisiologi sistem saraf pada manusia ? 2. Bagaimanakah mekanisme Potensial Aksi sistem saraf ?

1.3

Tujuan 1. Untuk mengetahui struktur Anatomi, Histologi dan Fisiologi sistem saraf pada manusia 2. Untuk mengetahi mekanisme terjadinya potensial aksi sistem saraf

MAPPING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan syaraf. Susunan saraf manusia merupakan bagian tubuh yang paling kompleks dan dibentuk oleh lebih dari 100 juta sel saraf (neuron), dan didukung serta diikat oleh sel-sel glia. Rata-rata setiap neuron memiliki sekurang-kurangnya seribu hubungan dengan neuron lain membentuk suatu sistem komunikasi yang sangat kompleks. Fungsi suatu neuron adalah satu set proses koordinasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Neuron berespon terhadap perubahan/stimulus lingkungan dengan mengubah perbedaan potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membrane lalu disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh dan selanjutnya impuls saraf meneruskan informasi ke neuron lain, otot dan kelenjar. (C. Guyton Arthur, 1994). Menurut Setiadji (2007), neuron terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: (a) Badan sel, yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron; (b) Akson, yaitu suatu prosessus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang daridendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain , ke sel lain, atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson; dan (c) Dendrit, yaitu perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh. Setelah terjadi berbagai kesinambungan dari susunan dan antar jaringan saraf maka akan terjadi sebuah respon berupa gerak yang merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks.

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. (Pangestiningsih, 2010) Singgih (2003), juga menjelaskan bahwa sistem saraf terdiri dari saraf aferen dan saraf eferen. Saraf aferen (sensorik) berfungsi menyalurkan informasi yang berasal dari organ reseptor. Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu.

Saraf eferen (motorik) terdiri dari dua bagian yaitu somatik dan autonom. Saraf motorik somatik membawa impuls dari pusat ke otot rangak sebagai organ efektor. Melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmitter di hubungan saraf-otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik kekuatan maupun jenis kontraksi otot rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun oleh sistem saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses mengendalikan kinerja otot rangka yang diperlukan untuk menyelenggarakan beragam sikap dan gerakan tubuh. Sementara untuk gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Ada 5 komponen dari gerak refleks. Jika satu saja dari 5 komponen ini tak terpenuhi, maka respon refleks terhadap stimulus akan diubah. Komponen tersebut adalah: Reseptor Saraf sensorik (saraf aferen) eferen) 2002). Sinapsis pada CNS Saraf motorik (saraf Organ target (efektor), biasanya otot atau iris mata. (Cunningham,

BAB III PEMBAHASAN

3.1

Sistem Saraf Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan kondultivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulasi.

3.2

Organisasi Struktural Sistem Saraf 1. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yangdilindungi tulang cranium dan kanal vertebral 2. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional, sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP b. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi (1) Disivi somatic (volunteer) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka (2) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respons involunter pada otot polos, otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur:

(a) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis (b) Saraf parasimpatis berasal dari area toraks dan sacral pada medulla spinalis 3.2.1 Sel-Sel Pada Sistem Saraf 1. Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma a. Badan sel, atau perikarion (1) Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi (2) Badan Nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein (3) Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak b. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek (1) Permukaan dendrite penuh dengan spina dendrite yang dikhususkna untuk berhubungan dengan neuron lain (2) Neurofibril dan badan Nissl memanjang ke dalam dendrite c. Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain, atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson

(1) Origo akson. Akson berasal dari badan sel pada hillock akson, yaitu regia yang tidak mengandung badan Nissl (2) Ukuran akson. Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1 m lebih. Di bagian ujungnya, sebuah akson dapat bercabang banyak (a)Percabangan akhir memiliki suatu pembesaran yang disebut kenop sinaptik, terminal presinaptik, atau terminal bouton (b)Sisi percabangan (kolateral), yang berujung pada akhir yang sama dengan pembesaran, dapat terjadi di sisi distal

3.2.2 SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF PERIFER Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen, dan menerima 1,5% curah jantung A. Pertumbuhan embrionik Bagian cranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk otak; otak depan, otak tengah, dan otak belakang a. Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi (1) Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum, dan basal ganglia, serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum (2) Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus, dan epitalamus

b. Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak tengah. Bagian ini terdiri dari pedunkulus, dan corpora kuadrigemina c. Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi (1) Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum (2) Mielensefalon menjadi medulla oblongata d. Rongga pada tabung saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dank anal sentral medulla spinalis B. Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges 1. Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan saraf 2. Lapisan araknoid (tengah) terletak di bagian eksternal pia mater dan mengandung sedikit pembuluh darah a. Ruang subaraknoid memisahkan lapisan araknoid dari pia mater dan mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan pengubung seperti selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap pia mater di bawahnya b. Berkas kecil jaringan araknoid, vili araknoid menonjol ke dalam sinus vena (dural) dura mater 3. Dura mater. Lapisan terluar, adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan, tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik

a. Lapisan periosteal luar pada dura mater melekat di permukaan dalam cranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang terngkorak b. Lapisan meningeal dalam pada dura mater tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali ke arahnya untuk membentuk bagian-bagian berikut: (1)Falks serebrum terletak dalam fisura longitudinal antar hemisfer serebral. Bagian ini melekat pada Krista galli tulang etmoid (2) Falks serebelum membentuk bagian pertengahan antar hemisfer serebral (3) Tentorium serebelum memisahkan serebrum dari serebelum (4) Sela diafragma memanjang di atas sela tursika, tulang yang membungkus kelenjar hipofisis c. Ruang subdural memisahkan dura mater dari araknoid pada regia cranial dan medulla spinalis d. Ruang epidural adalah ruang potensial antara

periosteal luar dan lapisan meningeal dalam pada dura mater di regia medulla spinalis

A. Struktur Serebrum. Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral yang membentuk bagian terbesar otak 1. Korteks serebral terdiri dari enam lapisan sel dan serabut saraf. 2. Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral

10

3. Korpus kalosum yang terdiri dari serabut termielinisasi, menyatukan kedua hemisfer 4. Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi empat lobus a. Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan b. Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari serebelum c. Sulkus pusat (fisura Rolando) memisahkan lobus frontal dari lobus parietal d. Sulkus lateral (fisura Sylvius) memisahkan lobus frontal dari temporal e. Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital 5. Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut girus a. Girus prasental pada setiap hemisfer terletak dalam lobus frontal, tepat di depan fisura sentral b. Girus postsentral terletak tepat di belakang fisura sentral

B. Diensefalon terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi dibalik hemisfer serebral 1. Thalamus terdiri dari dua massa oval substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih.

11

a. Banyak nucleus sensorik dan motorik penting yang terletak dalam thalamus, misalnya nucleus genikulasi, nucleus ventral, dan nucleus ventrolateral b. Serabut thalamus merentang dalam traktus talamokortikal ke area sensorik serebrum untuk lokalisasi, diferensiasi, dan interpretasi sensasi yang lebih baik 2. Hipotalamus terletak di sisi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga a. bagian anterior hipotalamus adalah substansi abu-abu yang menyelubungi kiasma optic yang merupakan persilangan pada saraf optic b. bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum kelenjar hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis 3. Epitalamus membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil, badan pineal menjulur dari ujung posterior epitalamus A. Otak tengah adalah bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum 1. Corpora kuadrigemina adalah empat tonjolan bulat yang disebut kolikula yang menyusun langit-langit otak tengah a. b. Kolikulus superior berkaitan dengan reflex visual Kolikulus inferior berkaitan dengan reflek auditori

2. Pedunkulus serebral adalah dua berkas serabut silindris yang terbentuk dari traktus asenden dan desenden 3. Otak tengah mengandung aquaductus Sylvius yaitu saluran yang menghubungkan ventrikel ketiga dengan ventrikel keempat

12

4. Nuclei pada saraf cranial III, IV, dan sebagian saraf cranial V berada dalam otak tengah 5. Substansi nigra adalah area neuron berpigmen yang penting dalam fungsi motorik 6. Nucleus merah adalah massa neuron merah muda berbentuk oval

B. Pons hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medulla yang panjang, dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral

C. Serebelum terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua dari otak. Serebelum terdiri dari bagian sentral terkonstriksi, vermis, dan dua massa lateral, hemisfer serebral 1. Substansi abu-abu membentuk korteks di bagian permukaan, yang kemudian terdorong menjadi lipatan (folia) yang dipisahkna oleh fisura 2. Potongan melintang pada serebelum dengan substansi abu-abu di bagian luar dan substansi putih di bagian dalamnya terlihat seperti pohon dan disebut sebagai arbor vitae

D. Medulla Oblongata, panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dengan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada foramen magnum tengkorak 1. Medulla anterior atau ventral terdiri dari tonjolan substansi putih disebut pyramid, yang merupakan lanjutan dari akson pada pedunkulus serebral

13

a. Dekusasi piramida. Tepat di area superior medulla spinalis, fisurayang terletak di antara kedua piramida menonjol sedikit ke luar karena sekitar 85% serabut piramida bersilangan ke sisi lain medulla spinalis b. Traktus pyramidal adalah jalur motorik utama dari serebrum ke medulla spinalis

2. Medulla dorsal atau posterior terdiri sebagian dari lanjutan traktus sensorik 3. Pusat medulla (vital)

E. MEDULLA SPINALIS. Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari medulla batang otak sampai ke area vertebra lumbal pertama disebut medulla spinalis 1. Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata-rata 42cm 2. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai 3. Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebral 4. Korda berakhir di bagian bawah vertebra lumbal pertama ata kedua. Saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke bawah disebut korda ekuina, muncul dari kolumna spinalis pada foramina intervertebral lumbal dan sacral yang tepat. a. Konus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda

14

b. Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pia mater 3.3 HISTOLOGI SUSUNAN SARAF A. SUSUNAN SARAF PUSAT a. Neuron i. Medula Spinalis Kolumna berbentuk huruf H

(Substansia grisea) ii. Otak Korteks Serebri dan Serebellum (substansia

grisea) dan nukleus

b. Neuroglia c. Serat saraf Traktus d. Struktur tambahan i. ii. iii. Pembuluh darah Likuwor serebrospinal (LCS) Selaput otak

Susunan saraf pusat terdiri atas 2 lapisan a. Substansia grisea (abu-abu) i. Perikarion ii. Serat saraf tak bermielin b. Substansia alba (putih) i. Serat saraf bermielin ii. Dendrit

15

B.

MEDULLA SPINALIS 1. Substansia Alba (White matter) a. Kumpulan serat-serat saraf (Funikulus) (1) Anterior (ventral) (2) Lateral (3) Posterior (dorsal) b. Funikulus terbagi atas kelompokan kecil lagi

(Fasikulus) / traktus 2. Substansia Grisea Perikaryon, neuroglia, pembuluh darah Daerah berbentuk huruf H atau kupu-kupu Terdiri atas: 1. 2. 3. Kornu Anterior Kornu Posterior Kornu Lateralis

1. Kornu Anterior (1) Bagian yang paling banyak mengandung neuron (2) Sel saraf multipolar Besar Inti bulat besar Perikarion badan Nissl dan dendrit mengandung

16

Akson

hilock

dan

akson

tidak

mengandung badan Nissl Akson keluar sebagai serat alfa efferen yang mempersarafi otot skelet (3) Sel saraf multipolar yang lebih kecil. Akson keluar sebagai gamma efferen yang mempersarafi serat otot intrafusal Gelendong otot (Muscle Spindle) 2. Kornu Posterior Terdiri dari empat kelompok sel saraf Substansia gelatinosa Nucleus Proprius Nucleus dorsalis (Clarks column) Visceral eferent 3. Kornu Lateralis (1) Kelompokan sel saraf terletak dari Th1-L3 (2) Sel saraf kecil C. OTAK 1. Serebrum Terdiri atas hemisfer kiri dan kanan Struktur histologis a. Substansia grisea (Korteks) perikarion b. Substansia alba (Medula) akson bermielin

17

c. Bagian terdalam serebrum (nukleus) perikarion A. Korteks Serebri a. Neuron, neuroglia, serat saraf dan pembuluh darah b. Terdiri dari lima tipe sel saraf i. Sel Piramid ii. Sel Stelata iii. Sel Fusiform iv. Sel Horizontal (Cajal) v. Sel Martinotti Terdiri dari enam lapisan 1) Lapisan Molekular (Plexiform) 1. 2. 3. 4. Dendrit sel piramid dan sel fusiform Akson sel stelata Sel-sel Horizontal of Cajal Sel-sel Pyramid kecil dan sel Stellata

2) Lapisan Granular Luar 3) Lapisan Pyramid Luar Terdiri dari -sel Pyramid besar 4) Lapisan Granular Dalam Terdiri dari Sel-sel Stellata dan Sel-sel Pyramid 5) Lapisan Pyramidal Dalam (Ganglionik) Terdiri dari TerSel-sel pyramid berukuran sedang dan sangat besar (sel Batz), serta Sel-sel Stellata dan sel-sel Martinotti 6) Lapisan Multiform (Sel-sel Polymorfik)

18

Terdiri dari Sel-sel Fusiform, modifikasi sel-sel Pyramid, sel Martinotti 2. Serebelum Permukaan tampak berlipat-lipat --- Folia yang tersusun paralel terhadap fissura (alur) Terdiri atas bagian kiri dan kanan yang terpisahkan oleh bangunan berbentuk cacing disebut Vermis Korteks (1) Lapisan Molekular (2) Sel stellata (luar) dan sel Basket (dalam) Akson dan dendrit Neuroglia

Lapisan Purkinje/Ganglion sel-sel Purkinje

(3)

Lapisan granular sel-sel saraf kecil-kecil

3.

Meninges Terdiri dari tiga lapisan 1. Durameter Lapisan luar yang keras Terbagi atas dua lapisan a. Lapisan periosteum durameter b. Lapisan fibrosa
19

Pada medula spinalis di antara keduanya terdapat ruang epidural terisi oleh jaringan ikat longgar, pembuluh darah, sel lemak.

Kedua lapis duramater di dalam tengkorak orang dewasa menyatu, kecuali pada beberapa tempat tertentu terpisah membentuk sinus-sinus venosus

Ruang potensial untuk terjadi perdarahan epidural hematom

2. Arachnoid Membran tipis, halus, avaskular Membentuk trabekula dalam ruang ruang subarachnoid Ruang subarachnoid berisi LCS Villus arachnoid menyalurkan cairan LCS ke sinus venosus 3. Piamater Membran halus, lembut. Terdiri dari dua lapisan i. Luar: serat kolagen, pembuluh darah ii. Serat retikular dan elastin halus B. SUSUNAN SARAF TEPI Susunan Saraf Tepi Serat saraf Ganglia

20

Selubung mielin Selubung Schwann Ujung saraf o Cakram motorik (Motor end plate) o Gelendong otot (Muscle spindle) o Badan Vater Paccini (Paccinian corpuscle) o Badan Meissner (Meissner corpuscle)

A. Selubung Serat Saraf Berdasarkan ada/ tidaknya selubung mielin, serat saraf (akson) di SSP dan SST terbagi menjadi 2 1. Serat saraf bermielin (myelinated nerve) a. SSP: dibentuk oleh sel oligodendroglia Satu sel oligodendroglia membentuk selubung mielin untuk beberapa serat saraf b. SST: dibentuk oleh sel Schwann Satu sel Schwann membentuk hanya 1 selubung mielin 2. Serat saraf tak bermielin (unmiyelinated nerve) B. Selubung Mielin 1. Lapisan Melingkari akson Tersusun secara konsentris Dibentuk oleh lipid dan neurokeratin

21

2. MC Silinder yang terputus-putus Celah antar selubung mielin (nodus atau pinggetan Ranvier) Pada pulasan perak nodus Ranvier akan terisi oleh endapan perak dikenal sebagai palang Ranvier 3. ME Lapisan konsentris membran plasma sel Schwan atau oligodendroglia Terjadi invaginasi serat saraf ke dalam sitoplasma sel Schwann Kedua ujung sitoplasma sel Schwann menyatu dan membungkus serat saraf . Tempat penyatuan awal disebut mesaxon interna Mesaxon kemudian meluas ke arah dalam, membentuk lapisanlapisan atau lamel-lamel Sitoplasma kemudian menghilang dan sisi dalam membran sitoplasma menyatu garis perioda Membran ekstrasellular kemudian mendekat tetapi tidak menyatu garis intrerperioda Tempat penyatuan akhir sitoplasma sel Schwann Mesaxon eksterna Pada saat penyatuan ke dua sisi dalam membran sitoplasma sel Schwann, terdapat kegagalan di beberapa tempat sehingga meninggalkan sejumlah kecil sitoplasma yang terjerat dalam selubung mielin celah atau insisura Schmidt-lanterman Fiksasi osmium tetraoksida bisa terlihat celah Schmidt Lanterman

22

C. Serat Saraf Tak Bermielin Pada sistem saraf tepi, serat saraf tak bermielin diselubungi oleh selubung sel Schwann, sedangkan di SSP tak ada selubung . Satu sel Schwann membentuk selubung Schwann untuk beberapa serat saraf tak bermielin D. Selubung Schwann a. Membungkus seluruh serat saraf tepi bermielin atau tanpa mielin b. Disebut neurilema, tersusun dari sitoplasma sel schwann c. Pada pinggetan Ranvier akson hanya diselubungi oleh juluran-juluran sel Schwann yang terpisah oleh suatu celah atau gap d. Sel Schwann (1) Sel dengan init gepeng (2) Mitokondria, mikrotubulus, mikrofilamen, endoplasmik

retikulum, kompleks Golgi E. Pembungkus Serat Saraf Tepi 1. Selain diselubungi oleh selubung mielin dan selubung Schwann, serat saraf tepi juga dibungkus oleh jaringan ikat 2. Pembungkus serat saraf tepi terdiri dari 3 lapisan a. Endoneurium Membungkus satu serat saraf Serat kolagen dan retikulin halus serta sel fibroblas Berhubungan dengan selubung Schwann

b. Perineurium

23

Membungkus satu berkas serat saraf (fasikulus) yang terdiri atas beberapa serat saraf

Serat-serat kolagen dan sel-sel fibroblas

c. Epineurium Membungkus satu bundel serat saraf (bundles of nerve fibers) yang terdiri atas beberapa fasikulus 3.3 Fisiologi Siistem Saraf Sistem saraf berfungsi sebagai : 1. Media komunikasi antar sel maupun organ. 2. Pengendalian berbagai sistem organ. 3. Memproduksi hormon.

24

Peran penting dari sistem saraf yaitu mengatur aktivitas tubuh yang dapat dicapai melalui pengaturan : Kontraksi otot skelet seluruh tubuh. Kontraksi otot polos. saraf. Sekresi kelenjar. Fungsi motorik dari sistem

Sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Sistem Saraf Pusat (SSP). Didalam sistem saraf pusat, terjadi proses informasi, sintesis, dan intergrasi. Daerah utama fungsi sistem saraf pusat, yaitu : Otak bagian atas/ korteks. 1. Pusat memori (berhubungan dengan pusat-pusat

dibawahnya). 2. Pusat pengendali pikiran manusia. 3. Mengatur hampir seluruh aktivitas bawah sadar

( keseimbangan, refleks untuk makan dan salivasi, sebagian besar pola emosional). Otak bagian bawah/ subkorteks. Medulla oblongata, pons, mesensefalon, diensefalon

(hipotalamus, talamus), dan ganglia basalis. Korda spinalis.

25

1. Mengatur gerakan berjalan. 2. Mengatur berbagai refleks (menarik tubuh, ekstensi, pengaturan vasa, GIT, dll). 3. Menghantar informasi antara saraf tepi dan otak. 4. Mengatur refleks GIT, dll.

26

Mekanisme Sistem Saraf

MACAM-MACAM RESEPTOR SENSORIK 1. MEKANORESEPTOR Rangsangan yg adekuat adalah deformasi jaringan Jenis reseptor unt kepekaan pd perabaan kulit (dermis & epidermis): Ujung saraf bebas (free nerve endings), Ujung reseptor melebar : Diskus Merkels, beberapa variasi lain Ujung tangkai (Spray endings) : ujung Ruffini Ujung berselaput (Encapsulated endings) : Badan Meissner, badan Krause

27

Organ Ujung Rambut (hair end-Organs) Jenis reseptor untuk kepekaan jaringan dalam Ujung saraf bebas Ujung saraf yg meluas Ujung tangkai : Ruffini Ujung berselaput : Badan Pacini, dan bbrp bentuk variasinya Ujung otot : Kumparan otot, reseptor tendon Golgi Jenis reseptor Pendengaran : reseptor suara pd koklea Jenis reseptor keseimbangan : reseptor vestibular Jenis reseptor Tekanan Arteri : reseptor pd sinus karotikus & aorta

2. TERMORESEPTOR Rangsangan yg adekuat adalah perubahan suhu Jenis reseptor unt dingin : reseptor dingin Jenis reseptor unt hangat : reseptor hangat

3. NOSISEPTOR (reseptor nyeri) Rangsangan yg adekuat adalah kerusakan jaringan Jenis reseptor unt rasa sakit : ujung saraf bebas

4. RESEPTOR ELEKTROMAGNETIK Rangsangan yg adekuat adalah perubahan cahaya Jenis reseptor penglihatan : sel batang, sel kerucut

5. KEMORESEPTOR

28

1) Rangsangan yg adekuat adalah perubahan kimiawi tubuh 2) Jenis reseptor pengecap : taste buds 3) Jenis reseptor pembau : epitel olfaktorius 4) Jenis reseptor oksigen dlm arteri : reseptor pd aorta dan badan karotis 5) Jenis reseptor osmolalitas cairan : neuron2 di dlm atau dekat nuclei supraopticus 6) Jenis reseptor CO2 dlm darah : reseptor yg terletak di dlm atau pd permukaan medula dan dlm pd aorta dan badan karotis 7) Jenis reseptor kadar glukosa darah, asam amino, asam lemak dlm darah : reseptor2 dlm hipotalamus Penghantaran sensasi bau ke SSP Zat yang berbau8 sel olfactorio (reseptor) 8 Bulbus olfactorius 8 Tractus olfactorius 8 Hipotalamus 8 Talamus Hipokampus 8 Nuclei Batang Otak Hidung tersumbat dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti

pembengkakan konka atau bagian dari saluran udara hidung yang letaknya di bagian dalam batang hidung mengalami pembengkakan sehingga menyumbat aliran udara. Hal ini diakibatkan karena radang akibat infeksi (misalkan influenza), alergi, dll; atau adanya polip yang menyumbat aliran udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

29

Mendengus, merupakan gerakan yang menyertakan kontraksi bagian bawah lubang hidung pada septum untuk membantu membiasakan arus udara ke atas. Merupakan gerakan semirefleks (untuk bau yang menarik perhatian). Peningkatan sensasi bau melalui mekanisme: Bagian rongga hidung yang mengandung reseptor pencium mendapat ventilasi udara yang sedikit. Udara bergerak melalui bagian bawah rongga hidung pada stiap siklus pernafasan mengenai mukus membrana penciuman. Jumlah udara yang yang mencapai bagian ini akan meningkat dengan mendengus. Peranan serabut nyeri pada hidung Ujung serabut nyeri nervus trigeminus ditemukan pada membrana mukosa hidung. Serabut ini terangsang oleh zat yang menyengat. Perasaan menyengat komponen yang timbul dari trigeminus merupakan komponen dari bau yang khas dari zat tersebut (mis klor, mentol, formalin dll). Ujung-ujung ini juga bertanggung jawab untuk emnimbulkan reflek bersin, mengeluarkan air mata, seska nafas dll. A. FUNGSI SENSORIK SSP Fungsi Sensorik SSP, diarahkan untuk mempertahankan homeostasis & mengontrol respon tubuh dgn cepat 1. Penghantar impuls ke dan dari otak/korda spinalis 2. Mengolah dan menyortir informasi, untuk :

30

1. 2. 3.

Disimpan sebagai memori Dijadikan ketentuan Sbg perintah/pengendalian

Respon Sensorik SSP Semakin rapat reseptor di suatu area akan memberikan respon yang lebih sensitif Respon saraf antar individu dapat berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh : 1. Genetis, 2. Pengalaman, 3. Proses belajar.

PRINSIP FUNGSI SENSASI SOMATIK SSP Prinsip Fungsi Sensori : 1. Sbg reseptor yg merubah rangsangan menjadi aksi potensial yg respon dan kekuatannya. 2. Membedakan sensasi secara psikis dipengaruhi oleh perbedaan intensitas rangsangan 3. Dapat menimbulkan reaksi ADAPTASI (turunnya potensial aksi stlh dilakukan perangsangan konstan selama bbrp waktu ttt). 1. Rasa raba & tekan : beradaptasi cepat 2. Nyeri, dingin, sinus karotikus, kumparan otot, reseptor inflasi dlm paru : beradaptasi lambat PENGENDALIAN FUNGSI MOTORIK

31

Struktur terpenting yg terlibat dalam pengaturan motorik tubuh adalah : 1. Korteks serebri 2. Basal ganglia 3. Batang Otak 4. Serebelum 5. Korda spinalis Korteks motorik dikelompokkan ke dalam : 1. Korteks motorik primer 2. Korteks premotorik 3. Area motorik pelengkap Fungsi Motorik SSP VOLUNTARY (Pengendalian gerakan atas kemauan), dgn melibatkan aktivitas kesadaran (dlm korteks serebri) SKILLED (Pengendalian gerakan ketrampilan) FINE MOVEMENTS (Pengendalian gerakan halus)

PENGATURAN SISTEM MOTORIK TK. KORDA SPINALIS : 1. Mengatur pola gerakan setempat untuk semua otot berdasarkan segmennya 2. Mengatur pola gerakan ritmik (maju, mundur) TK. OTAK BELAKANG :

32

1. Memelihara otot aksial tubuh agar bisa berdiri tegak 2. Melakukan modifikasi gerakan terus menerus thd berbagai tingkat tonus pada otot TK. KORTIKOSPINAL : 1. Melakukan dan memodifikasi gerakan terus menerus dan gerakan yg lebih kompleks/rumit TK. SEREBELUM TK. GANGLIA BASALIS

KOMPONEN OTAK DAN FUNGSINYA KORTEKS SEREBRUM 1. Persepsi & interpretasi sensasi 2. Kontrol aktivitas gerakan volunter (tu. Pd pergerakan cepat) 3. Menguatkan refleks regang 4. Pusat bahasa 5. Pusat pengaturan sifat pribadi 6. Proses mental yg kompleks, a.l: berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri GANGLIA BASAL : 1. Inhibisi tonus otot 2. Koordinasi gerakan yang lambat dan menetap 3. Penekanan pola2 gerakan yg tidak berguna 4. Pengaturan kognisi (pengaturan berpikir pd otak)
33

5. Penetapan saat mulai bergerak & skala intensitas gerakan) TALAMUS : 1. Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps 2. Kesadaran kasar thd sensasi 3. Mengatur tingkat kesadaran 4. Berperan dlm kontrol motorik HIPOTALAMUS : 1. Mengatur banyak fungsi homeostatik, al : kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan 2. Penghubung penting antara sistem saraf dan sistem endokrin 3. Sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar SEREBELUM : (dilakukan melalui Vestibuloserebelum tract,

spinoserebelum tract, dan serebroserebelum tract) 1. Memelihara keseimbangan & sikap tubuh (mell

vestibulaserebelum) 2. Umpan-balik gerakan2 anggota tubuh bagian distal 3. Meredakan gerakan (mengurangi grk yg berlebihan) 4. Pengaturan geran balistik (urutan gerakan) 5. Merencanakan, mengurutkan, menghitung waktu gerakan2 yg kompleks (gerakan beruntun) 6. Peningkatan tonus otot 7. Koordinasi dan perencanaan aktvitas otot volunter yg terlatih (gerakan satu thd yg lain)

34

8. Meramalkan peristiwa lain (kecepatan pengembangan fenomena auditorik & visual) BATANG OTAK/Brainstem (Otak tengah, pons & medula) 1. Mengatur sebagian besar saraf kranialis perifer 2. Pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi, dan pencernaan 3. Pengaturan refleks otot yg terlibat dalam keseimbangan dan postur 4. Pengaturan gerakan yg stereotipe 5. Mengatur gerakan mata 6. Penerimaan & integrasi semua masukan sinaps dari korda spinalis (tempat persimpangan/way of station dr sinyal2 perintah), al: keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum 7. Pusat tidur.

2. Sistem Saraf Perifer/ Tepi (SST).

Sistem saraf perifer / tepi, dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Saraf Afferen (saraf sensorik). Saraf afferen merupakan saraf yang berasal dari somatik tubuh ke bagian susunan saraf yang akan masuk medula spinalis. Berfungsi untuk menyalurkan informasi dari organ reseptor.

2. Saraf Efferen (saraf motorik).

35

Saraf yang berasal dari somatik tubuh ke bagian susunan saraf yang keluar medula spinalis. Motorik Somatik : membawa impuls dari pusat ke otot rangka (sebagai organ efektor). Motorik Autonom : mengendalikan berbagai organ visceral misal, fungsi jantung.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar (sistem saraf motorik) dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya daitur oleh otak. Saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur oleh otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

Saraf perifer dan visceral pada afferent menimbulkan sensorik dan menerima sinyal. Sedangkan pada efferent, berfungsi sebagai motoris dan menggerakkan otot-otot.

Sistem Saraf Otonom (SSO). Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ-organ dalam seperti otot-otot polos, otot jantung, dan berbagai kelenjar. Sistem ini juga melakukan fungsi kontrol, semisal: kontrol tekanan darah, sekresi gastrointestinal,pengosongan kandung kemih, proses berkeringat, suhu tubuh, dan beberapafungsi lain. Karakteristik utama SSO: kemampuan mempengaruhi yang sangat cepat (misal: dalam beberapa detik denyut jantung dapat meningkat, perubahan tekanan darah, berkeringat). Keterlibatan dengan SSP:

36

Medulla spinalis bertanggung jawab untuk persarafan otonom yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan respirasi. Hipotalamus berfungsi : Mengintegrasikanpersarafan otonom, somatik, dan hormonal (endokrin) dan emosi serta tingkah laku. Misal: seseorang yang marah meningkatkan denyut jantung,tekanan darah, dan laju respirasi.

PERJALANAN SSO DIMULAI DARI PERSARAFAN SSP:

Neuron (orde pertama) berada di SSP (sisi lateral medullaspinalis dan di batang otak) > preganglionic fiber. Serabut ini bersinaps dengan badan sel neuron orde kedua yang terletak di dalam ganglion. Serabut pascaganglion menangkap sinyal dari serabut preganglion melalui neurotransmiter yang dilepaskan oleh serabut preganglion. (Ganglion: kumpulan badan sel yang terletak di luar SSP). Akson neuron orde kedua (postganglionic fiber) menuju organ yang akan diinervasi. Organ efektor menerima oleh impuls serabut melalui pelepasan

neurotransmiter

pascaganglion.

Terjadinya suatu gerak, baik gerak tersebut gerak sadar maupun gerak reflek atau gerak yang tidak kita sadari semua itu dikarenakan adanya suatu impuls atau rangsangan dari luar tubuh. Mekanisme terjadinya gerak sadar.

37

Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang, sebagaimana berikut :

Impuls atau rangsangan dari luar ditangkap oleh reseptor (alat indera), kemudian diteruskan oleh saraf sensorik yang kemudian dihantarkan menuju otak. Hasil respons yang berasal dari otak, disalurkan oleh saraf motorik ke efektor (otot).

Mekanisme terjadinya gerak refleks.

Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerak ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak, sebagaimana berikut :

Impuls atau rangsangan dari luar tubuh ditangkap oleh reseptor (alat indera) yang kemudian disalurkan oleh saraf sensorik menuju sumsum tulang belakang, setelah itu dilanjutkan oleh saraf motorik lalu dihantarkan ke efektor (otot dan kelenjar).

3.5 IMPULS SARAF A. Potensial istirahat (potensial membran) Sel saraf yang sedang beristirahat, seperti listrik sel lain dalam pada

tubuh,mempertahankan

perbedaan

potensial

(voltase)

membran sel diantara bagian dalam sel dan cairan ekstraselular di sekeliling sel. Voltase dalam sel relatif pada keadaan istirah berkisar antara -50 mV sampai -80mV terhadap voltase di luar, bergantung pada kondisi neuron dan ekstraselular yang mengelilingi sel.

38

1. Membran sel dalam keadaan istirahat dianggap bermuatan listrik, atau terpolarisasi. Keadaan terpolarisasi ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda menit di dalam dan di luar membran. 2. Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion natrium dan kalium yang tidak seimbang di dalam dan di luat sel, serta perbedaan permeabilitas membran terhadap ion ini dan ion lain. a. Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta relatif impermeabel terhadap ion Na+. b. Membran ini impermeabel terhadap molekul protein intraselular besar yang bermuatan negatif. c. Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel lebih tinggi dari pada di luar membran sel; Konsentrasi ion Na+ di luar membran sel lebih tinggi dari pada di dalam sel. d. Karena tingkat permeabilitas membran terhadap ion K+ sekitar 75 kali lebih besar dari pada terhadap ion Na+, maka difusi ion K+ keluar lebih cepat daripada difusi ion Na+ ke dalam sel.

B. Potensial Aksi Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi, yang merupakan perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar secara cepat di sepanjang membran serabut saraf. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak darin potensial membran negatif istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali ke potensial negatif. Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serabut saraf sampai tiba di ujung serabut. Bagian atas gambar 5-6 menjelaskan perubahan yang terjadi pada membran selama potensial aksi, dengan penghantaran muatan positif ke

39

bagian dalam serabut pada masa awitannya dan kembalinya muatan positif ke bagian luar pada ujung membran. Bagian bawah gambar menunjukan secara grafis perubahan yang terjadi berturut-turut pada potensial membran selama seperberapapuluh ribu detik, yang menjelaskan mula timbulnya potensial aksi secara mendadak dan pengembalian yang hampir sama cepatnya.

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:

1. Tahap Istirahat. Ini adalah potensial membran istirahat sebelum terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena adanya potensial membran negatif sebesar -90 milivolt. 2. Tahap Depolarisasi. Pada saat ini, membran tiba-tiba menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, sehingga sejumlah besar ion natrium bermuatan positif berdifusi ke dalam akson. Keadaan terpolarisasi normal sebesar -90 milivolt segera dinetralisasi oleh ion natrium yang bermuatan positif yang mengalir masuk, dan potensial meningkat dengan cepat ke arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Pada serabut saraf besar, sejumlah besar ion natrium bermuatan positif yang bergerak ke dalam menyebabkan potensial membran secara nyata melampaui nilai nol dan menjadi sedikit positif. Pada beberapa serabut yang lebih kecil, dan pada banyak neuron SSP, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui sampai keadaan positif. 3. Tahap Repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, kanal natrium mulai tertutup dan kanal kalium terbuka lebih dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang

40

berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membran.

PENYEBARAN POTENSIAL AKSI

Potensial aksi yang timbul di salah satu titik manapun di membran yang mudah terangsang biasanya akan mengeksitasi bagian membran yang didekat titik tersebut, sehingga terjadi penyebaran potensial aksi di sepanjang membran. Serabut saraf yang telah tereksitasi dibagian tengahnya sehingga pada bagian tengah ini terjadi kenaikkan mendadak pada permeabilitas terhadap natrium. Arah panah menjelaskan sirkuit lokal aliran listrik dari daerah membran yang terdepolarisasi ke arah membran yang sedang istirahat di dekatnya. Dengan kata lain, muatan listrik positif dibawa oleh ion natrium yang berdifusi ke dalam melewati membran yang terdepolarisasi dan selanjutnya beberapa

41

milimeter pada kedua arah disepanjang inti akson. Muatan positif ini meningkatkan voltase didalam serabut besar bermielin sampai berjarak 1 sampai 3 milimeter hingga diatas nilai ambang voltase untuk memulai potensial aksi. Karena itu kanal natrium pada tempat yang baru ini segera terbuka, dan potensial aksi yang meletup menjadi tersebar. Daerah depolarisasi yang baru ini menghasilkan sirkuit lokal aliran listrik lebih lanjut di sepanjang membran, dan menimbulkan depolarisasi yang progressif. Jadi, proses depolarisasi terjadi sepanjang keseluruhan panjang serabut. Transmisi proses depolarisasi sepanjang serabut otot atau saraf disebut impuls saraf atau otot.

ARAH PENYEBARAN Membran yang mudah tereksitasi tidak mempunyai satu arah penyebaran, namun potensial aksi berjalan dalam semua arah menjauhi rangsangan bahkan sepanjang semua cabang serabut saraf sampai keseluruhan membran menjadi terdepolarisasi.

42

BAB IV KESIMPULAN

Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf manusia dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Otak dan sumsum tulang belakang merupakan sistem saraf pusat (SSP) sedangkan sistem saraf tepi adalah sistem saraf yang dibangun oleh dua tipe sel saraf, yaitu sel saraf somatik dan sel saraf otonom . Kedua jenis sel saraf ini, dibangun oleh sistem saraf sensorik dan motorik sehingga menjadi perantara impuls antartubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf merupakan mekanisme sistem terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Sistem ini tidak hanya bekerja di satu atau pun dua bagian tubuh, namun sistem saraf bekerja di seluruh bagian sistem tubuh. Sistem saraf yaitu sistem yang mengatur segalanya di dalam tubuh. Pusat pengaturan sistem saraf adalah otak. sistem ini bekerja setelah adanya suatu impuls atau rangsangan yang dibawa oleh saraf-saraf menuju otak kemudian di dalam otak diproses sehingga kemudian menjadi suatu reflek, misalnya adalah suatu gerakan perlawanan atau gerakan pertahanan tubuh terhadap suatu gangguan yang terjadi pada manusia baik internal maupun gangguan eksternal. Dari skenario ini pula kita membahas dan dapat mengetahui struktur anatomi, histologi, dan fisiologi sistem saraf, mekanisme potensial aksi serta jalannya impuls dari reseptor hingga ke efektor.

43

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, C. Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Ken AriataPengadi et al. Edisi 7. Jakarta : EGC, 1994:93-95. Setiadji. 2007. Anat omi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Graha Ilmu. Cunningham, J. G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Saunders Company. Philadelphia. Pangestiningsih, T. W. 2010. Mikroanatomi Sistem Saraf. Presentasi Kuliah Pengantar Tanggal 13 April 2010 Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta. Singgih, S. A. 2003. Sistem Saraf Sebagai Sistem Pengendali Tubuh. Departemen Ilmu Faal FKUI. Jakarta. Pack,Philip E. 2007. Cliffs Quick Review Anatomi dan Fisiologi, Bandung : Pakar Raya. A.C guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Alih Bahasa : Irawati,dkk.Jakarta : EGC. W.F. Ganong.1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 14., Alih Bahasa: Petrus Adrianto, Jakarta : EGC. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula., Alih Bahasa : James Veldman, Jakarta: EGC. Eroschenko.2008.Atlas Histologi di Fiore. Jakarta : EGC. Jusuf, Ahmad A. 2009. Aspek Histologi dalam Neuro Science, Histologi FK UI.

44

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover Tutorial
    Cover Tutorial
    Dokumen4 halaman
    Cover Tutorial
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Lo 2 Macam Resin Komposit
    Lo 2 Macam Resin Komposit
    Dokumen1 halaman
    Lo 2 Macam Resin Komposit
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung LO 1
    Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung LO 1
    Dokumen1 halaman
    Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung LO 1
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Definisi Dan Dasar Pemikiran DHE LO1
    Definisi Dan Dasar Pemikiran DHE LO1
    Dokumen1 halaman
    Definisi Dan Dasar Pemikiran DHE LO1
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung LO 1
    Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung LO 1
    Dokumen1 halaman
    Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung LO 1
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen2 halaman
    HIPERTENSI
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • UUPK Kewajiban Pasien
    UUPK Kewajiban Pasien
    Dokumen1 halaman
    UUPK Kewajiban Pasien
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Dokumen2 halaman
    HIPERTENSI
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Laporan Fix
    Laporan Fix
    Dokumen8 halaman
    Laporan Fix
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Lo 3
    Lo 3
    Dokumen1 halaman
    Lo 3
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Saluran Akar
    Perawatan Saluran Akar
    Dokumen32 halaman
    Perawatan Saluran Akar
    Sixtine Agustiana Fahmi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Radiologi
    Laporan Radiologi
    Dokumen17 halaman
    Laporan Radiologi
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Ikgp Tut 1
    Ikgp Tut 1
    Dokumen18 halaman
    Ikgp Tut 1
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen4 halaman
    Laporan Tutorial
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Lo 2
    Lo 2
    Dokumen2 halaman
    Lo 2
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Skenario Ii
    Skenario Ii
    Dokumen4 halaman
    Skenario Ii
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Tutorial 1
    Tutorial 1
    Dokumen4 halaman
    Tutorial 1
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • ST 1 T 2
    ST 1 T 2
    Dokumen4 halaman
    ST 1 T 2
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen41 halaman
    Pemba Has An
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Osteoarthritis
    Osteoarthritis
    Dokumen1 halaman
    Osteoarthritis
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen39 halaman
    Pemba Has An
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • HYPERPITUITARISM
    HYPERPITUITARISM
    Dokumen1 halaman
    HYPERPITUITARISM
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen30 halaman
    Pemba Has An
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen44 halaman
    Isi
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen39 halaman
    Pemba Has An
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen20 halaman
    Isi
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen44 halaman
    Isi
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen20 halaman
    Isi
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen48 halaman
    Isi
    Shinta Novadela
    Belum ada peringkat