Anda di halaman 1dari 6

Membangun Kerangka Pikir Penelitian

Tugas Metpen Kualitatif


Mei 2013

Magister Sains Psikologi UKSW

Hartiyah & Asih Fajar Lestari

Langkah-langkah memprakarsai penelitian ilmiah (Ihalauw, 2012:172):


1. 2. 3. 4. Menemukan situasi problematik Merumuskan masalah penelitian Merumuskan persoalan penelitian Mengidentifikasi konsep-konsep utama yang ada dalam setiap persoalan penelitian.

A. Menemukan Isu Penelitian Terkini


Peneliti adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan suatu penelitian yang pada akhirnya memberikan sumbangsih bagi kemaslahatan hidup orang banyak. Oleh karena itu peneliti harus peka terhadap fenomena terbaru yang terjadi di masyarakat. Penelitian yang berguna tentu saja penelitian yang fokus pada isu-isu terkini yang terjadi di masyarakat. Topik penelitian yang aktual, jelas akan lebih baik dan berguna daripada topik yang sudah usang. Peneliti yang selalu mengikuti perkembangan ilmu akan lebih mudah menemukan topik yang aktual dan segar. Sekedar melakukan penelitian mengenai topik yang sudah usang, apalagi yang temuantemuannya sudah sejak lama diketahui dan sudah demikian banyak dipublikasikan sehingga hasilnya sudah sangat konklusif, tidak banyak artinya lagi. Tanpa disertai pendekatan atau teori baru, penelitian mengenai topik yang tidak lagi aktual nilainya tidak lebih dari repetisi atau replikasi terhadap penelitian yang telah dilakukan orang lain (Azwar, 2011:14). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam rangka menemukan isu-isu penelitian terkini. Kita tidak bisa mencari-cari isu tersebut, karena maksud suatu penelitian bukanlah mencari suatu permasalahan. Tentu saja kita sebagai peneliti, tidak diperkenankan untuk mengadaadakan suatu permasalahan yang sebenarnya tidak terjadi di masyarakat. Peneliti yang mengadaadakan permasalahan dan asal meneliti saja, dapat dikatakan tidak memiliki sikap ilmiah (scientific attitude) yang baik. Menurut Azwar (2011:16-17), beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh topik penelitian terkini antara lain (a) studi kepustakaan, (b) pengamatan (observasi) lapangan, (c) informasi dari masyarakat, (d) imajinasi kreatif pihak peneliti. Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajari informasi ilmiah yang ada hubungannya dengan minat peneliti. Terutama bisa diperoleh dari publikasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli di bidang yang bersangkutan. Dalam melakukan telaah terhadap laporan hasil temuan para peneliti terdahulu, peneliti harus memerhatikan secara kritis metodologi yang digunakan dan kesimpulan-kesimpulan yang diajukan. Dari kesimpulan penelitian terdahulu seringkali timbul pertanyaan-pertanyaan baru yang patut diteliti lebih lanjut dan dikembangkan menjadi bahan penelitian baru. Informasi dari masyarakat pun dapat dimanfaatkan dalam menemukan isu terkini, terutama masalah-masalah yang sedang urgen untuk diteliti dan dicarikan alternatif penyelesaiannya. Terakhir, yang tidak kalah penting adalah kemampuan calon peneliti dalam berimajinasi. 1

B. Menemukan Situasi Problematik


Menurut Ihalauw (2012:172), situasi problematik adalah hal, keadaan, pikiran, peristiwa atau objek yang gagasan-gagasan tentangnya masih kabur, menimbulkan keraguan dan rasa ingin tahu, sehingga memicu ilmuwan dan peneliti untuk memahami, menggambarkan, meramalkan dan atau
Situasi Problematik: Berbentuk esai. Ditemukan / digali dari berbagai sumber. Sesuatu yang baru (novelty)

menjelaskan. Menemukan situasi problematik dalam suatu penelitian biasanya dirasakan sebagai sesuatu yang sulit, solusinya adalah dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan kritis terhadap penggalan realitas yang telah ditangguk oleh pengamatan, terhadap teori yang telah ada, atau terhadap hasil penelitian yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah.

Jika kita bertanya apa terhadap penggalan situasi problematik, maka akan menuntun peneliti ke suatu penggambaran (deskripsi). Pertanyaan bagaimana akan mempertemukannya dengan suatu keadaan, proses, atau perubahan. Selanjutnya, apabila dalam suatu situasi problematik itu diajukan pertanyaan mengapa, maka penelitian itu menghendaki suatu analisis yang menjelaskan. Pertanyaan sejauh mana atau yang sejenisnya akan membawa peneliti pada suatu situasi problematik yang menghendaki prediksi atau peramalan (Ihalauw, 2012:173). Dan masih banyak pertanyaan lain yang dapat dikemukakan. Namun, yang penting ialah, jika seorang peneliti mengajukan pertanyaan terhadap teori, hasil penelitian atau penggalan realitas yang diamatinya, ilmuwan dan peneliti harus mengajukan pertanyaan yang kritis dan tepat. Ini memungkinkan ilmuwan dan peneliti untuk mengungkapkan hal-hal baru yang belum pernah diperhatikan oleh orang lain (novelty). Menurut Ihalauw (2012:173), situasi problematik bisa bersumber pada teori-teori yang telah ada, hasil-hasil penelitian dan laporan penelitian jurnal-jurnal ilmiah, fakta, peristiwa, objek atau fenomena empirik. Yang paling penting ialah, kemampuan peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang kritis dan tepat, sehingga sumber-sumber itu mengungkapkan situasi problematik yang relevan. Bentuk situasi problematik adalah berupa uraian atau esai. Berikut adalah peraga untuk meringkas bentuk situasi problematik.
Sumber: Ihalauw, J. O. I. (2012:174)

Sumber SITUASI PROBLEMATIK

TEORI
Senjang Hasil Penelitian Fakta, Peristiwa, Objek, Fenomena

Hal, keadaan, pikiran, peristiwa atau objek yang gagasangagasan tentangnya masih kabur, menimbulkan keraguan dan rasa ingin tahu, sehingga memicu ilmuwan dan peneliti untuk memahami, menggambarkan, meramalkan dan atau menjelaskan.

SITUASI PROBLEMATIK

C. Merumuskan Masalah Penelitian


Menurut Silalahi (2012), masalah penelitian memiliki 3 kondisi : 1. Pertimbangan pertama adalah memilih satu topic dan masalah yang diminati 2. Merupakan masalah penelitian (research problem) disebut masalah penelitian karena deskrepansi antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada, antara harapan dan kenyataan, ada satu pertanyaan tentang mengapa deskrepansi ada, dan ada dua atau lebih jawaban yang mungkin untuk dipertanyakan. 3. Karakteristik masalah dipilih harus memiliki karakteristik masalah penelitian yang baik. Karakteristik masalah yang baik adalah: masalah dapat diteliti, diselidiki, melalui pengumpulan dan analisis data; memiliki signifikansi teoritis dan pragmatis; masalah tersebut adalah satu masalah yang baik, menarik minat sesuai dengan kemampuan kita. Sumber masalah penelitian (Danim, 2002): 1. Pengalaman pribadi. 2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan. 3. Kerja dan kontak-kontak profesional. 4. Penguji dan pengembangan teori. 5. Analisis terhadap penelitian akademik dan hasil penelitian yang relevan. Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif, kesimpulan (Silalahi, 2012): 1. Penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang kosong implikasinya peneliti seyogianya membatasi masalah studinya yang bertumpu pada fokus hal ini yang memungkinkan adanya acuan teori dari sesuatu penelitian (dimasukkan bab 2). 2. Fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan dari kepustakaan. Implikasinya apabila peneliti merasa adanya masalah seyogianya ia mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun kelapangan. Dengan jalan demikian focus penelitian akan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi implikasinya peneliti harus memanfaatkan paradigma sehingga peneliti akan tahu persis data yang perlu dikumpulkan atau tidak perlu di kumpulkan 3. Tujuan penelitian adalah memecahkan masalah yang dirumuskan implikasinya masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu baru tujuan penelitian ditetapkan (bukan sebaliknya). 4. Masalah yang bertumpu pada focus ditetapkan bersifat tentative (luwes), dapat diubah sesuai dengan situasi latar belakang penelitian. Imlikasinya peneliti tidak perlu kecewa jika masalah atau fokusnya berubah peneliti hendaknya membiasakan diri menghadapi 3

perubahan dalam masalah penelitian. Jika perubahan cukup besar dan memerlukan orientasi baru dalam dasar pemikiran maka peneliti perlu mendalamai kembali kepustakaan yang relevan dengan masalah baru. Langkah-langkah Perumusan Masalah (Moleong, 2009): 1. Tentukan fokus penelitian. 2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus tersebut (disebut subfokus). 3. Antara faktor-faktor yang terkait diadakan pengkajian untuk ditelaah kemudian ditetapkan mana yang dipilih. 4. Kaitkan secara logis faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian. Contoh: Topik Kegiatan bebas seks di kalangan remaja. Langkah 1 Berdasarkan topik tersebut, fokusnya adalah kegiatan bebas seksual. Langkah 2 Pengaruh film porno, pengaruh lingkungan remaja, cinta muda yang buta, nilai, etika, moral, agama yang longgar; kebiasaan nonton kegiatan seks di internet, pengaruh dugem. Langkah 3 Semua faktor di atas menarik untuk diteliti, namun peneliti hanya meneliti faktor yang memungkinkan untuk ditelitinya (sesuai dengan situasi dan kondisinya). Langkah 4 Mengaitkan setiap faktor yang dipilih dengan fokus penelitian. Dalam langkah ini digunakan pertanyaan bagaimana, mengapa, apakah. (lihat buku Moleong hal 121).

D. Persoalan Penelitian Terukur


Blaikie (dalam Ihalaw 2012:180) mengemukakan bahwa persoalan penelitian dapat dirumuskan dengan mengikuti tipe berikut: Tipe apa dari persoalan penelitian mempersoalkan deskripsi dari karakteristik dan atau pola-pola fenomena. Tipe apa mengarah ke penelitian yang menemukan (discovering) dan menggambarkan (describing). Tipe mengapa dari persoalan penelitian mempersoalkan penyebab atau alasan dari adanya karakteristik atau adanya pola-pola fenomena. Mengarah ke penelitian yang memahami (understanding) atau yang menjelaskan (explaining) kaitan kausal dalam peristiwa, kegiatan dan proses tertentu. Tipe bagaimana dari persoalan penelitian mempersoalkan perubahan melalui intervensi praktis dan dengan hasil-hasil praktis. Dalam percakapan sehari-hari, terkadang rancu antara pertanyaan apa dan bagaimana. Sebagai peneliti kita harus 4

peka atas perbedaan tersebut, karena setiap pertanyaan mengemban tujuan-tujuan yang berbeda. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut: Persoalan Penelitian dan Tujuan yang diemban dalam Penelitian Dasar serta Penelitian Terapan Persoalan Penelitian Apa? Mengapa? Bagaimana? Sumber: Ihalauw (2012:181) Tujuan Penelitian Dasar Penjajagan Penggambaran Peramalan Pemahaman Penjelasan Terapan Penilaian Pengkajian dampak Penilaian Pengkajian dampak Perubahan

E. Merumuskan Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah memecahkan masalah yang dirumuskan implikasinya, masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu baru tujuan penelitian ditetapkan (bukan sebaliknya). Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah, bukan menurut tujuan formal peneliti. Adakalanya tujuan penelitian terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Perumusan Tujuan penelitian, dibuat dengan mengacu pada masalah/pertanyaan penelitian. Dengan demikian, antara tujuan dan masalah peneltitian saling terkait. Teknik penulisannya, Tujuan penelitian dirumuskan dengan kalimat pasif, karena tujuan merupakan pernyataan kondisi yang akan dicapai. Dalam penulisan proposal penelitian, Tujuan penelitian biasanya dibedakan menjadi Tujuan umum dan khusus. Tujuan umum, berisi tentang hal yg akan dicapai pada akhir penelitian, yaitu menjawab masalah penelitian. Sedangkan Tujuan khusus, berisi penjabaran tentang hal yg akan dicapai untuk memenuhi/mencapai tujuan umum, yaitu merupakan tahap-tahap yang akan dilakukan dlm penelitian. Merupakan rincian dari Tujuan umum penelitian.

Sumber: Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ihalauw, J. O. I. (2012). Konstruksi Teori, Komponen dan Proses. Retrieved at May 18, 2013 from http://books.google.co.id/books?id=zfujc7tpJHwC&pg=PT3&lpg=PT3&dq=situasi+problema tik+adalah&source=bl&ots=HINLDhrKPT&sig=BbDOo0Jq_WKe_TQvFCHDyfx842g&hl=en&s a=X&ei=9huXUfHZMsH_rQe7_oG4CA&redir_esc=y 5

Anda mungkin juga menyukai