GOLPUT ? JANGANLAH !!
Oleh : A.Saifus Salam
Tahukah saat ini negara membutuhkan pemimpin
Tahukah keberadaanmu sangat dibutuhkan
Tahukah suaramu sangat diharapkan
Sadarkah kau punya hak
Sadarkah kau kaum netral
ODE
Edisi keVIII/III/09
UBUDIYAH KUN MAKA KANA
Edisi keVIII/III/09
WACANA
Memaknai Pemilu 2009
Pemilu menurut undang – undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2007 adalah sarana
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan pancasila dan undangundang dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pemaknaan pemilu kemudian menjadi bias tergantung menurut siapa?
Tetapi yang pasti ada tiga jenis orang yang memaknai pemilu. Yang pertama adalah calon
legislatif ( DPR RI, DPD RI, DPRD Propinsi, DPRD Kota/Kabupaten) pemilu dimaknai sebagai
ajang pembuktian diri terhadap kelompok masyarakat golongan menengah kebawah,
meningkatkan status, dan yang pasti jika terpilih dapat meningkatkan pendapatan (income).
Yang kedua adalah menurut pemilih (masyarakat), pemilu dimaknai sebagai alat untuk mewujudkan tujuan para
calon legislatif yang ketika sudah terpilih maka akan ditinggalkan, aspirasi masyarakat tidak gubris. Yang ketiga
adalah tim sukses (sekelompok orang yang bertugas menggalang massa untuk memilih salah satu calon
legislatif), pemilu dimaknai sebagai proses pendekatan terhadap calon legislatif supaya ketika sudah jadi legislatif
kepentingankepentingannya dapat diwajudkan. Ketiga pemaknaan di atas yang sampai saat ini masih menjadi
budaya bangsa Indonesia yang notabene adalah sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai – nilai pancasila.
Proses demokrasi di Indonesia sepertinya masih belum bisa dimaknai dengan baik, melihat kondisi seperti ini apa
yang bisa kita harapkan dalam pemerintahan ke depan?
Jelang Pemilu 2009, masyarakat bingung
Pemerintah menerapkan System multi partai dimana ada 44 partai politik peserta pemilu yang pasti tambah
membuat masyarakat semakin bingung, bagaimana tidak hampir semua parpol mempunyai caleg masingmasing
yang jumlahnya di sesuaikan dengan dapilnya masingmasing, coba misalkan jika setiap dapil ada 10 kursi
legiaslatif dan diperebutkan oleh 44 parpol dengan asumsi setiap parpol mempunyai 10 caleg itu berarti ada 440
caleng yang berlomba – lomba untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat supaya dapat urutan sepuluh
besar, melihat kondisi seperti ini masing – masing caleg memiliki peluang terpilih adalah 1: 44
Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya money politik, sehingga menyebabkan pilihan masyarakat hanya
berlandaskan siapa yang ngasih uang berarti itulah yang nantinya saya pilih, sehingga kemudian pemilu yang
diharapkan sebagai bentuk proses demokrasi yang sehat kemudian berubah menjadi bentuk yang sangat
pragmatis. Apa boleh buat masyarakat sudah terlanjur sering kali diperdaya oleh wakil – wakilnya yang duduk di
kursi legislatif, lalu apa yang bisa kita harapkan sekarang?
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi
Jawabanya ada pada nalar, karakter dan mental bangsa kita. Bagaimana mungkin bangsa kita bisa maju kalau
karakter dan mentalnya adalah mental ongkangongkang. nalar bangsa yang hanya ingin hidup enak tanpa
bekerja keras. Sehingga bermunculan orangorang yang mencoba mengadu nasib dengan menjadi caleg.
Harus ada perubahan yang signifikan
Untuk memangkas nalar ongkang – ongkang, harus dimulai dari pendidikan, bangsa kita seharusnya dimulai
sejak dini diperkenalkan dengan apa arti kerja keras, sehingga ketika sudah dewasa mental bangsa kita sudah
terbentuk. Sehingga tidak bermunculan caleg – caleg yang mempunyai tujuan hanya untuk merubah nasib dirinya
sendiri.
Muthoif
SUARA HATI Ketua IPNU KOMSAT UNNES 20072008
Edisi keVIII/III/09