Anda di halaman 1dari 22

PERANAN INOVASI BATIK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN DAYA SAING DAERAH KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Inovasi Pemerintah Daerah

Oleh :

NURUL SOLEHAH

105030507111029

Program Studi Administrasi Pemerintahan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan otonomi daerah dan konsep desentralisasi sesuai dengan UU No.32 Tahun 2004 bahwa daerah dituntut untuk menjadi daerah yang mandiri yang bisa mengembangkan inovasi pemerintahan daerah dalam mewujudkan visi dan misi daerah agar daerah tersebut dapat maju. Inovasi pemerintah daerah tersebut diwujudkan dalam konsep reinventing government atau konsep kewirausahaan. Oleh karena itu, aparat pemerintah daerah harus kreatif dalam mengembangkan setiap potensi yang mereka miliki sebagai usaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Inovasi bagi sebuah pemerintah daerah merupakan suatu keharusan dalam upaya mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat dan daerahnya, terlebih di era otonomi daerah dimana daerah memiliki kewenangan yang besar untuk menentukan apapun yang menurut daerah tepat dan sesuai dengan kondisi daerahnya. Dalam pengembangan lebih lanjut dibutuhkan informasi yang memadai dan komprehensif mengenai inovasi-inovasi program yang telah ada di sejumlah daerah yang oleh berbagai pihak dinilai inovatif dan berhasil. Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial, dia harus merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi dalam suatu sistem atau sering disebut sebagai sistem inovasi yaitu suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik) serta proses pembelajaran (Taufik, 2005). Inovasi daerah juga dapat meningkatkan daya saing antar daerah, mengingat bahwa Indonesia yang kaya akan seni dan budaya dapat memicu kreatifitas masyarakat di daerah untuk berinovasi dan berdaya saing antar daerah. Salah satu budaya Indonesia yang telah mendunia serta diminati oleh seluruh kalangan masyarakat mulai dari anak kecil hingga orang dewasa adalah batik. Saat ini demam batik sedang melanda dunia fashion Indonesia, terlebih semenjak batik ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tinggkat dunia yang dimiliki Indonesia pada 2 Oktober 2009. Fenomena demam batik yang sedang melanda dunia fashion Indonesia saat ini, tentu saja selain meningkatkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap batik, juga meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan dari industri batik yang ada di Indonesia. Hal ini tampak dari data yang diungkapkan kementrian perindustrian tahun 2010 yang menyatakan nilai

produksi industri batik dalam negeri menembus angka Rp 732,67 miliar atau naik 13% dari periode sebelumnya Rp 648, 94 miliar (Belanja Batik dari Wisatawan Capai Rp 1 Triliun, 2011). Dan pada tahun 2011 pertumbuhan nilai produksi batik diperkirakan bisa tumbuh 20% menjadi Rp 879,2 miliar dari periode sebelumnya (Industri Batik Meningkat 20%, 2011). Salah satu contoh daerah sebagai penghasil produk batik unggulan adalah kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan yang berada di pulau Madura, batik ini sering dikenal dengan sebutan batik Tajung Bumi. Salah satu batik unggulan Jawa Timur yang cukup dikenal oleh masyarakat lokal bahkan mancanegara terutama Jepang adalah batik gentongan, yang merupakan batik khas Desa Tanjung Bumi, kabupaten Bangkalan, Madura. Sebelum terjadinya tsunami di Fukushima Jepang, sejak tahun 2002 kabupaten Bangkalan mengirimkan sebanyak 500 lembar kain batik gentongan pilihan setiap bulan ke Sinjuko, Jepang dengan harga mulai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per lembar, masyarakat Jepang sangat menyukai batik gentongan untuk bahan kimono (Batik Madura Bergeser ke Eropa, 2011). Namun seirig berjalannya waktu, industri batik di Indonesia semakin meningkat dan memicu daya saing antar daerah. Persaingan ini membuat produsen-produsen batik untuk melakukan terobosan-terobosan baru atau inovasi, dengan tujuan meningkatkan kinerja pemasaran batik yang dihasilkannya. Inovasi yang terus menerus diterapkan oleh produsen batik memegang peranan penting untuk terus dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat ini dan terus meningkatkan kinerja pemasarannya. Inovasi dalam ragam motif, corak, serta warna, merupakan salah satu inovasi yang paling penting diterapkan dalam industri batik yang tergolong produk seni dan mengandung unsur budaya lokal ini. Inovasi dalam ragam motif, corak, serta warna, menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing batik dalam perdagangan, karena yang pertama kali diperhatikan dan memikat konsumen adalah ragam motif, corak, serta warna yang dimiliki oleh sehelai kain batik yang memancarkan keindahan seninya. Batik khas Desa Tanjung Bumi mempunyai ragam motif, corak, serta warna yang yang menyala terang dan berani serta warnanya bisa bertahan hingga puluhan tahun dibandingkan batik dari daerah lain. Hal ini dapat dikatakan sebagai inovasi di bidang batik dan dapat meningkatkan pendapatan dan daya saing dengan batik daerah lain. Selain inovasi batik dalam ragam, motif, corak serta warna, inovasi batik juga dapat dituangkan dalam berbagai macam bentuk model dan variasi yang bisa diolah untuk dijadikan sebuah bahan yang bisa di pakai dan berharga ekonomis yang sangat tinggi dibandingkan dengan

hanya menjual batik dalam bentuk mentah atau masih berbentuk kain. Inovasi batik semacam ini dapat berupa barang atau pakaian, seperti baju, rok, jaket, sepatu, tas dan lain-lain. Hal ini akan memicu pendapatan industri batik yang semakin meningkat karena harga jual yang bernilai ekonomis tinggi serta dapat menumbuhkan daya saing antar daerah dengan terus-menerus melakukan inovasi dalam bidang batik agar dapat menumbuhkan kreatifitas masyarakat daerah pengrajin batik atau industri batik khusunya di kecamatan Tanjung Bumi, kabupaten Bangkalan. Inovasi batik Tanjung Bumi akan meningkatkan daya saing daerah ddan masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan perekonomian lokal Kabuppaten Bangkalan. Melallui inovasi tersebut akan mampu meningkatkan pendapatan daerah sehingga pemerintah daerah dapat memberiikan pelayanan prima kepada masyarakat. Pertumbuhan inovasi juga berdampak pada penguatan perekonomian lokal serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan yang memadai. Dari latar belakang diatas maka penulis membuat judul tentang PERANAN INOVASI BATIK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN DAYA SAING DAERAH KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dikaji rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana peranan inovasi batik dalam menigkatkan pendapatan dan daya saing daerah kecamatan Tanjung Bumi, kabupaten Bangkalan? C. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui peranan inovasi batik dalam meningatkan pendapatan dan daya saing daerah kecamatan Tanjung Bumi,kabupaten Bangkalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Inovasi Daerah 1. Pengertian Sistem Inovasi Daerah Sebagai suatu bentuk cara pandang sistem, sistem inovasi daerah yang

dimaksud di sini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan, jaringan, interaksi dan proses produktif yang

mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik) serta proses pembelajaran di daerah (Taufik, 2005). Sistem inovasi daerah tak hanya dipengaruhi oleh aspek/faktor-faktor universal tetapi juga aspek/faktor spesifik lokal-lokasional serta bagaimana dinamika interaksinya dengan dunia luar Di dalam pengertian sistem inovasi daerah mengandung sekelompok pelaku pembangunan ekonomi di daerah baik individu maupun organisasi yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam suatu jaringan untuk menghasilkan inovasi dan mendifusikannya. Ditekankan juga bahwa agar dapat terus mengikuti perubahan yang berkembang, kelompok pelaku pembangunan ekonomi di daerah ini perlu terus menjalani proses pembelajaran. Pada dasarnya, sistem inovasi daerah hanya mungkin dapat dikembangkan bila ada kehendak kuat, kepeloporan dan konsistensi dari Kepala Daerah untuk membangun kompetensi dan memperkuat kolaborasi sinergis berbagai pihak dalam pembangunan ekonomi daerahnya melalui kebijakan dan instrumen kebijakan yang ditetapkan. Dengan kata lain, kunci keberhasilan pengembangan sistem inovasi daerah adalah adanya kehendak kuat, kepeloporan dan konsistensi dari Kepala Daerah baik dalam penetapan agenda kebijakan pengembangan sistem inovasi daerah, penguatan kerangka elemen sistem inovasi daerah, maupun dalam penyediaan anggaran pengembangan sistem inovasi daerah. Unsur-unsur utama Sistem Inovasi dapat dirincikan sebagai berikut: 1) Daya dukung pihak penyedia; 2) Daya serap pihak pengguna; 3) Kelembagaan antarmuka dan keterkaitan para pihak yang saling menguntungkan; 4) Infrastruktur yang terspesialisasi; 5) Pendanaan/pembiayaan inovasi dan/atau pendanaan/pembiayaan berisiko; 6) Kebijakan yang mendukung.

2. Kerangka dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah. Taufik (2005) menggambarkan skema Kerangka dan Elelemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah sebagai berikut :

Gambar Kerangka dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah Sumber: Taufik (2005) Skema ini memberikan sandaran dan kerangka kerja baik secara sendirisendiri maupun bersama tentang pentingnya pendekatan sistemik/holistik, sifat ketidaklinieran, dan pentingnya interaksi, kemitraan dan sinergitas berbagai elemen sistem serta pentingnya peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk menghasilkan koherensi berbagai kebijakan terkait yang biasa disebut dengan kebijakan inovasi. Elemen yang tergambar dalam skema di atas merupakan elemen-elemen penting utama saja. Di luar itu, masih banyak elemen pendukung yang juga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang berimbang dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan sistem inovasi daerah. Salah satu elemen pendukung yang dimaksud adalah Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PI UMKM) yang berperan untuk menumbuhkembangkan UMKM inovatif yang akan memperkuat elemen industri/ bisnis.

3. Landasan Utama Sistem Inovasi Daerah. Menurut Taufik (2005), dengan mencermati konsep/model sistem inovasi dan beberapa praktik yang berkembang, konsep sistem inovasi daerah pada intinya mengandung beberapa landasan penting seperti diilustrasikan pada gambar berikut :

Gambar Konsep Landasan Mengembangkan SID Sumber: Taufik (2005) Konsep ini dipandang dapat membantu bagaimana daerah mengembangkan/ menyusun strateginya untuk mengembangkan/memperkuat sistem inovasinya dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi. Beberapa landasan utama konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1) Daerah Konsep SID memang merupakan cara pandang tentang sistem inovasi pada tataran daerah. Dari perspektif administratif pemerintahan, pengertian daerah secara formal administratif (misalnya kabupaten/kota ataupun propinsi) sering menjadi alat paling mudah untuk menetapkan batasan sistem. Namun pemajuan sistem inovasi daerah membutuhkan cara pandang yang lebih terbuka dan menguntungkan bagi daerah lebih dari sekedar pertimbangan batasan

administratif. Kerjasama dengan daerah lain merupakan aspek yang harus digali dan dikembangkan oleh setiap daerah dalam memperkuat daerah masingmasing. Hal-hal seperti ini memang semakin membutuhkan kemampuan daerah untuk menghadapi paradoks yang berkembang, bahwa bersaing dan bekerjasama merupakan kemampuan yang perlu terus dikembangkan secara

bersamaan. Konsep daerah dalam sistem inovasi, pada dasarnya dapat diartikan secara fleksibel agar memiliki pengertian kontekstual. 2) Interaksi Konsep sistem mengindikasikan bahwa elemen-elemen dalam sistem berinteraksi satu dengan lainnya dan berproses ke arah yang lebih baik, sesuai dengan peran masing-masing. Sistem tanpa interaksi antar elemen hanyalah sistem yang semu. Interaksi yang sehat adalah interaksi yang produktif dan menghasilkan keuntungan timbal-balik bagi para pihak yang berinteraksi, meskipun dalam bentuk yang mungkin berbeda. Dinamika sistem inovasi daerah akan ditentukan oleh bagaimana interaksi terjadi dalam sistem tersebut. 3) Keterkaitan dan jaringan Keterkaitan dan jaringan rantai nilai menjadi dasar bagi penguatan sistem inovasi dan perlu ditumbuhkembangkan. Keterkaitan dan jaringan ini tidak saja menyangkut aktivitas bisnis tetapi juga non-bisnis. Hubungan non-bisnis yang semakin baik merupakan kunci bagi peran para pihak, termasuk pemerintah dan lembaga non-pemerintah, dalam mendukung aktivitas inovasi dan bisnis. Dari kepentingan sosial dan ekonomi, hubungan inilah yang mempengaruhi spillovers atau eksternalitas ekonomi positif dalam masyarakat, terutama di daerah. 4) Pembelajaran Inti dari perkembangan sistem inovasi adalah proses pembelajaran. Sistem inovasi akan berkembang jika sistem tersebut mampu menjadi sistem yang belajar dan mampu mengembangkan sistem pembelajaran yang sesua serta beradaptasi terhadap perubahan yang berkembang. Daerah yang telah relatif maju sekalipun, ketika berhenti dalam proses pembelajaran akan menjadi statis, bahkan mungkin menurun dan selanjutnya tertinggal. 5) Pengetahuan dan Inovasi Perkembangan sistem inovasi daerah tentu akan ditentukan oleh kemajuan pengetahuan dan inovasi. Aliran pengetahuan yang terhambat karena kelemahan penyedia, saluran (misalnya intermediaries, mekanisme atau lainnya), dan pengguna, akan menghambat berkembangnya sistem inovasi daerah. Pengetahuan, baik yang bersifat tacit maupun eksplisit/terkodifikasi perlu terus dikembangkan, tidak saja dengan mengadopsi dari luar, tetapi juga dengan mengembangkan pengetahuan sendiri dan mengkombinasikan, mengintegrasikan serta

mengembangkan keduanya sesuai dengan kebutuhan setempat dan kebutuhan pemenuhan relung pasar luar yang potensial. 4. Agenda Kebijakan Pengembangan Sistem Inovasi Daerah. Taufik (2005) mengajukan 6 (enam) kelompok agenda utama kebijakan inovasi yang perlu dikembangkan di daerah untuk mengembangkan sistem inovasi daerah walaupun tidak seluruhnya merupakan ranah daerah dan harus dilakukan oleh daerah. Keenam agenda utama ini, yang juga merupakan tujuan strategis pengembangan sistem inovasi daerah adalah: 1) Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi. Tujuan utama agenda ini pada dasarnya adalah mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi perkembangan inovasi. Bagian pertama yang perlu dibenahi di daerah secara umum adalah berkaitan dengan kerangka mendasar bagi pengembangan sistem inovasi. Penataan mendasar termasuk penataan/pengembangan basisdata daerah berkaitan dengan sistem inovasi daerah. 2) Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbangyasa dan

mengembangkan kemampuan absorpsi industri. Tujuan utama agenda ini adalah mengembangkan/memperkuat atau mereorganisasi unsur-unsur lembaga yang penting agar berfungsi tepat bagi pemajuan sistem inovasi daerah, meningkatkan daya ungkit peran iptek/litbangyasa yang sesuai dan spesifik bagi daerah, serta meningkatkan kemampuan UKM dalam mengakses dan memanfaatkan pengetahuan dan hasil litbangyasa/inovasi serta mengembangkannya. 3) Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktikbaik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa. Tujuan utamanya adalah mendorong interaksi produktif multipihak yang saling menguntungkan bagi perkembangan inovasi dan difusinya, penyebarluasan praktik baik dan hasil-hasil litbangyasa yang sesuai dengan potensi terbaik daerah. Dampak inovasi atau pengetahuan/teknologi secara signifikan atas kemajuan ekonomi daerah sebenarnya akan ditentukan oleh seberapa cepat dan luas difusinya dapat didorong di daerah yang bersangkutan. Bagi negara seperti Indonesia, agenda ini merupakan faktor yang penting dibanding dengan

di negara maju, mengingat sebagian besar pelaku bisnis (yaitu UKM) pada dasarnya merupakan pelaku yang relatif tertinggal kemampuan dan aksesibilitasnya terhadap beragam kemajuan teknis. 4) Mendorong budaya inovasi Tujuan agenda ini adalah membangun landasan budaya inovatif dan kewirausahaan, menumbuhkembangkan perusahaan-perusahaan baru yang inovatif, serta memperkuat kohesi sosial di daerah. Persoalan ketertinggalan bisnis dari pesaing, kemampuan menyerap kemajuan iptek, penyesuaian diri terhadap perubahan persaingan bisnis yang dinamis, serta rendahnya perkembangan perusahaan baru yang inovatif membutuhkan perhatian yang sangat serius dari banyak pihak. 5) Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan nasional. Tujuan utamanya adalah mendorong investasi dan aktivitas dalam sistem inovasi sejalan dengan penguatan rantai nilai dalam jaringan ataupun klaster industri di daerah dalam upaya membangun ekonomi wilayah/lokal dengan pendekatan sistem. 6) Penyelarasan dengan perkembangan global. Tujuan utama upaya ini adalah meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan kesiapan pemangku kepentingan di daerah agar semakin dapat memahami dan menguasai perkembangan global untuk dimanfaatkan bagi kepentingan daerah dan kemajuan daerah. B. Daya Saing Berkelanjutan Istilah keunggulan kompetitif secara tradisional telah digambarkan sebagai faktor atau kombinasi dari faktor-faktor yang membuat suatu organisasi memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan organisasi lainnnya dalam suatu persaingan (Fahy and Chaharbangi, 1995). Sesuai dengan definisi ini, kinerja yang lebih baik oleh suatu orgnisasi disebabkan oleh adanya perbedaan dalam atribut atau faktor perusahaan yang memungkinkan perusahaan melayani pelangga degan lebih baik dari pada yang dilakukan pesaing, sehingga menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik pula (Ma, 1999). Hitt et al. (2001) mengatakan bahwa tidak ada keunggulan komprtitif yang berlangsung untuk selamanya. Seiring berjalannya waktu, pesaing juga akan mampu memiliki sumber daya yang unik, kemampuan dan kompetensi dasarnya yang unik membentuk gagasan yang unik yang mampu bersaing dengan perusahaan. Oleh karena

itu, keunggula kompetitif hanya dapat dipertahankan dengan kompetensi dasar baru yang berfungsi sebagai keunggulan kompetitif dimasa yang akan datang. Keunggulan kompetitif dapat dibangun dengan beberapa komponen. Hill and Jones (1998) menegaskan bahwa keunggulan biaya dan diferensiasi yang berhasil deibangun dengan berlandaskan pada efisiensi, kualitas, inovasi dan customer responsiveness. Salah satu upaya untuk mencapai efisiensi adalah penurunan skala ekonomis (economic of scale), yang dapat didefinisikan sebagai penurunan biaya satuan yang berkaitan dengan skala output yang besar (Sunata, 2007). Sarana bagi organisasi untuk mencapai superior kualitas adalah dengan mengimplementasikan menajemen kualitas total. Hal tersebut dapat diukur dari produk dan jas berkualitas tinggi yang memiliki daya tahan dan daya saing perusahaan di pasar global yang sangat kompetitif (Green et al. 2005). Hal lain yang dapat menigkatkan keunggulan kompetitif organisasi adalah inovasi. Inovasi merupakan merupakan kemampuan perusahaan untuk memperkenalkan produk baru dan proses produksi untuk mengkapitalisasi peluang besar (Ozsomer et al. 1997). Inovasi memiliki beberapa peran antara lain memperbaruhi dan memperbesar rentang produk dan jasa serta pasar yang terkait, penciptaan metode baru produksi, penawaran, dan disribusi (McAdam et al. 1998). Struktur organisasi yang fleksibel memfasilitasi pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru, dan perusahaan yang memiliki fleksibilitas cenderung lebih baik dalam melakuukan inovasi dari perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang kaku. Usaha kecil dapat meraih keunggulan kompetitif apabila dapat membentuk produk yang memiliki berbeda dibanding pesaing (diferensiasi), dengan harga yang murah (low cost), menjaga kontiyuitas produksi dan distribusi, dan selalu melakukan inovasi yang berorientasi pasar. Tidak mudah mentransfer inovassi dalam usaha kecil, Caputo et al. (2002) mengatakan bahwa transfer inovasi pada usaha kecil menemui beberapa kendala, diantara 1) pelaku usaha kecil hanya memiliki kapabilitas inovasi yang rendah, baik dalam inovasi produk maupun proses, 2) tinggi biaya-membuat risiko tinggi-yang berhubungan dengan aktivitas inovasi, 3) Rasa takut-atau malah antipasi-yang bermbas enggan untuk melakukan inovasi, 4) rendahnya informasi yang didapat dari pelaku usaha tentang manfaat inovasi bagi kelabgsungan usaha meraka. Caputo et al. (2002) menyarankan perlunya intervensi dari aktor intelektual seperti universitas, lembaga riset dan perusahaan besar yang menggandeng UKM sebagai suppliers.

Humphreys et al. (2005) menegaskan bahwa inovasi membutuhkan beberapa elemen pendukung yang penting agar implementasi inovasi dapat menngkatkan kinerja usaha kecil. Beberapa elemen tersebut adalah: 1) kepemimpinan, 2) pemberdayaan, 3) budaya kerja, 4) teknologi, 5) pembelajaran, 6) struktur, 7) manajemen.

BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Kabupaten Bangkalan Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat pulau Madura, Propinsi Jawa Timur Ibu Kotanya Bangkalan. Luas daerahnya 1.260.14 km kabupaten ini menghadap ke laut Jawa, di Barat dan selatan menghadap ke selat Madura, sedangkan di timur berbatasan dengan kabupaten Sampang. Kabupaten Bangkalan terdiri dari 18 kecamatan dengan 281 desa sepuluh kecamatan diantaranya terletak di pesisir pantai, yakni, kecamatan sepuluh, Bangkalan, Tanjung Bumi dan lain- lain. Jumlah penduduk kabupaten Bangkalan pada tahun 2001 tercatat sebanyak 762.000 jiwa terdiri dari 358.48 (47,07%) laki- laki dan 403.342 (52,93%) perempuan.1 Tanah dan batuan di Bangkalan terdiri dari 4 jenis yakni tanah allufium yang mencapai areal seluas 24.400 hektar, jenis elistosin meliputi luas 16600 hektar, jenis batu gamping seluas 47.294 hektar. dan jenis miosen sedimen fasies seluas 35594 hektar Bangkalan dalam angka 1998). Sebagian tanah di kabupaten ini kurang cocok untuk beberapa jenis tanaman. Hasil pertaniannya terutama jagung, ubi kayu, padi dan salak serta sebagian penduduk hidup sebagai petani garam. Areal pertanian di Bangkalan terdiri sawah seluas 29.645 hektar, lahan kering 96.537 hektar, sawah teknis luas 5.406 hektar, setengah teknis 1.187 hektar; pengairan sederhana 423 hektar, pengairan no n PU seluas 1182 hektar dan tidak hujan 21.447 hektar, areal lahan kering terdiri tanah pekarangan 16.352 hektar Tanah tegalan seluas 63.1777 hektar dalam (pola dasar pembangunan daerah Bangkalan tahun 20022005) 2. Kecamatan Tanjung Bumi Kecamatan Tanjung Bumi terletak di sebelah kabupaten Bangkalan, sekitar 40 km. Tepatnya pada perbatasan antara batas kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang, yaitu berada pada: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepulu, Bangkalan. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banyuates, Sampang. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kokop, Bangkalan. d. Dan sebelah Utara diapit oleh laut Jawa.
1

Bangkalan Era Otonomi Daerah: Prespektif Pembangunan Kabupaten Bangkalan dalam Kepemimpinan Ir. H.M. Fatah MM (Blega Bangkalan: Yayasan Al-Hasany As-Syafiiyah, tanpa tahun), 18.

Adapun luas dari Kecamatan Tanjung Bumi adalah 6601,757 hektar, dengan jumlah desa sebanyak 14 dan dengan panjang pantai 20 km. Dengan rincian sebagai berikut: luas pemukiman penduduk 911,066 hektar dan sawah/pertanian 552,340 hektar sedangkan yang masih berupa hutan 46,137 hektar dan 4.416,985 hektar berupa daerah tadah hujan. Untuk daerahpemukiman penduduk pesisir pantai yang berada di delapan desa sekitar 271,632 hektar. (Sumber: Kantor Kecamatan Tanjung Bumi). Sejarah masuknya batik ke Tanjung Bumi belum pasti diketahu sejak kapan. Dahulu, kebanyakan penduduk Tanjung Bumi bekerja sebagai pelaut yang mengelilingi pulau-pulau di nusantara, suatu saat kapal merka singgah ke daerah Cirebon. Para suami ini belajar membatik dan ketika pulang hal ini diajarkan pada stri mereka di rumah, sehingga ketika sang istri tinggal berbulan-bulan lamanya, mereka memiliki kesibukan yaitu membatik.2 Mayoritas masyarakat di Tanjung bumi menekuni pembuatan batik. Walaupun demikan ada yang mengatakan, membatik bukanlah pekerjaan utama mereka. Membatik sudah merupakan kebiasaan bagi mereka yang dilakukan di waktu senggang. Masyarakatnya ada yang bertani, nelayan, TKI (Tenaga Kerja Indonesia), pedagang, tetapi ketika di rumah, mereka akan membuat batik. Banyak industri rumahan yang menyerap banyak tenaga kerja, membuat masyarakatnya menjadikan membatik sebagai profesi mereka, sebagai pembuat motif atau peluncelupan warna. Saat ini membatik sudah merupakan pekerjaan utama khusunya di desa Tanjung Bumi. Meningkatnya permintaan terhadap batik menjadikan industri rumahan membutuhkan pekerja yang bisa bekerja secara rutin. Walaupun dahulu hanya pekerjaan sampingan saja, kini membatik menjadi pekerjaan yang sangat menjanjikan. Apabila dipresentasekan, 70% masyarakat memiliki pekerjaan utama membatik, sedangkan sisanya 30% adalah pekerjaan lain. Apabila saat ini batik Tanjung Bumi sedang dalam momentumnya dengan adanya jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Madura dengan Jawa (Surabaya). Dalam satu hari, sedikitny ada dua bus pariwisata yang datang ke Tanjung Bumi untuk berbelanja atau sekedar ingin melihat desa penghasil batik yang terkenal. Pada awalnya, pusat perajin batik di Tanjung Bumi berada di tiga desa yaitu, desa Tanjung Bumi, Paseseh dan Telaga Biru. Dari ketiga desa ini, kemudian

Pengerajin Batik Tanjung Bumi, 20 Juni 2010

kerajinan membatik menyebar ke tujuh desa lain di Kecamatan Tanjung Bumi, yaitu Desa Bumianyar, Tambak Pocok, Larangan Timur, Bandeng, Teguguh, Macajah, dan Aeng Tabar. Saat ini pembuatan batik tanjung Bum juga berkembang ke daerah lain seperti Kokop, Sepuluh, Socah, dan bahkan ke Desa Trapang yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Bangkalan dan Sampang.3 Batik Tanjung Bumi sudh dikenal sejak lama dan teru berkembang hingga sekarang. Pada tahun 1967, hanya ada 100 orang perajin di tiga desa di Kecamatan Tanjung Bumi (Tanjung Bumi, Paseseh, Telaga Biru). Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan dari pihak lain, batik Tanjung Bumi terus berkembang dan saat ini terdapat ribuan perajin batik. Batik Tanjung Bumi terkenal dengan warnanya yang berani. Semakin pekatt warnanya, maka semakin mahal harganya. Perpaduan warnanya juga sangat kontras. Ini merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi batik Tanjung Bumi. Dulu, pewarna yang digunakan oleh para perajin batik adalah warna alami yang didapat dari tumbuh-tumbuhan yang tersedia di Tanjung Bumi, dan proses perendamannya dilakukan di dalam gentong, sehingga batik ini terkenal dengan sebutan batik Gentongan. Seiring perkembangan zaman, batik ini semakin langka. Perajinnya makin berkurang karena memang proses pewarnaan seperti ini didapat secara turun temurun dari orang tua atau kerabat dekat mereka. Masyarakat peminat batik semakin banyak, sementara batik yang dihasilkan terbatas. Perajin kemudian beralih ke pewarna kimia yang harganya lebih murah dan prosesnya cepat. Dalam pembuatannya, batik gentongan bisa memakan waktu hingga satu tahun atau bahkan lebih. Sedangkan batik dengan warna kimia bisa selesaai dalam waktu satu minggu sampai satu bulan.4 Di pasaran saat ini, keberadaan batik gentongan hanya sekitar 25% saja, sisanya 75% bbatik dengan pewarna kimia. Banyak orang yang tertarik dengan batik gentongan ini karena warnanya yang alami, tidak mudah luntur bahkan semakin cerah walaupun sudah bertahun-tahun dipakai. Batik gentongan cenderung memiliki motif yang halus dan berkelas. B. Inovasi Batik Tanjung Bumi Inovasi batik di Tanjung Bumi pada dasarnya berasal dari masyarakat walaupun pemerintah juga memiliki peran yaitu ikut berperan dalam pengenalan batik ke masyarakat luas, namun pemerintah tersebut dirasa masih rendah dalam pelaksanaan
3 4

Pengrajin Batik Tanjung Bumi, 23 Juni 2010 Pengrajin Batik Tanjung Bumi, 23 Juni 2010

inovasi daerah. Berkembanya batik Tanjung Bumi ini tidak terlepas dari peran pelaku usaha batik masyarakat yang melakukan inovasi-inovasi dalam mendorong nilai jual batik itu sendiri di masyarakat. Bentuk-bentuk inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah sebagai berikut: 1. Inovasi pada Input Produkssi Inovasi pada input produksi meliputi inovasi penggunaan kain mori, penggunaan bahan bakar alternatif dan penggunaan bahan bakar alami. Inovasi padainput produksi ini dilatarbelakangi semakin langkah dan mahalnya harga bahan baku di pasaran. Sehingga pelaku usaha dituntut berfikir kreatif untuk meneukan solusinya agar usaha mereka tetap berjalan. Berikut penjelasan masing-masing inovasi pada input produksi: a. Penggunaan Kain Santun Sebagai Pengganti Kain Mori. Bahan baku kain yang biasa digunakan pelaku usaha di Tanjung Bumi untuk memproduksi batik adalah kain mori. Pada awal tahun 1990-an, harga kain mori ini melonjak drastis sehingga semakin memperparah keberadaan usaha batik di Tanjung Bumi. Mahalnya harga kain mori mengakibatkan beberapa pelaku usaha berhenti memproduksi batik. Beberapa tahun belakangan ini harganya juga kembali naik, biasanya dijual berkisar Rp.7.000 sampai dengan Rp.8.000 per meter sekarang meningkat menjadi Rp.8.500-Rp.10.000 per meter. Salah satu pelaku usaha batik Tanjung Bumi yang memiliki inovasi ini adalah Hj. Masudi. Penggunaan Kain Mori didapatkan setelah melakukan pengamatan terhadap pelaku usaha batik di Pekalongan. Kain santun ini harganya sekitar Rp.6.500-Rp.7.500 per meter sehingga lebih murah 20-25% per 100 meternya dibandingkan kain mori. b. Inovasi Penggunaan Bahan Bakar Gas Awalnya proses pencairan lilin dilakukan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah. Namun setelah minyak tanah langkah dipasaran dan harganya yang mahal, proses pencairan lilin beralih menggunakan bahan bakar yang lebih murah, yaitu: gas. Langkah ini diambil sebagai respon terhadap semakin langkah dan mahalnya harga minyak tanah dipasaran. Saat ini, bahan bakar gas ini mudah di dapat dipasaran karena adanya program dari pemerintah untuk mengkonversi minyak tanah ke gas. Selain itu, penggunaan kompor dengan bahan bakar gas ini juga dapat menghemat biaya untuk bahan bakar sekitar Rp.1.000-3.000 per kompor per hari tergantung banyaknya malam yang dicairkan.

c. Inovasi Penggunaan Pewarna Alami Penggunaan pewarna alami dilatarbelangi oleh keinginan untuk memperkaya serta mempertegas corak pada batik Tanjung Bumi. Sesuai dengan ciri khas batik Tanjung Bumi yang memiliki warna dan corak yang tegas serta bahan pewarna yang mudah didapatkan di sekitar wilayah Tanjung Bumi maka pemakaian warna alami dirasa sangat cocok. Selain itu sifat pewarna alami yang lebih tahan lama dan tidak mudah luntur membuat pewarna alami lebih menjadi pilihan para pelaku usaha batik. Efek bahan pewarna yang tidak berbahaya bagi manusia dan alam juga menjadi landasan pemilihan pewarna alami ini, sehingga sekarang pewarna alami bukan hanya menjadi sekedar alternatif ketika pewarna kimia sedang langka ataupun harganya sangat mahal, namun penggunaan pewarna alami sudah mejadi kultur dalam batik Tanjung Bumi. Penggunaan pewarna alami ini dilakukan dengan mengekstrak daundaunan untuk menghasilkan warna baru. Hasil ekstraksi daun-daunan tersebut selanjutnya dijadikan bahan pewarna pada usaha batiknya. Meskipun pemakaian pewarna alami cenderung memakan waktu yang cukup lama namun batik yang menggunakan pewarna alami ini mempunyai warna yang khas, terkesan seperti warna gradasi. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi konsumen batik. 2. Inovasi Pada Output Produk-produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha Tanjung Bumi sangat beragam, mulai dari pakaian, selendang, seprei dan juga pernak-pernik. Produkproduk ini merupakan hasil pengembangan inovasi yang dilakukan pelaku usaha untuk menciptakan produk yang unik dan menarik. Para pelaku usaha berusaha untuk selalu konsisten dalam menciptakan produk baru. Beberapa pelaku usaha menjelaskan bahwa penciptaan produk baru dapat dilakukan dengan memodifikasi produk yang sudah ada, seperti menciptakan model pakaian sendiri dengan memodifikasi model-model pakaian yang sedang menjadi trend. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli karena produk batik update/sesuai dengan trend yang ada dan setiap pelaku usaha punya ciri khas tersendiri dalam hal motif ataupun model pakainnya. a. Inovasi Variasi Produk-produk batik

Seiiring perkembangan

jaman,

variasi

produk

batik

semakin

bertambah. Hal ini dikarenakan konsumen tidak hanya tertarik pada pakaian batik tetapi produk-produk lain yang menggunakan bahan kain batik. Melihat keadaan ini, pelaku usaha di Tanjung Bumi juga ikut melakukan inovasi variasi produk-produk batik agar dapat bersaing di pasaran. Salah satu pelaku usaha yang menjadi pelopor penciptaan varisai-varisasi produk batik di Tanjung Bumi adalah Ibu Hj. masudi. Usaha batiknya tidak hanya menciptakan pakaian dengan desain modern tetapi juga menciptakan produk baru seperti, topi, sepatu, jaket, sandal, tas dan lain-lain. Berikut gambaran produk pengembangan batik yang dikembangkan oleh Ibu Hj. Masudi:

Gambar Produk Pengembangan Batik Tanjung Bumi oleh Ibu Hj Masudi b. Inovasi Motif Batik dan Desain Pakaian Sebelum tahun 1990-an, produk-produk yang dihasilkan pelaku usaha masih berupa pakaian batik dengan desain dan motif yang tradisional. Hal ini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun pelaku usaha yang ada di Tanjung Bumi karena produk mereka pernah sangat diminati konsumen. Akan tetapi, seiring perkembangan jaman produk-produk mereka tidak lagi diminati karena terkesan kuno atau jadul dan kalah bersaing dengan produk batik lain yang lebih modern.

Beberapa pelaku membuat inovasi motif batik yang lebih variatif dan desain pakaian yang fashionable/trend. Ternyata banyak konsumen yang tertarik terhadap variasi motif-motif yang ditawarkan pelaku usaha. Pelaku usaha menyadari bahwa variasi motif batik dan desain menjadi daya tarik bagi pembeli dari segala kalangan dan usia. Sehingga mereka selalu berusaha menciptakan motif-motif dan desain yang baru. Motif-motif baru ini lebih kontemporer dengan tema yang beragam, ada juga yang bermotif abstrak dan tidak terikat oleh nilai-nilai budaya Jawa. Hal inilah yang menjadikan motifmotif batik ini dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat. Motif-motif ini juga berbeda antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha lainnya sehingga menjadikannya unik. Berikut adalah gambar variasi motif batik Tanjung Bumi:

Gambar variasi motif batik Tanjung Bumi 3. Inovasi pada Proses Pemasaran Pelaku usaha besar umumnya menjadi pelopor perkembangan inovasi pemasaran pada Kampoeng Batik Laweyan. Mereka menjadi perintis yang membawa inovasi tersebut masuk ke Kampoeng Batik Laweyan sedangkan pelaku usaha yang lebih kecil cenderung menjadi kelompok pengikut.

a. Inovasi Pemasaran melalui Showroom Pemasaran merupakan salah satu hal penting dalam implemetasi inovasi batik ini. Pertumbuhan jumlah masyarakat yang diimbangi dengan daya beli yang makin meningkat juga menyebabkan setiap pelaku usaha harus melakukan sebuah inovasi termasuk inovasi dalam pemasaran batik Tanjung Bumi. Pemasaran batik melalui showroom memang bukan merupapakan hal yang baru pada dunia bisnis. Namun sistem pemasaran ini dipandang efektif dalam meningkatkan jumlah pendapatan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang dapat melihat batik dari jalan sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya. b. Inovasi Pemasaran melalui Internet Perkembangan dunia teknologi informasi memudahkan pelaku usaha batik untuk mempromosikan batiknya. Dengan media intenet proses pemasaran tidak memerlukan biaya yang besar, tempat yang luas, lebif fleksibel dan tidak terbatas pada jarak. Tingkat kemampuan masyarakat untuk mengakses internet yang semakin tinggi serta didukung oleh media jejaring sosial yang semakin banyak membuat prospek pemasaran ini sangat menjanjikan. Selain itu melalui internet pelaku usaha dapat melakukan sharing dengan pelaku usaha lain dalam meningkatkan daya jual batik. Selain menguntungkan pelaku usaha karena memperluas wilayah pemasaran produk, pemanfaatan media internet juga semakin memudahkan calon pembeli. Calon pembeli tidak harus datang ke Tanjung Bumi karena proses pembayaran pun dapat dilakukan secara online melalui transfer rekening. Barang pesanan selanjutnya akan dikirim ke tempat tujuan. Calon pembeli tersebar di beberapa kota di Inonesia, seperti Semarang, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan Sumatera. Bahkan beberapa pelaku usaha melayani pembelian dari luar negeri seperti di Jepang. Pemanfaatan media internet ini juga berhasil menarik perhatian masyarakat lokal dan mancanegara untuk datang ke Tanjung Bumi sehingga mengakibatkan dearh Tanjung Bumi menjadi daerah pariwisata yang mampu menjadi potensi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupeten Bangkalan.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan di atas terkait dengan inovasi batik di daerah Tanjung Bumi Bangkalan dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Batik merupakan karakteristik yang dimiliki oleh daerah Tanjung Bumi, oleh karenanya pengembangan inovasi batik harus digalahkan supaya batik Tanjung Bumi dapat menjadi ciri khas daerah yang tidak tergerus oleh perkembangan jaman dan dapat meningkatkan daya saing masyarakat daerah. 2. Bentuk-bentuk inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha batik Tanjung Bumi meliputi: (1) Inovasi pada input produksi, inovasi pada tahapan ini adalah penggunaan kain mori yang lebih murah, bahan bakar gas dan pewarna alami untuk menekan biaya produksi, (2) Inovasi pada output, Inovasi yang dilakukan melalui variasai produk, motif batik dan desain pakaian yang ditujukan untuk meningkatkan nilai jual batik Tanjung Bumi, (3) Inovasi pada proses pemasaran, inovasi pada tahapan ini dilakukan melalui showroom dan internet yang ditujukan pada efektivitas dan efisiensi promosi dan penjualan batik kepada masyarakat. B. Saran Dari pemaparan di atas mengenai inovasi daerah yang dilakukan oleh masyarakat Tanjung Bumi melalui batik, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Pelaku usaha batik Tanjung Bumi dapat menjalin hubungan dan kerjasama baik dengan pemerintah maupun pihak swasta dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk batik Tanjung Bumi supaya dapat bersaing di pasar global. 2. Penciptaan wilayah pariwisata batik Tanjung Bumi, sehingga batik Tanjung Bumi dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas serta dapat memudahkan pemasaran produk batik itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Didik Eko Julianto. Model Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Batik di Tulungagung Berbasis Inovasi. Universitas Jember. Wispandono, Moch. R.M. Pengaruh Lingkungan Bisnis Terhadap Kinerja Pengarajin Indutri Batik di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1, No.2. Universitas Trunojoyo. 2010. Yohanes, Crisdianto Hendi dan Indriyani, Ratih. Peranan Inovasi Produk Terhadap Kinerja Pemasaran Batik Tanjung Bumi Ibu Haji Masudi. Devi Rahayu. Perlindungan Hukum Terhadap Hak cipta Motif Batik Tanjung Bumi Madura. Mimbar Hukum Vol.23, No.1. 2011.

Anda mungkin juga menyukai