Anda di halaman 1dari 38

Assalamualaikum Wr Wb

Laporan Kasus
TONSILITIS KRONIS AD OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Oleh: Aditya Alfarizi 012085579

IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan No. RM : An.Rika N : 10 tahun : Perempuan : Pelajar : 014533

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri telan dan nyeri pada telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri telan sejak 1 tahun yang lalu tetapi pasien enggan menceritakan keluhannya kepada orang tuanya, menurut ibu pasien dan dari keterangan pasien, pasien juga mengeluh sering tidak enak badan dan gampang sakit atau demam, pasien merasakan ada sesuatu yang mengganjal dan rasa kering pada tenggorokannya, menurut keterangan ibu pasien pada saat tidur pasien sering mengorok tetapi ibu pasien tidak mengetahui apakah pasien sering terbangun saat tidur karena kehabisan napas atau seperti tersedak. Pasien tidak mengeluh sering terbangun karena kehabisan napas atau tersedak. Pasien mempunyai kebiasaan minum es.

Keluhan ini dirasakan makin bertambah berat, lemah (+), lesu (+), nafsu makan menurun (+), kadang sakit kepala. Pasien juga mengeluh nyeri pada telinga kanan sudah sejak beberapa hari ini setelah mengkorek-korek telinganya menggunakan cotton bud, pasien tidak mengeluh adanya penurunan pendengaran, tidak ada discharge keluar, tidak ada batuk pilek sebelumnya, pasien mengaku sering mngkorek-korek telinganya dengan cotton bud. Tidak ada gatal pada teliga dan tidak ada nyeri saat membuka mulut atau mengunyah.

Riwayat Penyakit Dahulu

5 tahun yang lalu pernah di diagnosa mempunyai penyakit flek paru, dan sudah menjalani pengobatan 6 bulan, dan sudah dinyatakan sembuh. Pasien seminggu yang lalu dirawat di RS Tugurejo karena demam Riwayat sering mengkorek-korek telinganya menggunakan cotton bud Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya Riwayat batuk dan pilek berulang disangkal Riwayat alergi di sangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini Riwayat alergi disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan pelajar. Orang tua pasien bekerja sebagai wiraswasta, kesan ekonomi cukup..

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
o Kesadaran o Aktivitas o Sikap o Status gizi : Compos mentis : Normoaktif : Kooperatif : Baik

Status lokalis
Kepala dan leher o Kepala : Mesocephale o Wajah : Simetris o Leher : Pembesaran kelenjar submandibula (+), nyeri tekan (-) Gigi dan mulut o Gigi : Karies (-) o Lidah : Normal, tremor (-), kotor (-) o Pipi : Bengkak (-)

Telinga
Telinga Kanan Telinga Kiri

Mastoid

Bengkak (-) Nyeri tekan (-)

Bengkak (-) Nyeri tekan (-) Bentuk normal Bengkak (-) Fistula (-) Nyeri tekan (-) Bengkak (-) Nyeri tekan (-) Bentuk normal Bengkak (-) Nyeri tekan (-)

Pre Aurikula

Bentuk normal Bengkak (-) Fistula (-) Nyeri tekan (-)

Retro Aurikula

Bengkak (-) Nyeri tekan (-)

Aurikula

Bentuk normal Bengkak (-) Nyeri tekan (-)

Telinga Kanan Kanalis Eksternus Oedem (+) Hiperemis (+) Otore (-) Serumen (+) Membran Timpani Warna : putih mengkilap Reflek cahaya (+) Perforasi (-) Retraksi (-)

Telinga Kiri Oedem (-) Hiperemis (-) Otore (-) Serumen (-) Warna : putih mengkilap Reflek cahaya (+) Perforasi (-) Retraksi (-)

Hidung dan sinus paranasal


Pemeriksaan luar o Hidung : Bentuk normal, deformitas tulang hidung (-), tanda-tanda peradangan (-) o Sinus : Nyeri tekan (-)

Rhinoskopi anterior
Kanan Kiri

Sekret

(-)

(-)

Mukosa

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Konkha

Edema (-) Pucat (-) Hiperemis (-)

Edema (-) Pucat (-) Hiperemis (-) (-)

Tumor

(-)

Septum

Deviasi (-)

Faring
Nasofaring dilakukan : Pemeriksaan rinoskopi posterior tidak

Orofaring o Palatum : Hiperemis (-) o Arkus faring : Simetris, uvula terletak di tengah o Mukosa : Hiperemis (-), Granulasi (-)

Tonsil
Kanan Ukuran Warna Permukaan Kripte T2-T3 Tampak pucat Tidak rata Melebar Kiri T2-T3 Tampak pucat Tidak rata Melebar

Detritus

(+)

(+)

Laringofaring : Pemeriksaan laringoskopi indirect tidak dilakukan

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Swab tenggorok 2. Pemeriksaan darah rutin

RINGKASAN
o o o o o o o RINGKASAN Anamnesis malaise (+) disfagia (+) sering demam (+) mengganjal pada tenggorokan (+) kering pada tenggorokan (+) snoring (+) nafsu makan menurun (+)

Pemeriksaan fisik o Pada telinga kanan didapatkan pada kanalis eksternus terdapat serumen dan pada mukosa didapatkan oedem dan tampak hiperemis o Pemeriksaan hidung tidak didapatkan kelainan o Pada pemeriksaan faring didapatkan tonsil membesar (T2-T3/T2-T3), hiperemis (-/-), permukaan mukosa tidak rata, kripte melebar, detritus (+/+).

DIAGNOSIS BANDING
A. tenggorok
Tonsilitis kronik Adenotonsilitis kronik Tonsilofaringitis kronik

B. Telinga kanan
Otitis Eksterna difusa Otitis Eksterna Sirkumskripta

DIAGNOSIS
Tonsilitis kronik dan AD Otitis Eksterna Difusa

USULAN TERAPI
1. Medikamentosa o Otopraf 3 dd gtt III AD 2. Non medikamentosa o Intake cairan cukup o Diet lunak atau berkuah o Kumur dengan air garam yang hangat o Irigasi serumen 3. Operasi oTonsilektomi

4. Edukasi o minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter. o menjaga higiene mulut dengan baik (sikat gigi pagi hari dan sebelum tidur). o jangan makan makanan atau minuman yang mengiritasi. o Mengurangi kebiasaan mengkorek-korek telinga

PROGNOSA
o Qua ad vitam : Dubia ad bonam o Qua ad sanam : Dubia ad bonam o Qua ad fungsional : Dubia ad bonam

Terimakasih

TONSILITIS
Definisi Tonsil adalah peradangan pada tonsila palatine yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Penyebarannya dapat melalui udara, tangan, dan ciuman. Etiologi Tonsilitis kronis disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A,yaitu sekitar 50% dari kasus, bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsillitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan pnemokokus dan stafilokokus.

Klasifikasi
A. B. C. D. E. F. Tonsilitis akut Tonsilitis kronis Tonsilitis membranosa Tonsilitis septic Angina Plaut Vincent Pada penyakit kelainan darah

Gejala umum
Keluhan pada tonsilitis kronis berupa nyeri pada tenggorokan atau nyeri telan ringan yang bersifat kronik, menghebat bila terjadi serangan akut, rasa mengganjal di tenggorok, mulut berbau, badan lesu, nafsu makan berkurang dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fisik tonsil umumnya membesar dan permukaan tidak rata. Pada serangan akut, tonsil hiperemi, kripta melebar dan terisi detritus, detritus keluar jika tonsil ditekan, arkus anterior dan posterior hiperemi.

Terapi

: tonsilektomi

Komplikasi Komplikasi radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara per kontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara limfogen dan hematogen dan dapat timbul endokarditia, urtikaria, furunkulosis. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik.

Otitis Eksterna Difusa


Otitis eksterna adalah inflamasi atau radang pada canalis auditoris eksterna yang dapat mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan dapat juga mengenai tulang temporal (Carr, 1998).

Otitis eksterna juga dapat diartikan sebagai radang liang telinga akut dan kronis yang dapat disebabkan oleh bakteri. Di klinik sukar sekali dibedakan peradangan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti jamur, alergi atau virus karena sering kali timbul bersama-sama (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Etiologi
Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E. colli. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyebaran yang luas dari proses dermatologis yang non-infeksius (Sander, 2001).

Manifestasi Klinik
Pasien dengan otitis eksterna biasanya mengeluh adanya nyeri telinga (otalgia) dari yang sedang sampai berat, berkurangnya atau hilangnya pendengaran, tinnitus atau dengung, demam, discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau otitis eksterna kronik), rasa nyeri yang sangat berat (biasanya pada pasien yang imunocompopromais, diabetes, otitis eksterna maligna). Selain itu juga ditemukan adanya tanda nyeri tekan pada tragus (Waitzmann, 2004). Pada keadaan yang berat, penderita sering mengeluh sakit pada saat mengunyah atau membuka mulut (Sander, 2001).

klasifikasi
Otitis Eksterna Akut Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul) Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus (Sosialisman dan Helmi, 2001). Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan incise kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang (Sosialisman dan Helmi, 2001).

2. Otitis Eksterna Difus Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasnya serta terdapat furunkel. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis (Sosialisman dan Helmi, 2001). Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis media. Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotika sistemik (Sosialisman dan Helmi, 2001).

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai