Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan gigi yang ada pada saat ini marak dengan penggunaan kawat gigi, implant, gigi palsu, khususnya di kalangan remaja dan orang tua. Selain itu, angka permasalahan gigi yang cukup banyak khususnya gigi berlubang menjadikan perawatan dan restorasi gigi semakin marak. Permasalahan pada penggunaan material gigi tersebut adalah adanya aktivitas pertumbuhan plak dan koloni bakteri yang semakin meningkat (Ken, 2010). Hal ini menyebabkan terjadinya karies pada gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Pertumbuhan karies merupakan interaksi kompleks antara gigi dengan asam yang diproduksi koloni bakteri Streptococcus mutans dalam plak gigi. Asam laktat sebagai penyebab plak berasal dari sukrosa dalam makanan yang tertinggal (Schuster, 1983). Dengan demikian diperlukan adanya penanggulangan masalah karies pada gigi, terutama dalam penanganan penyebab karies dan pendukung penyebab karies pada gigi, dalam hal ini adalah sukrosa yang terdapat pada makanan dan tersisa pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu material gigi, pada penelitian ini digunakan kawat gigi yang dilapisi dengan fotokatalis TiO2 sebagai agen degradator senyawa penyebab karies. Fotokatalisis dengan katalis titanium dioksida (TiO2) mempunyai efek pathogen (Slamet, 2009). Aktivitas TiO2 dapat menghasilkan radikal OH- dan radikal O2 dengan baik pada sinar UV sehingga berpotensi mendegradasi bakteri. Penelitian tentang aktivitas tersebut telah dilakukan untuk Escherichia coli dan Staphylococcus epidermis secara in vitro dengan sinar UV (Sunada, 1998). Degradasi bakteri tersebut dapat berlangsung dengan baik. Pengembangan fenomena fotokatalisis pada dunia kesehatan masih terbuka lebar mengingat belum banyak penelitian tentang TiO2 dan aplikasinya pada alat-alat kesehatan. Pada penelitian ini dikembangkan material gigi berupa kawat gigi berbasis fotokatalis TiO2 untuk mendegradasi senyawa-senyawa penyebab karies pada

gigi, misalnya sukrosa yang terdapat pada gula, pewarna makanan, dan lain sebagainya. Material gigi yang dikembangkan mampu diaktivasi pada cahaya tampak. Penelitian ini akan menghasilkan material gigi untuk degaradasi senyawa penyebab karies pada gigi. Penelitian ini menggunakan bahan-bahan yang dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia, sehingga dapat dikembangkan hingga skala industri yang juga mampu menaikkan nilai tambah bahan alam Indonesia. Penggunaan material gigi ini diharapkan dapat membantu mendorong penelitian serupa dengan teknologi fotokatalisis pada biomaterial dan instrumen kesehatan lain yang belum banyak dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan daya saing bangsa. B. Perumusan Masalah Penelitian ini bertujuan mengembangkan material gigi berbasis fotokatalis TiO2 untuk degradasi senyawa kimia dan bahan makanan sisa penyebab karies pada gigi. Material gigi yang dimaksud adalah kawat gigi berbahan dasar stainless steel. Senyawa yang akan didegradasi adalah sukrosa yang terdapat pada gula pasir sebagai sumber utama penyebab plak dan juga pewarna minuman. Pada penelitian ini juga akan dilakukan uji swabersih pada material gigi dengan pengotor berupa susu cokelat. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2. Mengetahui kinerja fotokatalis TiO2 untuk degradasi senyawa kimia penyebab karies pada gigi. Mendapatkan material gigi berbasis fotokatalis TiO 2 sebagai salah satu alternatif bahan biomaterial dalam dunia kesehatan dengan kegunaan untuk degradasi senyawa berpotensi racun pada manusia. D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I

: PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menjelaskan proses fotokatalisis secara umum, fotokatalis TiO2, material kawat gigi, dan sukrosa serta proses pembentukan plak gigi.

BAB III : METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan peralatan penelitian, bahan penelitian, dan prosedur penelitian. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil yang didapat berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdiri dari: uji degradasi sukrosa, uji degradasi pewarna minuman, dan uji swarbersih. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini menjelaskan kesimpulan yang didapat berdasar penelitian yang telah dilaksanakan dan beberapa hal yang disarankan untuk kepentingan pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Fotokatalisis Proses fotokatalitik merupakan teknologi yang bersih dan efektif untuk degradasi berbagai jenis polutan. Proses fotokatalisis pada permukaan semikonduktor dapat dijelaskan melalui gambar 1 berikut.

Gambar 1. Fenomena fotoeksitasi elektron pada suatu semikonduktor Sumber: Linsebigler, 1995

Jika semikonduktor dikenai cahaya (hv) dengan energi sesuai, elektron (e-) pita valensi akan mengalami fotoeksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan lubang positif (hole+, disingkat h+) pada pita valensi. Kemungkinan yang terjadi pada h+ dan e- yang tereksitasi adalah sebagai berikut: 1. 2. Rekombinasi antara h+ dan e- terfotoeksitasi, baik di permukaan (jalur A) ataupun di dalam partikel semikonduktor (jalur B). Pasangan e- dan h+ bertahan hingga permukaan semikonduktor, di mana h+ menginisiasi reaksi oksidasi (jalur D) dan e- menginisiasi reaksi reduksi (jalur C) zat kimia di sekitar permukaan semikonduktor (Gunlazuardi, 2001). Pada prinsipnya, reaksi oksidasi pada permukaan semikonduktor dapat berlangsung melalui donasi elektron dari substrat ke h+ (menghasilkan radikal pada substrat yang akan menginisiasi reaksi berantai). Apabila potensial oksidasi yang dimiliki oleh h+ pada pita valensi cukup besar untuk mengoksidasi air

dan/atau gugus OH pada permukaan partikel, maka akan dihasilkan radikal OH. Radikal OH adalah spesi oksidator kuat yang memiliki potensial redoks sebesar 2,8 Volt (relatif terhadap eletroda hidrogen Nernst). Energi potensial sebesar ini cukup kuat untuk mengoksidasi kebanyakan polutan organik dalam konsentrasi rendah menjadi air, asam mineral, dan karbondioksida (Gunlazuardi, 2001). Reaksi yang terjadi pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan melalui persamaanpersamaan reaksi sebagai berikut. Jalur A: Jalur B: Jalur C: Jalur D:
hv TiO 2 TiO2 (eCB + hVB ) +

(2.1) (2.2) (2.3) (2.4) (2.5)

TiO2 (eCB + hVB ) TiO 2 + heat

e CB + O2(ads) O2 (ads)
h + VB + H 2 O( ads ) OH ( ads ) + H +

h + VB + OH ( ads ) OH ( ads )

Berdasarkan kelima tahapan reaksi di atas, dihasilkan oxydizing agent, yaitu radikal bebas hidroksil yang dapat menginisiasi proses degradasi berbagai jenis polutan. B. Fotokatalis TiO2 TiO2 adalah semikonduktor yang paling sering digunakan sebagai fotokatalis dalam aplikasi reaksi fotokatalitik karena beberapa keunggulan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Indeks refraksi dan transmitansi baik pada infra merah dan cahaya tampak Konstanta dielektrik tinggi (sifat listrik) Stabilitas kimia dan cahaya baik Tidak beracun, aman bagi manusia Harganya relatif terjangkau (Litter, 1996) Sumber O2 di alam melimpah (Tompkins, 2005)

Untuk aplikasi dalam dunia kesehatan, dalam hal ini sebagai untuk mendegradasi polutan udara ruang, sifat terpenting dari TiO 2 adalah tidak beracun. Partikel TiO2 tidak menunjukkan asosiasi dengan risiko penyebab kanker paru-paru maupun penyakit pernapasan kronis lainnya (Blake, 1999).

Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas TiO2 sebagai fotokatalis adalah bentuk kristalnya. TiO2 memiliki tiga struktur kristal, yaitu rutile, anatase, dan brookite (Slamet, 2007). Keberadaan rutile dan anatase cukup stabil dan biasa digunakan sebagai fotokatalis, sedangkan brookite hanya ditemukan pada mineral. Struktur rutile lebih stabil pada temperatur tinggi dan mulai terbentuk pada temperatur 700 oC. Rutile memiliki bandgap energy (celah pita energi yang menggambarkan energi cahaya minimum untuk mengeksitasi elektron) sebesar 3,0 eV yang lebih dekat ke sinar tampak dengan panjang gelombang maksimum 413 nm. Gambar 2 berikut memperlihatkan struktur kristal rutile TiO2.

Gambar 2. Perspektif struktur kristal rutile Sumber: Licciuli, 2002

Sementara itu, anatase memiliki luas permukaan yang lebih besar dan densitas permukaan aktif yang lebih tinggi untuk adsorpsi dan katalisis. Anatase merupakan tipe paling aktif karena memiliki bandgap energy sebesar 3,2 eV yang lebih dekat ke sinar ultraviolet dengan panjang gelombang maksimum 388 nm. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan struktur kristal anatase TiO2.

Gambar 3. Perspektif struktur kristal anatase Sumber: Licciuili, 2002

Semakin kecil band gap maka akan semakin mudah fotokatalis menyerap foton, namun kemungkinan h+ dan e- untuk berekombinasi juga semakin besar (Slamet, 2007). Kedua aspek ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan fasa katalis TiO2. C. Material Kawat Gigi Berbagai macam bahan telah digunakan sebagai bahan kawat gigi, di antaranya adalah stainless steel, aluminium, titania, dan logam lainnya. Material kawat gigi yang diusulkan penggunaan pada penelitian ini adalah kawat gigi berbahan stainless steel dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut. 1. 2. 3. Stainless steel adalah material yang baik, dengan ketahanan struktural yang tinggi terhadap panas, yang dibutuhkan untuk heat treatment TiO2. Bahan ini mudah dibentuk, termasuk logam yang cukup ulet, mudah dilakukan pelapisan atau coating. Saat diberikan perlakuan panas dengan suhu tinggi (terutama kalsinasi), senyawa penyusun utama dari stainless steel berdifusi ke daerah TiO2. Senyawa yang dimaksud adalah ion Fe dan Cr yang meningkatkan keefektifan proses fotokatalitik TiO2. 4. 5. Banyak metode pelapisan atau coating untuk material stainless steel ini. Mudah didapat dan murah.

D. Sukrosa Sukrosa merupakan disakarida yang dibentuk dari monomer berupa unit glukosa dan fruktosa dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi yang dibentuk oleh tumbuhan dan bukan oleh organisme lain seperti hewan. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula bit. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa (Wikipedia, 2011). Gambar 4 berikut menunjukkan struktur kimia sukrosa.

Gambar 4. Struktur molekul sukrosa Sumber: Wikipedia, 2011

Bakteri Streptococcus mutans dalam mulut menyebabkan pembusukan dan lubang pada gigi. Bakteri ini menghasilkan enzim glukosil transferase yang bekerja spesifik dalam penguraian sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim ini selanjutnya merombak glukosa menjadi polisakarida yang disebut dextran. Plak atau karang gigi (dental plaque) merupakan sejumlah besar dextran yang menempel pada enamel gigi dan menjadi media pertumbuhan bagi berbagai jenis bakteri. Pembentukan plak gigi merupakan langkah awal proses pembusukan gigi. Hasil penguraian sukrosa berikutnya adalah fruktosa, di mana bakteri Lactobacillus bravis mengubah fruktosa menjadi asam laktat melalui reaksi glikolisis dan fermentasi. Terbentuknya asam laktat menyebabkan penurunan pH pada permukaan gigi. Suasana asam ini menyebabkan kalsium dari enamel gigi akan rusak. Plak gigi ini menahan keberadaan bakteri. akibatnya asam laktat akan tetap terbentuk dan akan merusak enamel gigi (Irwan, 2009). Gambar 5 berikut menunjukkan proses pembentukan karang gigi akibat penguraian sukrosa.

Gambar 5. Mekanisme pembentukan plak gigi Sumber: Irwan, 2009

BAB III METODE PENELITIAN A. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kawat gigi berbahan stainless steel 2. Kaca preparat 3. Tabung reaksi 4. Rak tabung reaksi 5. Pengaduk kaca 6. Spatula besi 7. Timbangan elektronik 8. Gelas beaker 9. Gelas ukur 10 ml 10. Kaca arloji 11. Pembakar Bunsen 12. Pipet tetes 13. Sonikator 14. Magnetic stirrer 15. Plastic wrap 16. Atmozpheric furnace 17. Alat spin-coating dan dip coating 18. Alat pengering rambut B. Bahan Penelitian Bahan-bahan habis pakai yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Degussa P25 TiO2 2. Air demin 3. TEOS 98% 4. Gula pasir (sumber sukrosa)

10

5. Minuman berwarna 6. Susu cokelat 7. Korundum 8. Reagen Nelson-Somogy (CuSO4, Na2CO3, Na2SO4, K-Na-tartrat) 9. Larutan folinfenol C. Prosedur Penelitian Langkah-langkah prosedur penelitian yang digunakan pada penelitian ini dibagi berdasarkan tahapan yang dilalui dalam melaksanakan aktivitas penelitian, yaitu preparasi katalis, preparasi model material gigi, pelapisan katalis pada model material gigi, dan pengujian degradasi bahan kimia. 1. Preparasi Katalis a. b. c. 2. Menambahkan 1 g TiO2 Degussa P25 ke dalam 80 ml air demin. Menambahkan TEOS 98% sebanyak 1 ml ke dalam campuran. Melakukan sonikasi selama 30 menit. Model material gigi yang digunakan pada penelitian ini adalah kaca preparat dan kawat gigi berbahan stainless steel. a. b. 3. Menggosok kawat gigi dengan menggunakan amplas, sedangkan kaca preparat menggunakan korundum. Mencuci kaca preparat dan kawat gigi dengan air hingga bersih untuk menghilangkan pengotor. Pelapisan Katalis pada Model Material Gigi a. b. c. d. e. f. Memasukkan kaca preparat ke dalam alat spin coating. Meneteskan campuran TiO2 ke atas kaca preparat sambil diputar perlahan dengan kecepatan 100 rpm. Menaikkan kecepatan hingga 300 rpm dan memutar kembali selama 2 menit. Mengeringkan kaca preparat menggunakan alat pengering rambut. Mengulangi langkah b-d sebanyak 4 kali. Sementara itu, kawat gigi dimasukkan ke dalam alat dip coating.

Preparasi Model Material Gigi

11

g. h. i. j. 4.

Mencelupkan kawat gigi ke dalam campuran TiO 2 kemudian menaikkan alat dengan kecepatan 2 mm/s. Mengulangi prosedur f dan g sebanyak 4 kali. Kaca preparat dan kawat gigi kemudian dikalsinasi dalam furnace pada suhu 200oC selama 2 jam. Memotong kaca preparat menjadi empat bagian. Uji degradasi bahan kimia dilakukan pada tiga jenis bahan, yaitu pada

Uji Degradasi Bahan Kimia dan Swa-Bersih

larutan sukrosa, minuman berwarna, dan pada susu cokelat. Perlakuan pada susu cokelat adalah untuk menguji sifat swa-bersih. a. Uji degradasi sukrosa a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. a. b. c. d. e. Membuat larutan gula dalam air sebesar 0,5 M sebanyak 2 buah. Memasukkan model material gigi yang dilapisi TiO 2 pada satu larutan dan material gigi yang tidak dilapisi TiO2 pada larutan yang lain. Menjemur di bawah sinar matahari selama 2 jam. Menambahkan Reagen Somogy sebanyak 1 ml pada masing-masing larutan. Menambahkan folinfenol sebanyak 1 ml pada masing-masing larutan. Mengocok larutan hingga tercampur merata. Membandingkan warna kedua larutan. Membagi minuman berwarna ke dalam 2 bagian. Memasukkan model material gigi yang dilapisi TiO 2 pada satu bagian dan material gigi yang tidak dilapisi TiO2 pada bagian yang lain. Menjemur di bawah sinar matahari selama 2 jam. Membandingkan warna kedua bagian minuman. Memasukkan susu cokelat ke dalam wadah. Memasukkan model material gigi yang dilapisi TiO2. Menjemur di bawah sinar matahari selama 2 jam. Mengambil material gigi dan meletakkan di bawah aliran air. Melihat kemampuan swabersih material gigi yang dilapisis TiO2.

b. Uji degradasi pewarna minuman

c. Uji swa-bersih pada minuman cokelat

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Degradasi Sukrosa Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.

Dengan TiO2

Tanpa TiO2

Gambar 6. Hasil uji degradasi larutan sukrosa

Warna larutan memperlihatkan jumlah sukrosa yang terdapat dalam larutan. Semakin pekat warna biru larutan maka semakin besar sukrosa yang larut dalam larutan gula. Dengan demikian diketahui bahwa larutan yang diberi material dengan TiO2 memiliki konsentrasi sukrosa yang lebih sedikit dibanding larutan dengan material tanpa TiO2. Mekanisme proses fotokatalitik yang terjadi pada sukrosa adalah sebagai berikut. Sukrosa mengalami oksidasi dengan radikal OH yang dibentuk dengan persamaan berikut.

h + VB + H 2 O( ads ) OH ( ads ) + H +
Oksidasi sukrosa dengan radikal OH membentuk senyawa asam, yaitu senyawa dengan gugus karboksilat. Asam karboksilat ini bukan senyawa penyebab plak atau karies pada gigi karena tidak mampu dicerna oleh bakteri Streptococcus mutans dalam mulut. Perbedaan warna pada penambahan reagen dan folinfenol dapat dijelaskan sebagai berikut. Reagen Nelson Somogy yang terdiri dari Na2CO3, Na2SO4, K-Na-

13

tartrat kecuali CuSO4 membentuk kompleks dengan sukrosa. Kompleks sukrosa ini mampu mereduksi Cu2+ menjadi Cu. Ion Cu+ membentuk kompleks dengan folinfenol dan mengubha warna folinfenol yang sebelumnya kuning menjadi biru. Warna biru ini hanya dipengaruhi pada jumlah sukrosa dan bukan pada banyaknya penambahan reagen, sehingga warna yang muncul adalah hasil reduksi dari sukrosa. B. Uji Degradasi Pewarna Minuman Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.
Dengan TiO2 Tanpa TiO2

Gambar 7. Hasil uji degradasi pewarna minuman

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa minuman yang diberi material berlapis TiO2 lebih gelap dibanding minuman yang diberi material tanpa TiO2. Hal ini dikarenakan pewarna tartrazine yellow yang terdapat dalam minuman telah terdegradasi. Minuman dengan kadar pewarna lebih rendah menunjukkan warna yang lebih gelap dibandingkan minuman dengan pewarna dalama jumlah tinggi. Hal ini dikarenakan pewarna minuman telah dioksidasi oleh radikal OH yang dihasilkan oleh proses fotokatalitik seperti uji sebelumnya.

14

C. Uji Swabersih Lapisan TiO2 Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.
Kondisi awal

Setelah 1 jam
Gambar 8. Kondisi awal dan setelah 1 jam material dengan TiO2 dimasukkan dalam susu cokelat

Material gigi kemudian diuji swabersih dengan diletakkan di bawah air mengalir, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.

Gambar 9. Hasil uji swabersih material berlapis TiO2

Pada gambar 9 dapat dilihat dua bagian pada kaca preparat. Bagian atas adalah bagian yang dikenai aliran air, sementara bagian bawah digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa material gigi berlapis TiO2 yang dikembangkan memiliki kemampuan swabersih.

15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Degradasi senyawa organik dengan proses fotokatalitik dilakukan dengan memanfaat radikal OH yang tebentuk. 2. Uji degradasi sukrosa menunjukkan bahwa material gigi berlapis TiO 2 yang dikembangkan mampu mendegradasi dan mengurangi kadar sukrosa dalam larutan. 3. Uji degradasi pewarna minuman menunjukkan bahwa material gigi berlapis TiO2 yang dikembangkan mampu mendegradasi dan mengurangi kadar pewarna minuman tartrazine yellow dalam minuman. 4. Uji swabersih menunjukkan bahwa material gigi berlapis TiO2 yang dikembangkan memiliki kemampuan swabersih. B. Saran 1. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan untuk uji disinfeksi bakteri mulut sebagai penyebab utama pembentukan karies pada gigi. 2. Pelapisan TiO2 pada material dapat dilakukan dengan metode lain, misalnya dengan anodisasi sehingga lapisan TiO2 dapat lebih tahan lama.

16

DAFTAR PUSTAKA Blake, D.M. et al. 1999. Application of the photocatalytic chemistry of titanium dioxide to disinfection and the killing of cancer cells. Separation and Purification Methods, Volume 28(1), pp. 1-50. Gunlazuardi, J. 2001. Fotokatalisis pada permukaan TiO2: Aspek fundamental dan aplikasinya. Prosiding Seminar Nasional Kimia Fisika II. Irwan, S. 2009. Pelajaran kimia di kamar mandi http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/biokimia/pelajaran-kimia-di-kamar-mandi/ tanggal 26 Mei 2011) Linsebigler, A.L. 1995. Photocatalysis on TiO 2 surfaces: Principles, mechanism, and selected results. Chem. Rev., 95, pp. 735-758. Litter, M.I. dan Navio, J.A. 1996. Photocatalytic properties of iron-doped titania semiconductors. J. of Photochem. and Photobiology A: Chemistry, 98, pp. 171181. Schuster, G.S. 1983. Oral Microbiology and Infectious Disease. 2nd ed. London: Williams & Wilkins. Slamet, Bismo, S., dan Arbianti, R., 2007. Modifikasi zeolit alam dan karbon aktif dengan TiO2 serta aplikasinya sebagai bahan adsorben dan fotokatalis untuk degradasi polutan organik. DIKTI-Laporan Hibah Bersaing. Slamet, Raisuli, R.F., dan Tristantini, D. 2009. Disinfeksi bakteri E.coli secara fotokatalitik dengan katalis komposit TiO2-karbon aktif berpenyangga batu apung. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia-SNTKI 2009. Sunada, K, et al. 1998. Bactericidal and detoxification effects of TiO2 thin film photocatalysts. Environmental Science & Technology, Vol. 32 No.5. Tompkins, D.T. et al. 2005. Evaluation of photocatalysis for gas-phase air cleaning-part 1: Process, technical, and sizing considerations. American Society of Heating, Refrigeration, and Air Conditioning Engineers (ASHRAE), Volume 111, pp. 60-84. (Diakses

Anda mungkin juga menyukai