Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH DOSEN

: Ilmu Dan Teknologi Budidaya Ternak : Prof.Dr.Ir.Sudirman Baco, M.Sc

Pembibitan Sapi Potong Model Grati

NUR RASULI
P.4000212009

ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN


2012
1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dalam

perkembangan sumber daya manusia memicu meningkatnya permintaan akan produkproduk peternakan sebagai sumber protein hewani, oleh karenanya pemerintah kembali mencanangkan program untuk mewujudkan swasembada daging sapi yaitu Program Swasembada Daging Sapi 2014 (PSDS-2014), yang merupakan kelanjutan program sebelumnya yaitu Swasembada Daging 2005 dan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS) 2010 yang. PSDS 2014 merupakan salah satu program dari 21 program utama Kementerian Pertanian terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya domestic. Mewujudkan swasembada daging 2014 sebagai kontribusi peternakan berbasis sumber daya lokal. Secara kongkret pengertian swasembada daging adalah suatu program yang melibatkan segenap masyarakat untuk memenuhi kebutuhan daging yang diperoleh dari dalam negeri. Pemerintah telah mencanangkan program ini setidaknya sudah sejak tahun 2005, lantas belum tercapai. Dari kegagalan tersebut pemerintah pun mencanangkan Swasembada Daging 2010, belum selesai tahun 2010, nampaknya pemerintah harus mencanangkan kembali program Swasembada Daging 2014. Swasembada Daging 2014 akan berbasis sumber daya lokal sehingga domestik mendorong Indonesia untuk mandiri dalam penyediaan daging dari ternak. Saat ini pembangunan peternakan diharapkan mampu menjadi salah satu lokomotif pembangunan dan sebagian besar berkembang pada skala kecil. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha
2

sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. Pengembangan pembibitan ternak sapi saat ini mulai diarahkan pada peningkatan mutu genetik ternak, sumber daya ternak, daya dukung wilayah, pengawasan mutu dan penguasaan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas ternak. Untuk mendapatkan bibit sapi potong yang berkualitas, perlu dilakukan pengawasan mutu bibit sesuai dengan standar pemilihan dan penilaian sapi potong. Seleksi atau pemilihan sapi yang akan dipelihara merupakan salah satu faktor penentu dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan. b. Rumusan Masalah Usaha pembibitan sapi potong kurang diminati oleh peternak karena secara ekonomis kurang menguntungkan dan dibutuhkan waktu pemeliharaan yang cukup panjang. Jarak beranak yang berkepanjangan.

Kerangka Pikir

SWASEMBADA DAGING

BIBIT

KANDANG

PAKAN

PEMBIBITAN MODEL GRATI

Kandang Kelompok Kawin I

Kandang Kelompok Bunting

Kandang Individu (Beranak)

Kandang Kelompok Kawin II

Induk tidak bunting s/d bunting > 5 bulan

Induk bunting > 5 bulan s/d 9 bulan

Induk bunting 9 bulan s/d laktasi > 40 hari

Induk laktasi > 40 hari s/d bunting > 5 bulan

Calving Interval

PEDET
4

PEMBAHASAN Secara kongkret pengertian swasembada daging adalah suatu program yang melibatkan segenap masyarakat untuk memenuhi kebutuhan daging yang diperoleh dari dalam negeri. Pemerintah telah mencanangkan program ini setidaknya sudah sejak tahun 2005, lantas belum tercapai. Dari kegagalan tersebut pemerintah pun mencanangkan Swasembada Daging 2010, belum selesai tahun 2010, nampaknya pemerintah harus mencanangkan kembali program Swasembada Daging 2014. Swasembada Daging 2014 akan berbasis sumber daya lokal sehingga mendorong Indonesia untuk mandiri dalam penyediaan daging dari ternak domestik. Paradigma pembangunan peternakan pada era globalisasi adalah terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Namun pada kenyataan saat ini kebanyakan peternak lebih memilih penggemukan sapi potong ketimbang penyediaan bakalan sehingga sangat sulit untuk menemukan sapi bakalan. Pemerintah telah berupaya keras dalam mewujudkan swasembada daging. Salah satunya dengan regulasi yang telah dibuat sedemikin hingga dalam undangundang. Sistem peternakan di Indonesia telah diatur dalam Bab IV tentang Peternakan Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009. Mengenai penyediaan bibit, di dalam undang-undang ini pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan pengembangan usaha pembenihan dan atau pembibitan dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih, bibit, dan atau bakalan.

Kriteria Pemilihan Pemilihan ternak sapi untuk dipelihara atau sebagai calon pengganti bibit memerlukan keterampilan khusus terutama untuk melatih pandangan serta penilaian akurat. Keberhasilan pemilihan ternak sapi yang akan dipelihara akan sangat menentukan keberhasilan usaha ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi bisa dijadikan bibit pengganti. Agar diperoleh bibit sapi potong yang baik, diperlukan bangsa dan tipe sapi tertentu yang laju pertumbuhannya cukup dan mutunyapun bagus serta mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Sehubungan dengan pemilihan calon bibit ternak sapi potong, maka perlu mengetahui kriteria dalam aspek pemilihan bibit dan pengukuran sapi. Hal ini penting, mengingat pada saat peternak melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup di antaranya adalah : 1. Bangsa dan sifat genetik Setiap peternak yang akan memelihara dan membesarkan ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah populer, baik dari jenis sapi impor maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda antara satu dengan lainnya baik kemampuannya dalam berproduksi (menghasilkan daging) maupun daya adaptasinya terhadap lingkungan hidup terutama terhadap iklim dan pakan. 2. Kesehatan Bangsa sapi baik sapi sebagai calon bibit ataupun sebagai penghasil daging harus di pilih dari sapi yang benar-benar sehat. Untuk mengetahui kesehatan sapi secara

umum, peternak bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan sapi. Keadaan tubuh Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak ada tandatanda kerusakan dan kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat). Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, lebih mudah bergerak bebas. Ujung hidung bersih, basah dan dingin. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba. Suhu tubuh anak 39,5 C 40 C.

Sikap dan tingkah laku Sapi sehat tegap. Keempat kaki memperoleh titik berat sama. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang cepat bereaksi). Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan. Cara minum panjang. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan. Pernafasan Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih cepat. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit, Dewasa 10-30/menit.

Pencernaan. Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil istirahat/ tiduran. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan lancer Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar berhenti atau cepat sekali. Proses memamah biak berhenti.

Pandangan mata. Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam. Sapi sakit pandangan mata sayu.

3. Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/penampilan fisik Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir (daging). Bentuk atau ciri bibit sapi potong yang baik adalah sebagai berikut : Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan. Kaki besar, pendek dan kokoh.

Sistem Perkandangan Selain faktor pemilihan bibit berkualitas, yang tidak kalah penting adalah penentuan penggunaan kandang yang akan digunakan dalam pembibitan ternak sapi potong Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong khususnya peternakan rakyat. Kontruksi kandang belum sesuai dengan persyaratan teknis akan mengganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang belum memberikan keleluasaan, kenyamanan dan kesehatan bagi ternak. Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya, (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan. Kadang koloni atau kandang komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat.Penggunaan tenaga kerja untuk kandang koloni lebih efisien dibanding kandang model individu, karena pekerjaan rutin harian adalah membersihkan tempat pakan, minum dan memberikan pakan. Dalam hal ini satu orang tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor sedangkan utnuk kandang individu sekitar 15 20 ekor.

Pola pemeliharaan pada kandang kelompok, tidak membutuhkan pengamatan khusus terhadap aktivitas reproduksinya karena ternak kawin sendiri dalam kandang saat birahi. Induk saat bunting (7 - 8 bulan) pada kandang koloni segera ditempatkan pada kandang beranak sampai anaknya berumur 2 bulan, selanjutnya setelah induk laktasi 2 bulan dikembalikan pada pada kelompok semula atau pada kandang lain yang berbeda pejantannya. PAKAN Secara garis besar pakan ternak sapi terbagi atas pakan utama yaitu : Hijauan dan pakan penguat (konsentrat) dan pakan tambahan (Feed Suplement). Hijauan : Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak sapi penggemukkan dapat berupa rumput baik itu rumput unggul, rumput lapangan dan sebagian jenis leguminosa. Untuk pemberian hijauan makanan ternak dapat diberikan dengan memberikan rumput unggul seperti rumput raja, rumput gajah dll atau mencampurkan rumput lapangan dengan tanaman leguminosa seperti gamal, kaliandra, turi dan lain-lain yang memiliki gizi tinggi. Hal ini perlu dilakukan karena ketersediaan sangat dipengaruhi oleh musim dan semakin terbatasnya padang pengembalaan disamping itu nilai gizi yang dikandung sangat rendah. Konsentrat (Makanan Penguat)

Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan makanan ternak. Terdiri dari bahan pakan dengan kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna berasal dari biji-bijian, hasil ikutan/limbah pertanian

10

dari pabrik pengolahan hasil pertanian dan bahan berasal dari hewan seperti tepung ikan, tepung darah dan lain-lain. Pakan Tambahan (Feed Suplement)

Merupakan pakan tambahan yang berguna untuk merangsang pertumbuhan, mencegah penyakit dan melengkapi ransum pakan ternak. Terdiri antara lain campuran vitamin dan mineral contoh : Premix A, Premix B, Mineral B12 dan lain-lain. Pembibitan Sapi Potong Model Grati Pembibitan sapi potong sebagian besar diusahakan oleh peternak dalam skala usaha kecil (1-4 ekor) sesuai dengan kemampuan modal dan tenaga kerja keluarga terutama dalam mencari pakan (rumput) sehingga belum memberikan peningkatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya untuk meningkatkan efisiensi usaha sapi potong skala kecil di peternakan rakyat diperlukan peningkatan skala usaha tani melalui inovasi teknologi pembibitan Model Grati. Pembibitan Model Grati merupakan suatu model pembibitan yang menggunakan kandang sistem kelompok, yaitu dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor sapi induk/calon induk bersama dengan seekor pejantan yang diinginkan sehingga terjadi perkawinan dan menjadi bunting. Melalui inovasi teknologi kandang kelompok Model Grati diharapkan (i) jarak beranak (calving interval) sapi induk dapat diperpendek dari rataan 18 bulan menjadi 14 bulan, (ii) efisiensi usaha pemeliharaan/tenaga kerja meningkat diikuti oleh peningkatan skala pemeliharaan dari rataan 1-4 ekor menjadi lebih dari 5 ekor per kepala keluarga (KK) dan (iii) kesehatan ternak menjadi lebih baik. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, tipe kandang yang digunakan untuk pembibitan sapi potong Model Grati dibedakan menjadi dua, yaitu kandang kelompok

11

dan kandang individu. Kandang kelompok berfungsi sebagai kandang kawin, pembesaran pedet sampai dengan disapih dan pembesaran pedet lepas sapih. Sedangkan kandang individu digunakan sebagai kandang untuk melahirkan (menjelang beranak) sampai dengan laktasi umur 40 hari. Di samping kedua jenis kandang di atas, terdapat juga kandang kelompok khusus sapi bunting. Kandang ini digunakan untuk sapi yang positif bunting lebih dari 5 bulan sampai kebuntingan 9 bulan. Sapi bunting tua dapat dideteksi melalui bentuk ambingnya yang mulai membesar sehingga harus segera dipindahkan dari kandang kelompok bunting ke kandang beranak (kandang individu) sampai dengan anak umur 40 hari. Namun apabila kandang kelompok bunting tidak tersedia, maka induk sapi yang telah bunting tua (8-9 bulan) dipisah dari kandang kelompok ke kandang individu (kandang beranak). Selanjutnya, induk yang sudah melahirkan dan pedet telah berumur 40 hari maka dari kandang beranak dipindah ke kandang kelompok kawin untuk melakukan proses reproduksi berikutnya (Gambar 1). Aplikasi kandang kelompok di petani dapat dilakukan dengan cara memperluas atau menambah pagar pembatas yang identik dengan kandang pelumbaran. Untuk mendukung keberhasilan reproduksi yang ditunjukkan oleh jarak beranak < 14 bulan, maka sistem perkawinan dalam kandang kelompok sebaiknya menggunakan pejantan terpilih dan apabila

menggunakan teknologi kawin suntik (IB) maka dapat menggunakan pejantan pengusik (detektor). Penggunaan pejantan terpilih atau pejantan pengusik dalam kandang kelompok diharapkan dapat meningkatkan kejadian kebuntingan (conception rate) terutama bagi induk-induk sapi yang mengalami birahi tenang (silent heat).

12

Keberhasilan sapi induk untuk menghasilkan anak setiap tahun (< 14 bulan) merupakan syarat utama dalam usaha pembibitan sapi potong. Prestasi ini sulit dicapai pada kondisi pemeliharaan ekstensif, pakan yang terbatas serta pengetahuan maupun luangan waktu yang terbatas untuk pengamatan birahiterutama pada sapi-sapi yang mempunyai komposisi darah Bos taurus (impor) yang relatif tinggi. Selain itu, sebagian besar sapi-sapi betina tersebut menunjukkan kejadian birahi pada malam hari dengan lama waktu birahi yang cukup singkat yaitu kurang dari 6 jam. Manajemen Perkandangan Kandang koloni atau kandang kelompok merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan pembesaran anak sampai dengan disapih, atau digunakan sebagai kandang pembesaran maupun penggemukan. Sepanjang bagian sisi kandang dilengkapi dengan tempat palungan yaitu pada sisi depan untuk tempat pakan hijauan dan tempat air minum secara terpisah, sedangkan pada sisi belakang kandang palungan untuk tempat pakan penguat atau konsentrat. Penyisiran sapi bunting setelah kebuntingan 8 bulan dilakukan pemisahan dari kelompok untuk
13

dikelompokkan dalam kandang beranak sampai dengan anak umur 40 hari. Setelah pedet umur 40 hari, induk beserta anak dikumpulkan dengan pejantan terpilih dalam kandang kelompok. Pedet disapih pada umur 7 bulan untuk selanjutnya dipelihara dalam kandang pembesaran. Manajemen Perkawinan Perkawinan dilakukan dengan menggunakan sistem kawin alam. Seekor sapi pejantan digunakan untuk mengawini 1030 ekor induk pada sistem perkawinan alam di kandang kelompok. Agar sapi bibit sumber dapat menghasilkan pedet setiap tahunnya (1114 bulan), maka harus dilakukan pengaturan reproduksinya sebagai berikut : a. Minimal 40 hari post partus induk harus dimasukan ke kandang kawin dengan target selama dua kali siklus estrus sudah bunting. b. Satu sampai 2 bulan sebelum beranak, induk diberi ransum berprotein dan energi cukup tinggi untuk mendukung tercapainya kondisi badan yang cukup bagus saat beranak dan selama beberapa bulan awal menyusui pedetnya serta untuk mempercepat estrus setelah beranak (anoestrus post partus). Manajemen Penyapihan Penyapihan dilakukan pada saat pedet berumur 7 bulan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyapihan pedet adalah : 1. Aspek biologi yang mempertim-bangkan kesiapan pencernaan pedet terhadap pakan berserat kasar tinggi selain itu susu juga merupakan pakan terbaik untuk pedet karena pencernaannya masih dalam fase monogastrik. 2. Aspek teknis yang mempertimbangkan kecukupan pakan bagi induk dan pedet.
14

3. Aspek ekonomis yang mempertim-bangkan susu induk merupakan pakan berkualitas yang murah serta harga jual pedet optimal. Sistem Pemberian Pakan Pakan hijauan berupa rumput segar dapat disediakan pada palungan sesuai dengan kemampuan peternak tanpa melihat jumlah ternak yang dipelihara dalam kandang kelompok. Kekurangan hijauan diharapkan dapat dipenuhi oleh pakan kering (misalnya jerami padi) yang tersedia secara ad-libitum dalam bank pakan sehingga dapat digunakan setiap saat sesuai kebutuhan ternak sapi. Dengan demikian, peternak dapat dengan leluasa mengatur waktu pemberian pakan, bahkan ternak dapat ditinggal beberapa hari apabila air minum dan pakan telah dipersiapkan sebelumnya. Pakan tambahan merupakan bahan pakan alternatif pengganti untuk mengurangi penyediaan rumput segar apabila rumput segar lebih mahal dibanding dengan pakan tambahan. Pakan tambahan dapat dipenuhi melalui pemanfaatan limbah pertanian yang banyak ditemui di lokasi peternakan; seperti tumpi jagung, dedak padi, kulit kopi, ampas singkong, dan lain-lain. Sementara itu, air minum selalu tersedia (ad-libitum) di bak tempat minum. Yang perlu diingat bahwa satu sampai 2 bulan sebelum beranak, induk diberi ransum berprotein dan energi cukup tinggi untuk mendukung tercapainya kondisi badan yang cukup bagus saat beranak dan selama beberapa bulan awal menyusui pedetnya serta untuk mempercepat estrus setelah beranak (anoestrus post partus).

15

KESIMPULAN 1. Dengan menggunakan sistem grati jarak kebuntingan (calving interval) dapat diperpendek dari 18 bulan menjadi 14 bulan. 2. Penyapihan dilakukan pada saat umur pedet 7 bulan

16

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Pakan Ternak Untuk Sapi Potong. [ diakses pada tanggal 12 desember 2012 pada situs http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=198:-pakan-untuk-ternak-sapi-potong-&catid=1:info-teknologi ] Hartati dan Rasyid. A. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Hartati dan effendi, J,2011. Pembibitan Sapi Potong Model Grati [diakses pada tanggal 7 desember 2012 pada situs http://pemuliaansapipotong.blogspot.com/2011/06/pembibitan-sapi-potongmodel-grati.html] Prabowo, S. 2010. Ciri Eksterior Bibit Sapi Potong Yang Baik [diakses pada tanggal 7 desember 2012 pada situs http://sigid.blog.ugm.ac.id/2010/04/12/ciri-eksteriorbibit-sapi-potong-yang-baik/ ] Saffitri, 2012. Mewujudkan Swasembada Daging 2014 Sebagai Kontribusi Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal. [diakses pada tanggal 13 desember 2012 pada situs http://saffitri.wordpress.com/2012/01/23/mewujudkan-swasembadadaging-2014-sebagai-kontribusi-peternakan-berbasis-sumber-daya-lokal/]

17

Anda mungkin juga menyukai